
Aku adalah
gadis yang lembut sebelum menjadi gadis yang kasar, aku adalah gadis yang polos
sebelum menjadi gadis yang arrogant, aku sendiri tidak perna menduga, kalau
perasaaaan cinta mampu merubah kepribadian seseorang, bahkan 360 derajat. Ini cerita
aku, tentang aku yang begitu mencintainya, tentang aku tidak rela
kehilangannya, dan tentang aku yang tersakiti karenanya.
..................................................................................................................................................
“sampai
kapan kamu kayak gini terus, ibu gak tega
lihat kamu ngurung diri terus dikamar” sahut ibuku dengan wajah sedih. Jujurnya,
Aku tidak tega melihat ibuku, dia selalu mencemaskan aku. Sejak Ayah meninggal,
aku jadi tidak punya semangat hidup, aku terlalu sayang sama Ayah, rasanya
tidak sanggup menerima kenyataan kalau aku harus mengiklaskannya, aku masih
belum bisa menerima kenyataan bahwa Ayah telah pergi. Air mataku lagi lagi
menetes, sudah satu minggu sejak kepergian Ayah, namun rasanya masih begitu
menyakitkan.
“kenapa
ibu membencinya?” tanyaku, ibu terdiam, Aku tau, tidak seharusnya pertanyaan itu aku tanyakan,
tapi aku sungguh penasaran, bahkan sampai akhir hayat ayah,ibu sama sekali tidak
pernah perduli padanya, jangankan perduli, tersenyumpun tidak. Sangat buruk
rasanya, tinggal satu rumah namun tidak pernah melihat mereka berbicara satu
sama lain, tidak pernah melihat mereka saling tersenyum, tidak . . .tidak .. mereka tidak berantem, namun
rasanya lebih buruk dibandingkan melihat
mereka saling meneriaki satu sama lain.
“akan
ada saatnya kamu akan tau”
Aku diam,
jawaban ibu selalu sama, akan ada
saatnya, sampai sekarang aku masih menunggu saatnya itu, aku masih menunggu
penjelasan dari ibu, dan untuk ayahku, semoga Allah menerima dia disisinya.
“kamu
tidak kekampus?” tanya ibu, aku membalikkan badan, menutup tubuhku dengan selimut
putih, aku sedih, aku sangat sedih, aku merasa benar benar sendiri sekarang,
bahkan Andar sama sekali tidak menghubungiku, apa dia tidak kwatir denganku. Tidak,
aku tidak boleh berburuk sangka padanya, Ingat Li, lo pernah hampir kehilangan
dia wakTu itu, waktu lo cemburuan nggak jelas,nggak lagi, dia pasti lagi sibuk,
pikirku, aku berusaha menenangkan diriku. Sebaiknya aku kekampus, sudah satu
minggu lebih aku absen, ok, sebaiknya memang begitu.
.......................................................................................................................
“kamu
mau kekampus?” tanyaa ibu aku dengan wajah tersenyum, aku hanya diam, menuNduk
lalu berlalu tanpa sepata katapun
“Li,
kamu nggak makan dulu?” tanya nya lagi, plis jangan bicara lagi bu, suara ibu
membuatku terluka, aku perlu waktu untuk mengobati lukaku, aku perlu waktu
untuk menerima ibu kembali. Aku tidak menjawab pertanyaannya, berlalu begitu
saja. Bagimana perasaanku? Hancur, sangat hancur, aku menyayangi ibuku, namun dalam hatiku
masih ada perasan marah, aku marah dengan sikap
ibuku yang tidak pernah perduli dengan Ayah bahkan ketika Ayah sedang dalam
masa masa kritisnya, aku kecewa dengan sikap ibu yang bahkan tidak ada saat
saat terakhir ayah, saat Ayah merasakan sakitnya sakratull mautnya, dan aku
sedih, aku sangat sedih bila mengingat betapa kacaunya hubungan keluargaku.
Dan disinilah
Aku sekarang, duduk ditaman kampus sambil sesekali memejamkan mata, setelah
satu minggu lebih tidak kesini. Ohia, ini adalah tempat favoritku bareng Andar,
kami selalu kesini, tiap hari, dan kalau sudah disini, waktu terasa berlalu begitu cepat. Andar mana yah,
tanyalu dalam hati, satu minggu ini dia tidak ada kabar, Aku telpon aja kali
yah? Atau nggak usah la yah, kasi serprice aja. Aku berjalan masuk area
fakultas, mungkin saja Andar ada didalam.
