Langsung ke konten utama

KAMU

                Aku pernah menyukai seseorang, aku pernah mencintai seseorang hingga benar benar takut kehilangan. Aku pernah menjadi gadis bodoh karena rasa sayang kepada seseorang. Hatiku pernah tersenyum manis saat melihatnya sebelum akhirnya berubah menjadi benci.
                Aku adalah gadis yang lembut sebelum menjadi gadis yang kasar, aku adalah gadis yang polos sebelum menjadi gadis yang arrogant, aku sendiri tidak perna menduga, kalau perasaaaan cinta mampu merubah kepribadian seseorang, bahkan 360 derajat. Ini cerita aku, tentang aku yang begitu mencintainya, tentang aku tidak rela kehilangannya, dan tentang aku yang tersakiti karenanya.


..................................................................................................................................................
                “sampai kapan kamu kayak gini terus, ibu gak tega  lihat kamu ngurung diri terus dikamar” sahut ibuku dengan wajah sedih. Jujurnya, Aku tidak tega melihat ibuku, dia selalu mencemaskan aku. Sejak Ayah meninggal, aku jadi tidak punya semangat hidup, aku terlalu sayang sama Ayah, rasanya tidak sanggup menerima kenyataan kalau aku harus mengiklaskannya, aku masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Ayah telah pergi. Air mataku lagi lagi menetes, sudah satu minggu sejak kepergian Ayah, namun rasanya masih begitu menyakitkan.
                “kenapa ibu membencinya?” tanyaku, ibu terdiam, Aku tau,  tidak seharusnya pertanyaan itu aku tanyakan, tapi aku sungguh penasaran, bahkan sampai akhir hayat ayah,ibu sama sekali tidak pernah perduli padanya, jangankan perduli, tersenyumpun tidak. Sangat buruk rasanya, tinggal satu rumah namun tidak pernah melihat mereka berbicara satu sama lain, tidak pernah melihat mereka saling tersenyum, tidak  . . .tidak .. mereka tidak berantem, namun rasanya lebih buruk dibandingkan melihat  mereka saling meneriaki satu sama lain.  
                “akan ada saatnya kamu akan tau”
                Aku diam, jawaban ibu selalu sama,  akan ada saatnya, sampai sekarang aku masih menunggu saatnya itu, aku masih menunggu penjelasan dari ibu, dan untuk ayahku, semoga Allah menerima dia disisinya.
                “kamu tidak kekampus?” tanya ibu, aku membalikkan badan, menutup tubuhku dengan selimut putih, aku sedih, aku sangat sedih, aku merasa benar benar sendiri sekarang, bahkan Andar sama sekali tidak menghubungiku, apa dia tidak kwatir denganku. Tidak, aku tidak boleh berburuk sangka padanya, Ingat Li, lo pernah hampir kehilangan dia wakTu itu, waktu lo cemburuan nggak jelas,nggak lagi, dia pasti lagi sibuk, pikirku, aku berusaha menenangkan diriku. Sebaiknya aku kekampus, sudah satu minggu lebih aku absen, ok, sebaiknya memang begitu.
                .......................................................................................................................
                “kamu mau kekampus?” tanyaa ibu aku dengan wajah tersenyum, aku hanya diam, menuNduk lalu berlalu tanpa sepata katapun
                “Li, kamu nggak makan dulu?” tanya nya lagi, plis jangan bicara lagi bu, suara ibu membuatku terluka, aku perlu waktu untuk mengobati lukaku, aku perlu waktu untuk menerima ibu kembali. Aku tidak menjawab pertanyaannya, berlalu begitu saja. Bagimana perasaanku? Hancur, sangat hancur,  aku menyayangi ibuku, namun dalam hatiku masih ada perasan marah, aku marah dengan sikap  ibuku yang tidak pernah perduli dengan Ayah bahkan ketika Ayah sedang dalam masa masa kritisnya, aku kecewa dengan sikap ibu yang bahkan tidak ada saat saat terakhir ayah, saat Ayah merasakan sakitnya sakratull mautnya, dan aku sedih, aku sangat sedih bila mengingat betapa kacaunya hubungan keluargaku.
                Dan disinilah Aku sekarang, duduk ditaman kampus sambil sesekali memejamkan mata, setelah satu minggu lebih tidak kesini. Ohia, ini adalah tempat favoritku bareng Andar, kami selalu kesini, tiap hari, dan kalau sudah disini, waktu  terasa berlalu begitu cepat. Andar mana yah, tanyalu dalam hati, satu minggu ini dia tidak ada kabar, Aku telpon aja kali yah? Atau nggak usah la yah, kasi serprice aja. Aku berjalan masuk area fakultas, mungkin saja Andar ada didalam.
                Oh ia, sebelumnya, Aku Aliyah, seorang mahasiswi Fakultas Kedokteran semester 7(bentar lagi wisuda, hahaha), tidak adaa yang istimewa dari aku, selain  yang aku ceritain diatas, dan satu lagi, seseorang yang begitu special bagiku, namanya Andra Wijaya dan aku lebih senang memanggilnya Andar, dia kekasihku, penyemangat hidupku, aku sangat menyayanginya, aku mencintainya melebihi aku mencintai diriku sendiri, aku tidak perduli apapun kecuali kebahagiaanya, gila bukan? Tapi Aku tidak perduli, aku mencintainya dan itu sudah cukup untukku.
                Selangkah, dua langkah, tiga langkah, hingga disinilah aku sekarang, depan fakultas, ada yang aneh rasanya, suasananya begitu mencekang, dan tanpa sengaja pandanganku terhenti pada dua orang yang tengah duduk berdua, bergandengan tangan, mesra sekali, perlahan sang pria mengecup lembut kening si cewek, gila, mau teriak aku rasanya, bagaimana mungkin ini bisa terjadi, bagaimana mungkin dia  tega menghianati aku, nggak . . . ini salah . . . ini nggak  mungkin, aku lantas meraih ponselku dan menelpon Andar, Aku berdoa, semoga yang kulihat ini salah, semoga yang kulihat ini salah, semoga yang kulihat ini slaah,  ucapku berulang kali.
                “halo” jawab seseorAng dari sebrang sana
                “halo, andar ini Aliyah”
                “oh ia, kenapa sayang? Kamu kenapa nggak kekampus ?
                “oh ia, aku lagi ada urusan, kamu dimana?” tanyaku basa basi
                “aku? Oh aku lagi dikampus, biasa lag ngumpul bareng Andreo dan Lenota”
Kamu berbohong Andar, kenapa kamu tega menipuku, apa yang kamu lakukan? Manaa janjimu Andar. Aku sedih, aku sangat sedih, bagaimana tidak, orang yang selama ini aku bangga banggain ternyata, ternyata tidak sebaik  yang aku pikir, laki laki yang selalu aku jaga perasaannya tega menghianatiku.
                “halo, Lia, kamu kok diam sayang” pecah sudah, air mataku menetes lagi lagi dan lagi, suram sekali rasanya.
                “Aku . . Aku mau kita PUTUS Dar” kataku dengan suara bergetar
                “apaa? Loh sayang, kamu kok ngomong gitu, Alia, kamu kenapa sayang” aku menutup teleponnya, dan masih, air mata ini masih tetap saja mengalir, cobaan apa lagi ini, aku menatap cincing yang melingkar dijari manisku.
                “gue ada kejutan buat kamu sayang”  ia, saat ini kami, aku dan Andar sedang duduk ditaman kampus sambil menunggu terbenannya matahari, ini adalah tempat favorit kami berdua
Andar mengeluarkan kotak persegi kecil berwarna merah dari saku celananya.
                “apa ini?” tanyaku
                “buka saja, kamu akan tau sendiri kok” aku membukanya, dan sungguh aku benar benar kaget, sebiah cincinberkilau sedang adaa digenggamanku, aku menatap Andarr dengan wajah bertanya tanya
                “will you merrie me?” tanyanya. Kalian tau betapa aku bahagia? In adalah anugrah terindah dari  tuhan, aku mencintanya, dan terima kasih kado terindah dihari special ini tuhan
                “yes, i will” aku memeluk Andar sayang, aku akan selalu mencintaimu, Andar.
..................................................................................................................................................

