ARIANA
Oleh
Liliyana Amsir
Awalnnya, kufikir jika aku
mencintainya dengan tulus, cepat atau lambat dia akan berbalik mencintaiku,
kufikir cukup aku saja yang mencintainya, cukup aku saja yang perduli padanya,
cintaku saja sudah cukup untukk kami berdua, dengan aku yang sangat
mencintainya saja sudah cukup untuuk mempertahankan hubungan kami, dengan
cintaku yang tulus ini sudah lebih dari cukup untuuk kami berdua, namun aku
salah, cintaku saja tidak cukup dan tidak akaan pernah cukup untuk kami berdua,
cinta tulusku saja tidak akan cukup
untuk mempertahankan hubungan kami. Dan pada akhirnya aku sadar, dia tidak akan pernah mencintaiku, bagaimanapun lamanya
aku menunggu, dia tidak akan pernah membalas cintaku.
Aku telah menyerah dengannya, aku
mencintainya namun aku tidak ingin selamanya jadi orang bodoh yang dibutakan
oleh cinta, aku mencintainya bahkan sangat mencintainya namun tidak ada gunanya
bila dia tidak merasakan hal yang sama. Aku lelah dengan hubungan ini, aku
lelah berdebat dengan hati serta logikaku. Aku lelah bertahan dengan
penghianatannya. Adnan, aku menyerah denganmu.
...........................................................................................................................................
Namaku Ariana Adriah Pratama,
kalian bisa memanggilku Riana. Ini kisahku dengan Adnan,
Hito Adnan Prasetyo, dia adalah kekasiku, hubungan kami belum terlalu
lama, yah sekitar 11 bulanan. Sebentar lagi anniversary, aku sangat mencintai
kekasihku itu, aku sangat bahaagia memilikinya, aku selalu membanggakaannya
didepan sahabat juga teman kuliahku. Aku mencintainya bahkan melebihi diriku
sendiri. Terkadang sahabatku Andin germam dengan sikapku yang selalu membela
Adnan, yang selalu memaafkan kesalaahn Adnan, yang selalu setia meski nyatanya
Adnan seringkali menghianatiku. Aku selalu memaafkan segala perbuatannyaa
karena kufikir aku teramat mencintainya dan aku tidak bisa kehilangnnya.
Mungkin meemang terdengar bodoh,
namun aku tidak bisa melawan keinginan hatiku yang selalu ingin menjadikan
Adnan miliknya, tidak jarang aku melihat dengan mata kepalaku perselingkuhan
yang Adnan lakukan, namun dasar bodoh aku lagi lagi memaafkan dirinya, aku
sendiri tidak mengerti, mengapa aku bisa mencintai seseorang sampai segila ini.
Hari itu, aku jalan ke Taman
kampus bersama Andin, lagi lagi aku melihat pemandangan yang menyayat habis
hatiku, aku melihat dengan jelas Adnan
bermesraan dengan Anggi, mantan kekasihnya itu, hatiku serasa menjerit , ingin
rasanya kujambak rambut gadis tidak tahu malu itu namun kutahan karena ada
Andin disampingku.
“kamu lihat kelakuan cowok yang
selalu kamu bela itu Riana” Andin menatapku sangar, aku tahu dia sangat
membenci Adnan
“ayo kita pulang saja” jawabku
masih dengan menatap kearah Adnan dan Anggi
“pulang?, kamu tidak ingin nyamperin
mereka. Come on Riana, sudah jelass jelas Adnan lagi lagi hhianatin kamu, untuk
apa lagi kamu mempertahankan hubungan
yang hanya membuat hattimu sakit”
“tapi aku mencintainya, aku
sangat mencintainya hinggah rasanya membuatku gila, aku tidak bisa berhenti
mencintainya meski nyatanya dia menghianatiku. Jawab aku Andin, bagaimana agar
aku bisa berhenti bersikap bodoh, bagaimana agar aku bisa melepas perasaanku
untuknya” andin memelukku erat, air mata yang kutahan akhirnya terjatuh juga,
sungguh sakit rasanya melihat penghianatan Adnan itu. Tapi aku tidak bisa
membencinya, aku sangat mencintainya.
“aku harus bagaimana Andin”
kataku diselah tangisku
.....................................................................................................................................................
