Hafalan
Ayat Kursih Untuk Kekasihku
Oleh Liliyana
Amsir
Gue adalah seorang muallaf, dan
ini cerita cinta gue dengan Nurul Havizah, wanita yang sangat gue hormati,
wanita yang sangat gue sayangi, wanita yang telah menunjukkan gue jalani yang
benar, wanita yang selamanya akan gue cintai, wanita yang belum sempat gue
bahagiakan.
Gue duduk didepan sebuah makam,
satu persatu orang mulai pergi dan sekarang tinggal gue sendiri, tenang sekali
rasanya meski ada perih didalam hati yang tidak dapat gue jelaskan. Wanita yang
telah menuntun gue beribadah kepada Allah kini telah pergi, wanita yang awalnya
gue fikir adalah takdir hamba kini telah diambil oleh penciptanya. Air mata itu
mulai menetes, bayang banyang saat dia menuntunku mengucapkan kalimat syahadat
kembali terputar dimemori ingatanku. Saat jelas wajah teduhnya dengan sabar
melafalkan kalimat yang penuh makna itu.
........................................................................................................................................
Kenalin, nama gue Celo Revaldo. Gue
anak tunggal dan seorang mahasiswa tahun akhir. Ada satu gadis yang amat gue
suka di kampus, namanya Nurul Avisah, tiap lihat dia rasanya gue merasa nyaman
dan segala beban serasa menghilang. Sempat gue coba mendekati namun jawabannya
selalu sama, “Dekati dulu penciptaku, baru mendekatiku”, yang membuatku
bingung, bagaimana gue mendekati penciptanya sedangkan kami diciptakan oleh zat
yang berbeda.
Siang itu gue duduk depan
parkiran motor,sengaja gue menunggunya depan parkiran karena gue tahu dia
bakalan lewat jalan ini. Satu jam, dua
jam hinggah tidak terasa gue menunggu hinggah tiga jam namun nyatanya dia tidak
datang. Gue putuskan untuk datang ke kosnya.gue tahu semua tentang
Ica(panggilan gue kedia), dan bayangkan. Jelas saja gue tahu, sudah tiga tahun
lebih gue mengejarnya dan hasilnya?? Nihil, dekat saja tidak. Haha kasihan
sekali gue.
Jam 17 gue sampai depan kosnya,
namun kata satpamnya dia belum balik. Gue merasa ada yang aneh disini, ica
bukah tipe gadis yang suka kelayapan usai kuliah. Fikiran anehpun mulai
bermunculan.
Tidak lama gue melihatnya,
berjalan dengan sempoyangan dari arah barat, wajahnya pucat sekali.
“Lo sakit?” tanyaku
“nggak, aku baik baik saja. Kamu ngapain
kesini?”
“gue kangen sama lo, kenapa emang
? nggak boleh?”
“rindukan dulu tuhanku baru kamu
boleh merindukan diriku”
“gue mau lo jadi pacar gue, kalau
perlu jadi istri gue”
“tuhanku tidak akan pernah mengijinkanku pacara bahkan
menikah denganmu”
Jawabanya sangat singkat, ia
kemudian berjalan melewatiku bahkan tanpa melirikku sama sekali
“Gue cinta sama lo? Sangat”
teriakku, dia berbalik dan tersenyum. Manis sekali senyumannya, pertama kalinya
dia senyum ke gue
“cintai dulu tuhanku, baru
mencintai diriku”
“Baiklah, katakan bagaimana aku
bisa bertemu tuhanmu, bagaimana agar aku bisa mencintai tuhanmu,dan bagaimana
agar tuhanmu mau merestui kita”
Dia kemudian mendekat,
menjelaskan secara rinci tentang agama yang dianutnya, dan katanya salah satu
syarat agar tuhannya merestui kami adalah gue menjadi bagian dari tuhannya itu,
gue bingung maksud dari ucapannya, diapun tidak menjelaskan secara rinci,
hinggah membuatku mau tidak mau harus browsing tentang agamanya, gue
mengunjungi beberapa ulama dan meminta agar dia menjelaskan maksud dari ucapan
Ica, sekarang gue mengerti, satu satunya cara agar tuhannyamerestui kami adalah
gue masuk ke agamanya(Islam).
Fikiran gue tambah aburaduk,
bagaimana mungkin gue meninggalkan agama gue dan masuk agama orang lain. Tidak lama
ada sms dari Ica, isinya mengejutkanku “Tuhanku akan memberikanmu petunjuk”, sms singkat itu mampu membuat gue bergetar
hebat, sejak dari situ gue mulai suka embaca situs situ serta berita tentang
islam, hinggah gue memntapkan hati untuk masuk agama islam.