Oh ia,
sebelumnya, Aku Aliyah, seorang mahasiswi Fakultas Kedokteran semester 7(bentar
lagi wisuda, hahaha), tidak adaa yang istimewa dari aku, selain yang aku ceritain diatas, dan satu lagi, seseorang
yang begitu special bagiku, namanya Andra Wijaya dan aku lebih senang
memanggilnya Andar, dia kekasihku, penyemangat hidupku, aku sangat
menyayanginya, aku mencintainya melebihi aku mencintai diriku sendiri, aku
tidak perduli apapun kecuali kebahagiaanya, gila bukan? Tapi Aku tidak perduli,
aku mencintainya dan itu sudah cukup untukku.
Selangkah,
dua langkah, tiga langkah, hingga disinilah aku sekarang, depan fakultas, ada
yang aneh rasanya, suasananya begitu mencekang, dan tanpa sengaja pandanganku
terhenti pada dua orang yang tengah duduk berdua, bergandengan tangan, mesra
sekali, perlahan sang pria mengecup lembut kening si cewek, gila, mau teriak
aku rasanya, bagaimana mungkin ini bisa terjadi, bagaimana mungkin dia tega menghianati aku, nggak . . . ini salah .
. . ini nggak mungkin, aku lantas meraih
ponselku dan menelpon Andar, Aku berdoa, semoga yang kulihat ini salah, semoga
yang kulihat ini salah, semoga yang kulihat ini slaah, ucapku berulang kali.
“halo”
jawab seseorAng dari sebrang sana
“halo,
andar ini Aliyah”
“oh ia,
kenapa sayang? Kamu kenapa nggak kekampus ?
“oh ia,
aku lagi ada urusan, kamu dimana?” tanyaku basa basi
“aku? Oh
aku lagi dikampus, biasa lag ngumpul bareng Andreo dan Lenota”
Kamu berbohong Andar, kenapa kamu tega menipuku, apa yang
kamu lakukan? Manaa janjimu Andar. Aku sedih, aku sangat sedih, bagaimana
tidak, orang yang selama ini aku bangga banggain ternyata, ternyata tidak
sebaik yang aku pikir, laki laki yang
selalu aku jaga perasaannya tega menghianatiku.
“halo,
Lia, kamu kok diam sayang” pecah sudah, air mataku menetes lagi lagi dan lagi,
suram sekali rasanya.
“Aku .
. Aku mau kita PUTUS Dar” kataku dengan suara bergetar
“apaa? Loh
sayang, kamu kok ngomong gitu, Alia, kamu kenapa sayang” aku menutup
teleponnya, dan masih, air mata ini masih tetap saja mengalir, cobaan apa lagi
ini, aku menatap cincing yang melingkar dijari manisku.
“gue ada kejutan buat kamu
sayang” ia, saat ini kami, aku dan Andar
sedang duduk ditaman kampus sambil menunggu terbenannya matahari, ini adalah
tempat favorit kami berdua
Andar mengeluarkan
kotak persegi kecil berwarna merah dari saku celananya.
“apa ini?” tanyaku
“buka saja, kamu akan tau
sendiri kok” aku membukanya, dan sungguh aku benar benar kaget, sebiah
cincinberkilau sedang adaa digenggamanku, aku menatap Andarr dengan wajah
bertanya tanya
“will you merrie me?” tanyanya. Kalian
tau betapa aku bahagia? In adalah anugrah terindah dari tuhan, aku mencintanya, dan terima kasih kado
terindah dihari special ini tuhan
“yes, i will” aku memeluk Andar
sayang, aku akan selalu mencintaimu, Andar.
..................................................................................................................................................
Perlahan,
aku melepaskan cincin itu dari jariku, tidak lagi sekarang, kamu yang telah
menghancurkan hubungan ini, kamu telah membuatku kecewa, kamu menyakitiku dan
aku, aku, begitu sakit sekarang. Selamat berbahagia!!
Nb:Tunggu lanjutan kisah Aliya dan Andar yah!!
Komentar
Posting Komentar