Langsung ke konten utama

Aku, Kamu dan Masalaluku



Penulis:Liliyana Amsir
Seperti angin, menghembuskan kesejukan lalu berlalu begitu saja. Seperti hujan, memberikan ketenangan namun hanya sesaat. Seperti pelangi, mengahdirkan keindahan namun tak bertahan lama. Seperti itu kehidupan yang kujalani. Penuh tantangan dan air mata.       
Namaku Anita, seorang mahasiswi jurusan ilmu hukum di jogja. Hidup aku sangat sederhana, hidup aku sangat sulit, dan hidup aku sangat menyakitkan. Aku sering merasa kalau Tuhan tidak adil denganku, aku merasa tuhan membedakan aku dengan yang lainnya.  Tapi satu hal yang selalu berhasil membuatku menepiskan fikiran negatif itu. Kehadiran ibuku, aku sangat beruntung memiliki ibu yang sesabar dia. Aku sangat beruntung memiliki ibu sehebat dia. Kalian bertanya seberapa aku menyayanginya? Aku sangat menyayanginya. Aku merasa cukup dengan memilikinya. Aku tidak membutuhkan apapun kecuali melihatnya terus tersenyum bahagia. Tapi kadang, tanpa aku sadari, akulah penyebab dari kesedihannya itu.
“Nita, lo mau ikut kita ke Mall nggak. Katanya disana ada diskon besar besaran loh!” kata vio sahabatku.
“ia, lo ikut aja nit. Nggak bosen apa kampus, kos, kampus, kos. Lo juga perlu hiburan kali nit” kali ini fika yang bicara.
Biar kukenalkan. Vio dan Fika adalah sahabatku dari dulu, dari kami mendaftar difakultas ini sampai sekarang, semester 4. Aku sangat menyayangi dan menghormati mereka. Mereka adalah keluarga kedua bagiku. Mereka selalu menghiburku saat aku susah, dan mereka selalu membantuku saat aku membutuhkan bantuan. Tidak tahu sudah berapa sering kami berantem, namun pada akhirnya kami kembali bersama. Karena kami mendahulukan persahabatan diatas apapun.
“Sebenarnya aku ingin pergi, tapi . . “
“Tapi kamu malas keluar dan kamu ingin tinggal dirumah saja, nonton drama korea sambil ngemil. Lo mau bilang itukan Nita” potong Fika. Aku tertawa, dia bahkan sudah hafal betul konteks kalimatku. Mungkin terlalu sering kuucapkan kali yah!, hahaha.
“ketawa lagi! Ayolah Nita, sekali ini saja. Kali aja disana kamu ketemu jodohmu. Lo nggak bosen apa jomblo terus? “
“memangnya apa yang salah dengan statusku yang jomblo, buktinya aku havefun. Nggak galau galau terus seperti kalian”. Kataku, aku menyalakan tabku. Sudah sangat berdebu, karena terlalu lama tidak digunakan.
Kalian mungkin tidak percaya, di umurku yang ke 21 tahun ini. Aku sama sekali belum pernah pacaran. Jadi jangan heran kalau sahabatku memanggilku dengan sebutan jomblo awet. Aku tidak perduli dengan pacaran dan aku tidak percaya dengan cinta, aku tidak percaya dengan pria manapun, aku tidak percaya dengan cinta yang dikatakan oleh pria manapun. Bagiku cinta itu bullsit, cinta itu omong kosong. Itu penilaianku tentang cinta.
“salahnya adalah kamu yang tidak pernah memberikan kesempatan untuk orang lain membahagiakanmu. Kamu selalu menolak mereka dengan alasan belum mau pacaran. Sebenarnya, lelaki seperti apa yang kamu cari. ?” Vio merebut tab itu dari genggamanku, aku tahu ia melakukan itu hanya agar aku bahagia. Aku tahu, mereka sebenarnya kasihan denganku. Mereka kasihan dengan hidupku yang begitu membosankan. Tapi aku menikmati hidupku, aku menikmati setiap hal yang ada didiriku. Apapun itu.
Kurebut kembali tab itu, Vio tak melawan.
                “aku tahu, aku hanya belum menemukan pria yang tepat saja” jawabku
                “pria yang seperti apa yang kamu tunggu? Seperti Adri?  Pria tidak bertanggung jawab itu yang kamu inginkan?” aku terdiam, yah memang dari dulu sampai seekarang dia selalu menjadi alasanku menolak pria lain. Pria satu itu yang telah membuat aku menutup rapat pintu hatiku untuk beberapa pria. Dia yang telah membuatku tidak percaya dengan laki laki manapun didunia ini. Dia yang mengajarkan apa itu cinta, dan dia pula yang mengajarkan bagaimana itu melepaskan.
                “aku tidak ingin membahasnya lagi” jawabku singkat, kubaringkan tubuhku dikasur sambil memainkan tab. Ahh ralat, bukan memainkan tapi menggunakan. Lagi lagi bayangan masa lalu itu muncul. Sial .
.................................................................................................................................................................
Flash Back
