KEAJAIBAN CINTA
Oleh LiliyanaAmsir
Namaku Tania,
cewek paling populer disekolah ini. Tak jarang cowok yang naksir padaku tapi
tak pernah satupun gue terima. Sahabat gue sering bertanya tipe cowok seperti
apa yang gue cari, jawaban gue simple cowok yang bisa terima gue apa adanya,
bukan karena gue cantik ataupun kaya, dan cowok yang bisa melihat kekurangan
gue.
Tak
jarang aku mendengar cemohan dari teman laki lakiku, terutama kakak kelasku.
Mereka sering bilang gue ini cewek matre’, sok cantik, sok eksis, pokoknya
banyak lahh. Gue sering tertawa sendiri kalau mengingatnya. Oia gue juga punya
satu sahabat yang sangat care sama gue, namanya Adit, dia temen gue dari kecil,
dia selalu ada buat gue, dia baik, smart,ganteng, tapi gue sendiri heran kenapa
sampai saat ini dia nggak juga punya pacar, tiap kali ditanya sich jawabannya
selalu sama, katanya ’’lagi nunggu seseorang’’.
Tttttrrrreeeennnnngggggggggg,
bel menandakan waktu istirahat, gue dan Adit berjalan menuju kanting
‘’Tin,
lo tau nggak kalau nanti malam itu Andre ulang tahun’’ seru Adit sahabat gue
‘’Ia,
gue tau kok, gue juga dapet undangannya’’
‘’Lo
mau pergi nggak . ?’’
‘’nggak’’
jawabku
‘’ Lo
kenapa,. . . ? disana seruh lo satu sekolah juga diundang, siapa tau disana lo
bisa dapet pacar’’ ledek Adit
‘’ich apaan sich Dit, gue males aja pergi ke acara
kayak gituan nggak suka gue, lo aja yang pergi ‘’
‘’nggak
keren lah kalau gue pergi sendiri tanpa lo, pliss kali ini gue mohon lo mau ya
pergi, demi gue’’
‘’hhmm,
yauda dech’’
‘’ok
nanti malam jam 7 gue jemput lo dirumah ya’’
‘’ia dech, ech kalau ngobrol terus kapan sampainya
dikantin’’.
Adit tersenyum tipis dan menatap gue tajam, gue dan Adit
melanjutkan perjalan kekantin, belum sampai dikantin kakak kelas gue malah
mendorong gue dan adit sampai gue jatuh tersungkur, gue merasa sangat
kesakitan, Adit sempat memukul salah seorang kakak kelas itu, ketika kakak
kelas ingin memukul Adit, gue menarik kakinya hinggah dia jatuh dan Adit segera
membawa gue ke UKS. ‘’gue nggak
tau Dit, kenapa mereka itu benci banget sama gue.’’ Tanyaku ke Adit
‘’udalah,
nggak usah difikirin lagi, cowok kayak gitu sekali kali harus dikasi pelajaran
tau nggak’’.
‘’Thanks
ya Dit, kalau nggak ada lo gue ggak tau nasib gue kayak gimana, dan maaf juga
gara gara gue lo jadi terluka kayak gini’’
‘’sudalah,
nggak usah difikirin, kan gue udah bilang gue akan selalu ngelindungin lo
karena gue sangat sayang sama lo’’. Mungkin Adit nggak sadar apa yang barusan
dia bilang
‘’Sayang,
maksud lo apa Dit ????’’
‘’
haaa, nggak, hhmm, anuuu, maksud gue, hhmm, maksud’’. Belum sempat Adit
teruskan tapi gue udah motong pembicaraannya, gue nggak mau dia malah bertindak
memalukan disini
‘’Maksud
lo, sayang sebagai sahabatkan Dit. ?’’