Perkataan ndin ditaman tadi
selalu saja berputar putar diotakku
“jika ia benar mencintaaaaimu, dia tidak akan setega itu menghianatimu. Kamu
harus sadar Riana, Adnan tidak pernah mencintaimu. Cintamu saja tidak akaan
cukup untuk kalian berdua. Didalam hubungan yang tanpa didasarri cinta tidak
akan bertahan dan akan menyakiti salah sattu bahkan kedua pihak. Lepaskan bila
tidak ada kebahagiaan didalamnya”
“aku akan memberikannya satu kesempatan lagi Din, namun jika dia tetap
tidak berubah maka aku akan melepaskannya”
Mungkin, yang dikatakan Andin
memang benar. Aku teralu dibutakan oleh cinta. Namun aku tidak bisa membohongi perasaanku, aku teramat
mencintainya, aku belum bisa melepaskannya.
Message, sebuah pesan dari Adnan, aku membukanya
“aku ingin bertemu denganmu. 30
menit lagi aku sampai dirumahmu”
Untuk pertama kalinya dia datang
kerumah setelah 11 bulan lebih kami
pacaran, selaluu sja aku yang mendatangi kosnya baru kami bisa bertemu, selama
11 bulan, untuk pertama kalinya dia mengirimkan pesan lebih dulu, selalunya aku
yang menghubunginya lebih dulu baru kami bisa berkomunikasi, selama ini dia
tidak pernah merindukanku, selalu saja aku yang merindukannya. Aku benar benar
gadis bodoh.
Dari luar terdengar suara motor
Adnan, aku keluar dengan langkah lunglai, mata yang sayu karena menangis. Kubuka
pintu itu, didepan sana telah berdiri seorang pria yang bertubuh kekar,
berwajah tampan dengan kulit putihnya. Dia memang tampan, sangat tampan.
“kamu sakit?” katanya memulai
percakapan, untuk pertama kalinya dia menanyakan hal seperti itu, dia bahkan
tidak pernah perduli meski aku mengatakan sedang sakit.
“kok malah ngelamun, akunya tidak
disuruh masuk?” sambungnya, aku tidak menjawab, dan lagilagi untuk pertama
kalinya dia mengatakan aku kamu, biasanya lo gue. Astaga, hubungan apa yang
selama ini kupertahankan. Kenapa aku tidak pernah bisa melihat kalau Adnan memang tiidak menyukaiku.
“baiklah, kalau lo tetap tidak mau
bicara. Besok gue akan ke Bandung, sekitar satu minggu, gue ingin mnghabiskan
waktu liburan gue dengan keluarga, dan gue harap lo jangan sekali kali ganggu
waktu liburan gue. Nggak usah hubungi ggue apaalagi nyaperin gue. Nanti gue
kabarin kalau gue sudah pulang.”
Aku tetap diam, dia tidak ingin aku ganggu, jadi selama ini aku
hanyalah gangguan dimata Adnan. Kulihat dia menatappku dengan intensi
“gue balik, kamu istirahat saja”
dia berbalik, selangkah, dua langkah, tiga langkah, aku masih tetap menatapnya
hinggah ia kembali menghampiriku, mencium lembut keningku, tuhan perasaan ini
massih tetap sama, bagaimana aku bisa melepasnya, bagaimana aku bisa melupakan
cintaku.
Aku berbalik kemudian berjalan
masuk dan mengunci piintuku, kulihat dari jendela diia masih menatap kearah
rumahku, mungkin dia bingung dengan sikapku.
................................................................................................................................................
Satu minggu berlalu, seperti yang dia minta, aku sama sekali tidak
meenghubunginya, dan kalian tau
bagaimana perasaanku, sedikit kecewa karena dia juga sama sekali tidak memberikan kabar. Waktu terus saja
berputar hinggah tidak terasa 2 minggu telah belalu dan hari ini adalah
anniversay kami yang 1 ttahun, aku mencoba untuk mengubunginya namun tidak dia
angkat, kukirimkan message namun juga tidak dia balas. Meskipun dia sangat cuek
denganku, namun tidak seekalipuun ia tidak membalas sms ku. Mungkin dia sedang
sibuk, fikirku. Aku sangat merindukannya, dua minggu sudah aku tidak
melihatnya, kuberanikan diriku utuk mengunjunginya dikos, aku memakai dres putih
selutut dengan sepatu highheel, aku sangat senangg akan bertemu dengannya, rasa
kecewa itu hilang begitu saja membayangkan aku akan bertemuu dengannya.