                Perlahan, aku melepaskan cincin itu dari jariku, tidak lagi sekarang, kamu yang telah menghancurkan hubungan ini, kamu telah membuatku kecewa, kamu menyakitiku dan aku, aku, begitu sakit sekarang. Selamat berbahagia!!

Nb:Tunggu lanjutan kisah Aliya dan Andar yah!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Gadis Murahan

Author by Liliyana                           Hembusan angin menerbangkan rambut panjang ku yang kubiarkan terurai. Pandanganku kosong menatap hamparan laut yang membentang luas. Sekejap kenangan buruk kembali mengacaukan fikiranku. Ada begitu banyak beban didalam hati ini, ada begitu banyak keraguan yang berusaha kusembunyikan, ada begitu banyak hal yang berusaha kuyakinkan bahwa semuanya akan baik baik saja, ada begitu banyak perih yang tertahan.

Untuk Kalian Para Sahabat Part II

            Mulainya dari mana?, saya selalu bingung  jika harus bercerita tentang kehidupan pribadi. Sebelumnya saya sudah pernah menulis hal yang sama, tentang saya dan para sahabat, bagaimana kami bertemu, itu sekitar dua tahun yang lalu. Kali inipun sama, saya akan menulis beberapa bait paragraf untuk mereka, untuk para sahabat terhebat yang sampai sekarang masih setia menemani.             Apa yang istimewa dari mereka? Entah, mereka memiliki sisi keunikan yang berbeda, mereka memiliki pola pikir yang berbeda, mereka memiliki cara pandang yang berbeda. Saya terkadang kesulitan memahami mereka, kadang saya berfikir bagaimana menjadi orang baik untuk para sahabat saya, saya ingin melakukan hal yan bisa mereka ingat, yang bisa mereka kenang dikemudian hari, bahkan saat saya tidak lagi disisi mereka(mungkin suatu hari). Masing masing dari kami memiliki kekurangan, kami sama sama tau itu, masing...

ARIANA

ARIANA Oleh Liliyana Amsir Awalnnya, kufikir jika aku mencintainya dengan tulus, cepat atau lambat dia akan berbalik mencintaiku, kufikir cukup aku saja yang mencintainya, cukup aku saja yang perduli padanya, cintaku saja sudah cukup untukk kami berdua, dengan aku yang sangat mencintainya saja sudah cukup untuuk mempertahankan hubungan kami, dengan cintaku yang tulus ini sudah lebih dari cukup untuuk kami berdua, namun aku salah, cintaku saja tidak cukup dan tidak akaan pernah cukup untuk kami berdua, cinta tulusku saja tidak   akan cukup untuk mempertahankan hubungan kami. Dan pada akhirnya aku sadar, dia tidak   akan pernah mencintaiku, bagaimanapun lamanya aku menunggu, dia tidak akan pernah membalas cintaku. Aku telah menyerah dengannya, aku mencintainya namun aku tidak ingin selamanya jadi orang bodoh yang dibutakan oleh cinta, aku mencintainya bahkan sangat mencintainya namun tidak ada gunanya bila dia tidak merasakan hal yang sama. Aku lelah dengan hubunga...