‘’ haaa
ia, maksud gue itu’’
‘’Dit,
bawa gue kekelas yuk, hari ini kan ada ulangan’’
‘’tapi
kan Tan, lo masih sakit lagian ulangan kan bisa kapan saja’’
‘’gue
nggak papakok Dit, please anterin gue yach, soalnya kaki gue masih agak nyeri’’
‘’yaudah
dech, lo emang nggak pernah berubah Tan, keras kepala lo’’
Adit memapah gue sampai kedalam
kelas, gue sering berfikir kalau seandainya nggak ada Adit, gue nggak tau nasib
gue kayak gimana, Adit emang baik banget sama gue. Gue beruntung banget punya
sahabat seperti dia, dia selalu berkorban untuk gue dan itu malah membuat gue
nggak karuan kalau dekat dengannya, gue sering sulit membedakan rasa sayang gue
kedia, kadang gue gue, gue sayang dengannya melebihi sayang seorang sahabat.
Gue sendiri juga nggak tau sejak kapan rasa itu mulai ada, gue benar benar
takut kehilangan Adit, takut banget. Tapi gue nggak pernah tau gimana perasaan
Adit ke gue, tiap kali gue tanya soal pacar dia selalu menjawab kalau dia lagi
nunggu seseorang, apa mungkin Adit sudah punya gebetan ?. pertanyaan itu sering
muncul dalam hati gue, tapi yasudalah seiring berjalannya waktu gue pasti bisa
merubah rasa yang terlarang ini.
‘’Tan, kok melamun . ?’’ tanya
Adit
‘’nggak papa kok Dit, sebel aja
gue udah capek capek belajar semalam ech gurunya malah nggak masuk’’
‘’yaudalh
woles aja kali, kita balik yuk, ‘’
Gue dan Adit pulang bersama,
begitulah kebiasaan gue dan Adit, berangkat bareng pulangnnya juga harus
bareng, gue sering keluar jalan sama dia, pokoknya gue dan Adit deketnya udah
kayak suami istri.
Begitulah seterusnya, waktu
terasa berlalu sangat cepat tapi perasaan gue ke Adit malah menjadi jadi, gue
malah makin sayang dan cinta sama dia, dan gue malah makin takut kehilangannya.
Tapi sayang, tuhan merencanakan hal yang lain, gue dan Adit harus berpisah, gue
mau ngelanjutin study gue di Amerika, gue ingin menggapai cita cita gue, gue
sangat ingin jadi dokter biar bisa ngobatin banyak orang dan bisa membantu
rakyat kecil, begitulah cita cita gue.
‘’Dit, gue mau ngomong sesuatu’’
seruhku
‘’ia, tapi gue duluan yac’’
jawabnya
‘’emangnya lo mau ngomong apa
Dit. ?’’
‘’gue, gue suka sama lo Tan,
sejak dulu, sudah lama perasaan ini gue pendam karena gue takut kalau gara gara
ini nanti persahabatan kita akan hancur’’. Adit menggenggam erat tanganku
‘’gue nggak mau kehilangan elo
Tan’’
‘’gue sering tanya ke lo Dit,
‘’kenapa lo nggak pacaran.?, tapi lo selalu jawab kalau lo sedang menunggu
seseorang’’ jawabku
‘’ya Tan, seseorang itu kamu, aku
selalu menunggu respon atas semua perhatian aku ke kamu, tapi sepertinya kamu
nggak akan pernah bisa mengerti kalau aku nggak bilang ini langsung, gue benar
benar cinta sama kamu lebih dari diri gue sendiri’’
‘’apasi yang lo suka dari gue
Dit. ?’’
‘’gue nggak punya alasan kenapa
gue suka kamu, gue nggak akan bisa beri alasan itu Tan, karena yang gue tau gua
bahagia bila dekat denganmu’’
Air mataku mulai jatuh, sulit
membendungnya. Orang yang dari dulu gue sayang, orang yang dari dulu gue tunggu
kata itu keluar dari mulutnya, sekarang baru ia ucapkan setelah gue mau pergi
jauh darinya, tuhan ini sangat berat, gue harus memilih antara cita cita atau
cinta gue.
‘’kenapa baru sekarang lo ngomong
Dit, kenapa baru sekarang lo ucapin itu, lo tau nggak dit 1 tahun gue nunggu
kata itu keluar dari mulut lo, siang malam gue menghayal lo nembak gue, lo tau
nggak Dit gue juga sudah lama banget sayang sama lo, tapi sekali lagi gue tanya
kenapa baru sekarang lo bilang itu. ?’’ tanyaku sambil menahan air mata.