Aku berjalalan sambil sesekali
bernyanyi, layaknya abg yang lagi kasmaran, senyum manis selalu saja mengemban
dibibirku, hinggah sampai juga aku didepan pintu kos nya, awalnya aku ingin
mengetuk pintu namun kuufikir sedikit kejutan akan menyenanggkan. Perlahan
kubukka pintu itu yang nyatanya memang tidak terkknci namun bukan aku yang
memberikan kejutan, justru aku yang dibuat terkejut olehnya, Adnan apa yang dia
lakukan. Perlahan air mata itu jatuh, satu tetes, dua tetes hinggah tidak
terhitung lagi, aku melangkah pergi dari tempat itu,Adnan memang tidak sempat
melihatku, namun aku melihat semua apa yang dia lakukan.
Aku berlari pergi dari tempat
itu, tidak kuperdulikan lagi bagaimana sakitnya kakiku ini akibat heels yang
kupakai, aku terluka, aku sangat terluka melihat penghianatan yang dilakukan
Adnan kali ini, aku bisa saja memaafkan perselingkuhannya, dengan Sisi, dengan
Anggi, dengan Klara, dengan, Sinta, dengan
banyak gadis diluar sana, aku bisa saja memaafkan hal itu namun jika dia
selingkuh dengan, dengan Andin. Tuhan, cobaan apaa lagi ini, sakit sekali
rasanyaa hatiku mengetahui ini. Mengapaa harus Andin, aku sudah tidak punya
orang tua, yang kuupunya satu satunya hanya Andin, tapi kenapa dia tega
melakukan ini.
Aku tidak bisa lagi memaafkanmu
Adnan, aku tidak akan pernah memaafkanm. Kamu telah mengubah cinta itu menjadi
perasaan benci, aku sangat membencimu Adnan, aku tidak ingin mengenalmu dan aku
tidak akan pernah mengenalmu lagi. Aku membenci, aku sangat memebencimu.
Aku menangis sejadi jadinya,
sungguh, diantara penghianatan Adnan, ini yang paling menyakitkan, ini benar
benar menghancurkanku, rasanya lebih
baik mati. Sempat bahkan terfikir untuk
mengakhiri hidup ini, namun karena iman
aku tetap bertahan. Hari itu juga aku memutuskan untuk meninggalkan kota
ini, aku menutuskan untuk pergi ke Jogja rumah pamanku. Aku ingin hidup tenang
dan melupakan semua kenangan pahitku
disini.
..............................................................................................................................................
Satu tahun berlalu, namun
penghianat Adnan tidak juga bisa hilang dari
otakku, perselingkuhannya dengan Andin selaluu saja mengikutiku. Meski sakit
yang kurasa sudah memudar, tapi selamanya aku akan mengingat kejadian itu.
Aku sudah terlalu lama menjauh
dari kehidupanku, sudah saatnya aku kembali dan melanjutkan hidupku, toh
nyatanya aku sudah bisa hidup setahun tanpa Adnan, dan tidakakan sulit lagi
meski harus melihatnya kembalii, bagaimanapun aku harus melanjutkan kuliahku, aku tidak ingin masa depankujuga
ikut rusak, cukup masa laluku saja yang kelam.
Setelah setahun fakum dari
kampus, aku kembal melanjutkan studiku. Meski ketinggalan banyak namun tidak
masalah, aku akan bekerja keras untuk mmperbaiki semuanya.
“Riana, ehh lo Riana bukan sih?”
sapa seseorang, aku seperti mengenalnya
“gue Anton, sahabat Adnan. Lo apa
kabar?”
“gue baik” jawabku singkat
“lo suudah tau kalau Adnan masuk
rumah sakit”
“kenapa gue harus tahu, memangnya
apa urusan Adnan denganku”
“bukannya lo pacarnya Adnan?”
“mantan, gue duluan”
Mendengar namanya saja sudah
membuatku muak, lalu siapa yang perduli jika dia masuk rumah sakit. Sakit yang aku
alami selama satu tahun ini tidak akan pernah sama dengan sakit yang
dialaaminya saat ini, bahkan sampai mati sakit itu tiidak akan pernah sama.
Trrriingggggg, ponselku berbunyi,
nomor tidak ddikenal
“halo, dengan Ariana” kata
seseorangg disebrang sana
“ia saya Ariana, ini dengan
siapa?”