Masjid Nabawi, gugu duduk disini
dengan seorang ulama dan juga Ica dibelakangku, Ica kemudian mengajariku cara
berwudu, dan melafaskan syahadat perkata, gue mengikuti, jujur gue sangat
gugup, hinggah akhirnya sanga ulama berucap
“Kamu sekarang telah menjadi
seorang Muslim”
“muslim? Gue tidak ingin masuk
muslim. Gue ingin masuk Islam” ujarku. Ica tersenyum
“Muslim adalah sorang lelaki yang
telah masuk Islam dan mampu menjalankan syriat islma itu sendiri” gue menggaruk
kepala, ok satu lagi ilmu yang gue tahu.
Sejak saat itu gue dan ia mulai
dekat, gue menyebutnya sebagai pacar, dan dia menyebutnya sebagai Ta’aruf. Gue tidak
peduli, ica selalu sabar mengajariku cara Sholat, mengaji, puasa. Dia mengajarkan
banyak hal, dia benar benar telah berhasil merubahku.
Gue sekarang sudah mulairajin
sholat tiap ada kesempatan gue membaca arti dari al-qur’an itu sendiri, semakin
nyaman rasanya, gue semakin ingin lebih mengetahui sejarah islam.
“aku maubicara sama kamu” kata
ica dengan nada sedikit gugup. Wajahnya pucat, namun gue fikir itu karena efek
dia terlalu banyak belajar. Gue mengabaikannya,
gue terlalu asyik dengan game gue.
Dia kembali bicara “aku mau kamu
menghafal ayat kursi” gue hanya mengangguk hinggah akhirya dia beranjak pergi.
Okk, permintaan pertama Ica. Gue browsing
tentang ayat kursih. “mana bisa gue hafal, panjang gini” gue meletakkan ponsel gue.
Ada satu message dari Ica
“permintaan gue jangan diabaikan
ya Cel”, sms Ica tidak gue balas. Gue bingung
mau bilang apa, gue nggak yakin gue bakal mampu menghafalnya.
Gue memutuskan ke Amerika bertemu
dengan ayah dan ibuku gue lupa memberikan kabar kepada Ica. Kurang lebih 2
minggu gue tinggal disana, hinggah saatnya tiba. Gue berhasil menghafal ayat
kursih, gue bahagia sekali. Tidak sabar rasanya gue menemui Ica dan
menghafalkan ayat kursi didepannya. Gue buru buru ke kosnya, namun katanya dia
sudah tidak pernah lagi tinggal disana. Gue memutuskan untuk menemuinya di
rumah. Begitu gue sampai deepan rumahnya, ada bendera putih yang tertancap
dipagar rumahnya, gue mulai bertanya tany. Selangkah, dua langkah, hinggah
akhirnya gue sampai didepan pintu rumah itu, langkah gue terasa semakin berat
saat tanpa sengaja mata gue melihat ke arah mayat yang tertutup dengan kain
putih. Gue mendekat dan perlahan membuka penutup mayat itu. Gue syok begitu
melihat sosok wanita terbaring dengan ekspresi begitu tenang, dia tersenyum, wajahnya
pucat pasih, air mataku perlahan menetes.
Ini seperti mimpi buruk, nggak,
nggak mungkin. Dia baik baik saja sebelum aku pergi, dia sempat mengirimkan
pesan, tidak mungkin dia pergi. Tidak mungkin secepat itu.
“dia sudah pergi” kata wanita tua
yang yang juga tampakbegitu terpukul.
Gue menyesal, gue meyesal
mengabaikan permintaanya, gue menyesal tidak megabatinya sebeum pergi.
....................................................................................................................................
Kutatap nisan Ica dengan perasaan
hancur
“sedang apa kamu disana?
ApakahAllahmasih menjagamu? Seperti
yang kamu yakini selama ini
Dan apakah Allah juga akan tetap
menjagaku meski tidak adalagi kamuyang menuntunku untuk beribadah.
Kekasihku . .
Ingatkah kamu tatkalakau tuntun
aku membaca syahadat
Saat kamu tuntun aku untuk
mengakui bahwa Allah adalah satu satunya
Ingatkah kamu tatkala kau tuntun
aku untuk beribadah kepada tuhanmu yang telah menjadi tuhanku jiga
Janjiku, aku selalu mengingatnya
dan sekarangpun akumasih berusaha untuk memenuhinya
Kamu benar selama ini, bacaan
ayat kursih selalu bisa membuatku tenang, membuatku selalu merasa bahwa menjai
muallaf adalah pilihan yang paling tepat dan sungguh aku menyesal mengabaikan
permintaanmu untuk mengahafl ayat kursih.
Aku menyesal telah mengabaikan
permintaan pertama yang ternyata juga permintaan terakhirmu.
Terimaksih untukmu, karena dirimu
akumenjadi manusia yang berguna, karenamu aku menemukan jatidiriku didalam
agamamu, dan karena dirimu aku menemukan penciptaku yang sesungguhnya (ALLAH)
dan sekarang aku adalah Hamba Allah.
Komentar
Posting Komentar