‘’maafin gue Tan, gue baru punya
keberanian. Tapi itu belum terlambatkan Tan. ?’’
Gue hanya terdiam sambil berusaha
menahan tangis ini, benar benar berat rasanya, seandainya cinta itu tidak
pernah ada mungkin semuanya nggak akan serumit ini.
‘’jangan diam saja Tan, jawab
gue’’ tanya Adit
‘’semuanya sudah terlambat’’
‘’maksud kamu apa Tan ?’’
‘’besok gue akan ke Amerika, gue
mau lanjutin sekolah gue disana, lo taukan dari kecil gue pengen banget jadi
Dokter, maafin gue Dit, tapi yang perlu lo tau kalau gue sangat sayang sama lo,
gue bakal merindukan lo Dit’’
‘’sulit dipercaya, bilang sama
gue kalau lo Cuma bercandakan, lo Cuma mau nakutin gue ajakan Tan, bilang sama
gue Tan kalau ini semua nggak benar’’
‘’tapi inilah kenyataannya, besok
jam 10 gue kebandara, tapi lo tenang saja, gue bakalan selalu sayang sama lo’’
‘’ia Tan, gue bakalan setia sama
lo, nggak akan ada wanita lain dihatiku selain kamu dan gue akan selalu setia
menunggumu’’
Adit memeluk gue erat, kami
menangis bersama. Itulah hari terakhir aku bertemu dengan Adit, sebenarnya aku ingin
pamit langsung sama Adit, tapi kata ibunya dia sedang keluar jadi aku titip
salam saja,berat rasanya ninggalin kampung halam ini, tempatku dibesarkan,
tempatku mengenal arti cinta, dan gue juga ingin ini tempat gue dan Adit
meresmikah hubungan kita dengan doa restu dari semua orang.
Hari itu gue melangkahkan kaki
pergi meninggalkan kampung ini, gue selalu berharap Adit datang dan memeluk gue
tapi spertinya itu hanya impian semu.
Hari pertama disini gue ketemu
dengan bule yang ganteng banget, tapi itu sama sekali tidak membuat gue lupa
akan Adit disebrang sana.
Hari terus berlalu, sekarang Adit
sudah jarang hubungin gue, ponselnya pun sudah tidak pernah aktif, sempat sich
gue dengar kabaar kalau saat ini Adit ladi dekat dengan putri sepupu gue, tapi
gue nggak terlalu ambil pusing karena gue fikir itu sepupu gue, nggak mungkin
la dia nusuk gue dari belakang, tapi nampaknya itu benar benar kejadian, sangat
sulit dipercaya, janji suci yang Adit ucapkan sebelum gue perggi, gue masih
ingat kata kata itu, kata kata yang sangat membahagiakanku, tapi rupanya Adit
sudah lupa dengan katanya itu, belum genap gue setahun disini dia sudah punya
pengganti gue.
Gue meerasa sangat sedih, gue
nggak habis fikir kalau sepupu gue tega lakuin ini ke gue. Selama gue sedih dan
terpuruk akan hidup ini Riank yang selalu ada untuk gue, Rian itu cowok bule
yang pertama kali gue kenal, dia baik dan ramah, dia juga nggak kalah ganteng
sama Adit, tapi gue tetep saja nggak bisa lupain dia. Dulu kalau nyokap bilang
mau pulang kampung, hati gue berdebar debar nggak karuan, tapi kali ini nggak
ada getaran sama sekali, gue malah nggak ingin pulang kesana lagi, gue nggak
ingin lagi ketemu sama Adit, gue benci banget sama dia
Waktu berlalu begitu saja, sudah
tiga tahun gue disini, dan ini adalah semester terakhir gue, gue disibukkan akan nyusun skripsi, semuanya
berlangsung sangat lancar, bulan depan giliran gue yang akan diwisuda, gue
senang banget akhirnya cita cita gue bisa terwujun juga. Tapi sialnya gue
mendapat kabar kalau bulan depan Adit dan Putri akan tunangan, kalau mengingat
itu, dadaku terasa sesak, kebahagiaan yang kurasa seolah hilang. 3 tahun gue
coba melupakan Adit, tapi bodohnya gue nggak pernh berhasil, bayang bayang Adit
selalu saja menghantuiku, gue sering nangis sendiri kalau mengingat hal itu. 3
tahun gue disini, tiga tahun juga gue jomblo dan 3 tahun juga gue nunggu kabar
dari Adit. Tapi buat apa nunggu kabar darinya, dia juga sudah bahagia, dia akan
menikah dengan, dengan orang yang ia sayang, gue saja yang bodoh sampai
sekarang gue belum berhasil melupakannya, gue masih saja terpuuruk dengan
keadaan yang memalukan ini. Sungguh membosankan.