“Ibu kembalikan ponselku” pintaku sambil memohon, sengaja aku membuat ekspresi yang mengibah.
“ayolah ibu,” aku tersenyum merayu
“tidak sampai kau bicara jujur dengan ibu, ayo katakan siapa pria itu. Apa dia kekasihmu??” jawab ibuku menggoda. Ibuku ini memang sangat senang menggodaku, ayolah Nita, kamukan hanya perlu menceritakan pria itu, kamu tidak perlu segugup inikan.
“baiklah ibu, nanti kuceritakan. Tapi, kembalikan dulu ponselku”
“ohoooo tidak, kali ini kamu tidak akan bisa menipu ibumu ini. Cepat ceritakan, pria seperti apa yang bisa meyakinkan putri ibu yang keras kepala ini”. Ibuku terus saja mendesak, bagaimana ini? Apa kuceritakan saja semuanya, tapi bagaimana jika ibu tidak menyukainya.
“ayo cerita, siapa pria itu?” katanya
“Namanya Adri, Adrian. Kami sudah lama berteman dan kufikir dia adalah pria yang baik. Dia bisa membuatku tertawa, dia selalu ada untukku, dan yang pasti dia selalu menjagaku”
“entah sudah berapa sering aku menyuruhnya untuk pergi menjauh, ibu sendiri tau aku benci dengan pria manapun, tapi dia beda ibu, dia tidak sama dengan kebanyakan pria yang kukenal, dia tetap tinggal meskipun aku sudah menyuruhnya pergi, dia tetap datang meski aku selallu menolaknya, dan kufikir aku mulai menyukainya. Tidak, mungkin tidak sekedar menyukai, kurasa aku mulai jatuh cinta padanya.”
..................................................................................................................................................................
“Baiklah Nita, apapun yang kami katakan tidak akan bisa mengubah keputusanmukan, jadi lakukan saja yangg kamu anggap benar” kata Vio ketus
“ayolah guys, gue hanya malas pergi hari ini. “
“tidak masalah, toh lo memang nggak pernah mau setiap kami ajak keluar. Jadi . . . “
“ok gue pergi! Demi kalian, tunggu disini,  gue ganti pakaian dulu.” Begitulah sahabatku, mereka selalu tahu cara menjebakku, denganmemasang wajah yang terkesan terzalimi oleh perbuatanku, dan mau tidak mau aku harus ikut dengan mereka. Baiklah, ini bukan pertama kalinya aku berada dalam situasi ini. Menyebalkan.
.....................................................................................................................................................
                Tidak lama, sampai juga kita disebuah Mall yang luasnya bahkan tidak bisa kutafsirkan, sekitar 10 lantai. Dan disinilah kita, disebuah cafe sederhana yang pengunjungnya lumayan banyak.
“baiklah, kita lihat menu makanan mana yang enak dari cafe ini” Vio memang orangnya doyang makan, ukuran tubuhnya bahkan tidak sesuai dengan porsi makanannya. Kalian tidak akan percaya seberapa banyak yang dia makan dalam sehari, karena itu aib sahabatku maka aku tidak akan menceritakannya. Balik lagi kemenu makanannya, makanan yang disediakan cukup banyak namun hanya satu yang menjadi favoriteku,  nasi goreng pedas. Tunggu sampai mereka mencatat pesananku ini.
“kok nasi goreng lagi si Nit, ayolah. Kita jauh jauhkesini agar bisa menikmati makanan enak, lo nggak bosen apa makan nasi goreng mulu”
“ia, gue tau tapi masalahnya gue hanya suka makanan itu. Kalian tidakperlu protes lah, masih untung gue mau diajak kesini”
“yasudalah Fika, kalau Nita maunya nasi goreng ya tidak masalah. Masa masalah begini diperdebatkan”
Fika terdiam, kadang aku merasa sahabatku ini tidak mengerti dengan kondisiku. Aku bukanlah anak orang kaya yang  rela menghabiskan uang yang susah payah dikumpulkan ibu untukku. Aku harus pintar pintar menabung, malu juga kalau setiap minggu  minta uang ke ibu
..............................................................................................................................
Kami menyantap makanan yang diantar oleh  pelayan cafe ini. Aku menatap wajah sahabatku bergantian, mereka terlihat begitu menikmati hidup, sama sekali tidak terlihat ada beban diwajah mereka, aku bingung bagaimana mereka bisa semenikmati hidup, kenapa aku tidak bisa mencontoh mereka yang masa bodoh akan hal hal yang tidak penting, dan kenapa aku tidak bisa melupakan masa lalu yang selalu berhasil membuat air mataku menetes. Come on Nita, lo nggak boleh mengingatnya lagi, sudah cukup sekarang.
Sejujurnya, aku tidak bisa melupakannya, aku sadar, bahkan aku sangat sadar atas perlakuannya dulu, atas penghianatannya, tapi kenapa hati aku yang bodoh ini masih saja berharap suatu saat kami akan bertemu kembali. Ngayal gua.
“udah ngayaaalnya” sahut Fika mengagetkanku
“siapa yang ngayal, orang gue lagi makan”
“please deh Nita, kami ngajak lo kemari itu untuk senang senang”
“ia, ia gue tahu kok. Udah deh, mending kita pulang saja”
“eh entar dulu dong, belum juga keliling sudah mau pulang. Nggak asik lo Nit” ketus Vio, mulai deh keluar muka manyungnya
“emang kalian mau kemana lagi sih”
“kita keliling saja dulu, siapa tau dapat cowok keren”
“terserah kalian sajalah”
.....................................................................................................................................................dan disini kami sekarang, berkeliling tidak jelas di dalam mall yang luasnya bukan main. Betis aku rasanya sudah sangat pegal dan kedua sahabat gila gue ini sama sekali tidak terlihat lelah.
“ayolah guys, sudah tiga jam kita jalan. Kalian nggak capek apa” kataku menghelah
“baru juga tiga jam, kami bahkan sering menghabiskan malam disini. Kebayang nggak tuh berapa lama kami jalan”
“tapi gue sudah capek, kita pulang saja ya”
“bentar lagi deh Nit, kita kesana sebentar habis itu kita pulang”
Kami menghampiri tempat duduk yang terletak dipojok kiri, disampingnya ada sebuah taman kecil. Indah memang, dan sahabat gue yang suka selfie ini tentunya akan senang berpose ditempat ini. Aku duduk dikursi panjang itu, sebenarnya ada seorang pria yang juga duduk disana, tapi tidak apalah, kaki aku sudah sangat pegal dan disini sudah tidak ada kursi kosong.
“hhmm permisi mas, boleh sayang duduk disini” tanyaku kepada pria yang sedang asyik memainkan ponselnya itu, dia tidak menajawab. Apa dia tidak mendengarku, keperhatikan tubuhnya, aahh ternyata dia memakai handset, pantas saja dia tidak mendengar. Langsung saja kududukkan tubuhku dikursi itu.
“permisi mba, mba ada bolpoin?” tanya pria yang ada disampingku, aku membuka tasku dan memberikan bolpoin itu
“ada, ini masss . . . “ mh my god, aku syok, pria yang ada disampingku. Pria itu, pria yang selama ini coba aku lupain. Sejenak aku terdiam, mencoba menstabilkan hatiku ini, dan sialnya hati aku masih saja berdetak kencang untuk pria brengsek ini. Aku memandang wajah itu, wajah yang dulu selalu berhasil menenangkanku, wajah yang selalu aku mimpikan dulu, dan wajah yang sempat aku harapkan akan melihatnya saat aku terbangun dari tidurku dipagi hari.
Aku menatap mata itu, mata yang dulu selalu berhasil meyakinkanku kalau dia hanyalah milikku.
“Ardi” gumamku, dia menatapku dengan mata tajamnya. Aku melihat ada duka dimata itu. Sudah sangat lama sejak terakhir aku melihatnya,dan yah dia tetap saja tampan.
“Nita, ahh ehm kamu apa kabar” tanya nya, aku tidak menjawab, sontak aku berdiri dan melangkah untuk pergi, namun adri menahanku, ia menarik tanganku hinggah mau tidak mau tubuhku berbalik 90 derajat.
“plis, kamu dengerin aku dulu Nit”
“apa lagi yang harus aku dengarkan Adri. Kamu dan aku sudah selesai, jadi plis kamu lepasin tangan aku”
“siapa yang bilang kita sudah selesai, itu kamu yang bilangkan. Aku tidak pernah mengiyakan hal itu. Dan aku masih tidak mengerti kenapa kamu tiba tiba menghilang. Aku mencari kamu kemana mana”
“hah, mencariku kemana mana? Kamu mencariku kemana saja? Sejauh mana kamu mencari? Dan yah, memang benar , aku yang mengatakan kita telah berakhir, toh nyatanya kita memang sudah berakhir. Kamukan yang dulu tidak pernah mengakui aku sebagai pacar kamu, kamukan yang lebih dulu tertarik pada Tania, wanita yang selalu kamu puji itu didepanku.”
“tapi tidak seharusnya kamu  pergi tanpa memberikan penjelasan apa apa padaku, aku sepperti cowok pengecut yang tidak menngerti keadaan, yang terus bertanya seperti orang bodoh kenapa kamu pergi gitu aja, tanpa penjelasan”
“ayolah Dri, harus apa aku menjelaskan semuanya lagi, harus aku mengingat masalalu yang susah payah aku lupain. Harus aku menggali kembali luka yang kau sebabkan. Aku tidak ingin lagi mengingatnya Adri, sudah cukup. Dan jangan pernah muncul didepanku.”
Aku melangkah pergi dari tempat itu, sakit sekali rasanya. Air mata ini kembali menetes untuk pria brengsek sepertinya. Pria yang telah membuatku takut membuka hati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Gadis Murahan