‘’Tania ‘’ panggil ibu
‘’ia ibu, ada apa . ?’’
‘’ bereskan barang barangmu,
besok kita akan pulang kekampung’’
‘’apa bu, pulang . ? kok mendadak
begitu’’
‘’ ini sama sekali tidak mendadak,
sudah hampir 4 tahun kita disini, dan kamu sudah menggapai cita citamu,
sekarang kamu sudah menjadi dokter, sudah saatnya kita pulang, nenek kamu
dikampung sudah sangat merindukanmu, kita juga harus menghadiri acar
pertunangan sepupumu’’
‘’pertunangan sepupuku, siapa bu?’’
‘’itu pertunangan putri, sudah
bereskan saja barang barangmu jangan sampai ada yang ketinggalan karena
kemungkinan besar kita nggak akan balik kesini lagi’’
‘’lo kok gitu bu, ‘’
‘’ ibu mau fokus merawat nenekmu
yang sedang sakit sakitan’’
Impin yang dulu gue tunggu tunggu
akan terwujud, gue balik kekampung, tapi semuanya percuma, itu hanya akan
membuat gue sakit hati, gue nggak mau pulang
‘’kalau ibu mau pulang, ibu saja
yach, aku nggak mau bu, aku masih mau disini’’
‘’apa kamu lupa Tan, kamu pernah
bilang kalau kamu mau jadi dokter biar kamu bisa obati rakyat yang kesusahan,
dan dikampung itu banyak warga yang kesushana Tan’’
‘’astagfirullah, aku lupa tujuan
utamaku bu, maafkan aku, yasudah aku kemasin barang dulu ya bu’’
Setelah ucapan ibu itu, gue sama
sekali nggak ada keraguan lagi untuk pulang, gue pulang bukan untuk Adit
melainkan untuk menepati janjiku itu.
..................................................
‘’Tan semua barang udah
dikeluarin belom, taksinya sudah datang ini. ?’’ tanya ibu
‘’ia bu sudah,’’
Aku dan ibu bergegas kebandara,
jam 3 soreh kami sampai dirumah, gue merindukan hal hal yang pernah gue
tinggalin disini, semua keluarga berdatangan kerumah, banyak yang bilang kalau
gue makin cantik dan sudah mirip bule karena kulit gue putih, gue hanya
tersenyum
‘’bu, kita kerumah nenek yuk’’
‘’yasudah kamu duluan saja, ibu
masih mau beres beres dulu’’
Gue kerumah nenek sendirian yang
letaknya tidak begitu jauh dari rumahku. Disana sangat ramai,
‘’heeeiiii,, ini Tania yach, wach
makinn cantik saja’’ ledek pamanku
‘’apa an sich paman, nggak ada
yang berrubah kok, aku tetap Tania yang dulu’’
‘’wach Tan kamu ini sudah kayak
bule yach, cantik banget pasti sudah punya pacar ya. ?’’ kata dian sepupuku
‘’nggak la, aku kesana bukan
untuk cari pacar’’
‘’yach tapi pasti banyak lah yang
naksir sama kamu, kamu nggak kalah cantik sama artis artis Amerika’’
‘’apa an si Dian, jngan terlalu
dipuji anak tante, entar melayang lo’’ sambung ibu
‘’tau nich dian, bisa aja’’
Gue membalikkan badanku,
bermaksud menegur Rina, yang rumahnya berdekatan dengan rumah nenekku, tapi
ternyata disana ada cowok yang gue kenal, cowok yang pernah memberi warna dalam
hidup gue, cowok yang gue sayang sampai sekarang, cowok yang akan jadi milik
sepupu gue sendiri, yach cowok itu adalah Adit,
‘’Tan, mana oleh olehnya .