Author by Liliyana                           Hembusan angin menerbangkan rambut panjang ku yang kubiarkan terurai. Pandanganku kosong menatap hamparan laut yang membentang luas. Sekejap kenangan buruk kembali mengacaukan fikiranku. Ada begitu banyak beban didalam hati ini, ada begitu banyak keraguan yang berusaha kusembunyikan, ada begitu banyak hal yang berusaha kuyakinkan bahwa semuanya akan baik baik saja, ada begitu banyak perih yang tertahan.

Keajaiban Cinta Part 1

KEAJAIBAN CINTA Oleh LiliyanaAmsir                 Namaku Tania, cewek paling populer disekolah ini. Tak jarang cowok yang naksir padaku tapi tak pernah satupun gue terima. Sahabat gue sering bertanya tipe cowok seperti apa yang gue cari, jawaban gue simple cowok yang bisa terima gue apa adanya, bukan karena gue cantik ataupun kaya, dan cowok yang bisa melihat kekurangan gue.                                Tak jarang aku mendengar cemohan dari teman laki lakiku, terutama kakak kelasku. Mereka sering bilang gue ini cewek matre’, sok cantik, sok eksis, pokoknya banyak lahh. Gue sering tertawa sendiri kalau mengingatnya. Oia gue juga punya satu sahabat yang sangat care sama gue, namanya Adit, dia temen gue dari kecil, dia selalu ada buat gue, dia baik, smart,g...

Kamu

Ku ukir namamu d.mimpiku. . . bersama letih lelah hatiku menunggumu. . . kau berikan sejuta harapan yang membawa angan hatiku terbang, namun bukan kebahagiaan yang kudapat melainkan cercaan dari dalam diriku. . . andai   engkau mengerti betapa hati ini sangat membutuhkanmu, andai engkau mengerti betapa aqq sangat. . amat menyayangimu. . . andai saja CINTA itu   tdk pernah terjadi,, pasti tidak akan ada yang tersakiti, penyesalan yang kudapat karena telah mencintaimu. . tapi kenapa . .? kenapa rasa ini tak kunjung padam . . ? kenapa bayangmu selalu ada dalam benakku   . . . ? kenapa namamu tidak pernah hilang d.dalam pikiranku.