?’’teriak Rina
‘’ada dirumah banyak, kerumah
saja’’
Adit menatap gue tajam, tatapan
matanya masih sama nggak ada sama sekali yang berubah kecuali rasa sayangnya
kegue, disana juga terlihat wanita yang tak lain adalah putri, orang yang sudah
merebut cinta Adit dari gue.
‘’Putri, Adit ayo kesini’’
panggil ibu
Gue hanya diam, sampai sekarang
gue masih ingat kata kata Adit sebelum gue pergi, dia ingin setia nunggu gue,
tapi apa kenyataannya malah dia akan tinggalin gue. Putri dan Adit berjalan
kearah kami, mereka memang kelihatan sangat serasi.
‘’bu, aku pulang dulu ya badanku
pegal pegal’’
‘’kamu nggak ingin ketemu calon
pengantin baru itu, biar kamu cepat cepat nyusul’’ ledek ibu
‘’apa an sich bu, aku belum mau
menikah, aku mau membantu orang2 disini dulu’’
‘’hy Tan,’’ sapa Adit.
Gue nggak bisa menatap matanya
karena tatapan mata itu bukan milik gue lagi
‘’hy Dit, kabar lo gimana’’
tanyaku
‘’gue baik Tan, lo sendiri. ?’’
‘’ gue juga baik, ‘’
‘’bu ada motor yang bisa aku pake
nggak, aku mau kepenjual bakso langganan ku’’ tanyaku
‘’pakai motor aku aja Tan’’ tawar
Dian
‘’yaudah makasih yach’’
Aku mengambil kunci motor dian
dan melajukan motor dengan kecepatan sederhana, penjual bakso itu langganan gue
dan Adit jaman SMA dulu, tiap gue ada masalah gue selalu kesana. Gue lagi asyik
makan tiba tiba Adit datang.
‘’gue boleh duduk disini nggak
Tan’’
‘’duduk aja, itu tempat umum
kok’’
‘’lo marah sama gue ya Tan. ?’’
‘’ngapain marah sama lo’’
‘’terus kenapa kamu nggak mau
lihat mataku’’
‘’mata kamu penuh dengan janji
palsu Dit’’
‘’maksud kamu apa sich Tan, gue
nggak ngerti’’
‘’ach nggak, nggak ada maksud apa
apa’’
‘’Tan, lo tau aku nggak pernah
berubah, persaanku kekamu tetap sama seperti dulu sebelum kamu pergi ke Amrik’’
‘’basi tau nggak sich kata kata
lo itu, lo tau nggak Dit 3 tahun gue nunggu kabar dari lo tapi lo nggak pernah
sama sekali hubungin gue, apa susahnya sich Dit, gue hubungin lo tapi nggak
pernah aktif, maksud lo apa, sengaja mau menghindar dari gue’’
‘’maafin gue Tan’’
‘’maaf, Cuma itu. Tapi yudalah
bentar lagi lo juga akan jadi milik orang lain, gue nggak punya hak apa apa
atas hidupmu, selamat ya Dit’’
‘’ tan lo tau gue nggak pernah sayang
sama Putri’’
‘’kalau kamu nggak sayang ngapain
kamu mau menikah sama dia, kenapa kamu nggak tunggu aku, kenapa kamu nggak
nepatin janji, kamu tau nggak Dit kamu itu laki2 yang paling jahat yang pernah
gue kenal’’
‘’gue nggak tau mau cerita
darimana Tan, ceritanya sangat panjang’’
‘’ och nggak perlu repot2, gue juga
nggak mau dengar apa apa dari kamu lagi, basi tau nggak’’.
Gue pergi ninggalin Adit dengan
perasaan hancur, kalau emang dia sayang sama gue seharusnya dia nahan gue
supaya gue nggak pergi, Adit gue sayang banget sama lo, sayang banget dit. Gue
pergi dengan air mata yang berlinang. Tapi gue juga merasa penasaran gimana
awal cerita hubungan mereka jadi kuputuskan untuk menanyakan hal ini pada Dian.
Komentar
Posting Komentar