“saya Anisa, kakak Adnan”
“oh kakak, apa kabar kak”
Ka Anisa adalah kaka terbaik
menurutku, aku telah menganggapnya sebagaai kakkku sendiri. Aku menghormatinya
seperti aku menghormati ibuku sendiri
“aku baik, Riana, apa aku bisa
meminta bantuanmu. Bisakah kamu menemui Adnan sekali saja, aku tidak tahu apa
yang sebenarnya terjadi dengan hubungan kalian. Namun kali ini kakak mohon,
kakak sangat memohon temui dia sekali saja”
“memangnya apa yang terjadi dengan
Adnan kak?”
“dia sekarat, aku pernah berjanji
untuk membawamu kepadanya. Kakak mohon Riana”
“maafkan aku kak, tapi aku tidak
bisa”
Aku menutup telepon itu, tidak,
aku tidak ingin lagi melihatnya, aku tidak ingin bertemu dengannya. Namun tetap
saja aku tidak bisa membohongi perasaanku, jujurnya aku sangat
menghawatirkannya. Tidak masalah mungkin menjenguknya sekali, ini juga demi
rasa hormatku untuk kak anisa.
Aku berlari menuju rumah sakit
tempat dia ddirawat, kak Anisa mengantarku masuk. Kulihat sosok Adnan yang
terbaring lemah dengan bantuan pernafasan yang menempel di hidungnya, air mata
ini lagi lagi menetes untuknya, kulitnya terlihat sangat pucat. Kak Anisa
kemudian membangunkan Adnan, matanya sayu, terlihat tidak adaa tenaga untuk membuka matanya, ia tersenyum,
senyuman itu, senyuman yang sangat aku rindukan.
“Riiiaaaannnaaaa” katanya
terbata, aku menatapnya dengan air mata yang masih meneetes, kugenggam
tangannyaa, dia bahkan tidak lagi punya tenaga untuk memegang tanganku. Lagi lagi
dia tersenyum, sakitt sekali rasanya melihat dia kesakitan seperti ini.
“aku mencintaimu Riana”
sambungnya, tidak lama mata itu
tertutup, aku terdiam. Kata kata yang sangat ingin kudengar, dia mengucapakannya, kulihat kak Anisa menangis, orang tua Adnan juga
menngis, semua orang menangis, apa yang salah. Kuperhatikan wajahh Adnan sekali
lagi, teduh sekali. Ia terlihat sangat bahagia.
“innalillahi wainnailahi rajium”
aku menatap waja dokter itu, apa makssudnya. Kulihat wajah semua orang, mereka
semua menangis
“apa yang tterjdi, Adnan hanya
tertidur, kenapa kalian semua bersedih”
Kugoyangkan tubuh adnan, aku
memanggilnya namun dia tetap tidak bangun. Yah benar kata dokter itu, Adnan
sudah pergia ia benar benar telah pergi. Dia telah pergi untuk selamnya.
................................................................................................................................
Usai pemakaman Adnan, aku kembali
kerumah. Aku merasakan sakit yang amat dalam, kali ini aku benar benar
kehilangannya, bukan sesaat namun untk selamanya. Kubuka laci meja tempat
tidurku, disana ada begitu banyak foto serta kenangan dengan Adnan, disana juga terdapat ponsel
yang kutinggalkan dulu. Kunyalakan ponsel itu kembali. Terdapat ada 1000 message,
1200 bbm dan semuanya dari Adnan.
Kubuka isi pesan itu satu
persatu, kembali aku merasakan sakit karena pesan yang menyayat hatiku
“Riana, aku ingin bertemu
deenganmu, aku akan kerumahmu”
“aku sudah ssampai, kamu keluuar
dong”
“lama bangetsih sayang”
“riana”
“Riana kamu marah ya”
“Riana, diluar hujan, buka
pintunya ya. Aku kedinginan”
“kamu baik baik sajakan?”
“Riana, aku mencintaimu. Buka pintunya
dong”
“hhm baiklah, aku pulang dulu. Besok
aku kembali lagi”
“Riana, aku ingin jujur, aku
menghianatimu denga andin tapi aku janji, aku tidak akan melakukan itu lagi,
aku akan seetia denganmu Riana. Aku baru sadar kalau ternyata aku saangatt
mencintaimu”
“aku pulang dulu”
Aku menangis membaca pesan dari
Adnan, dan yang paling membuatakuu sedih pesannya yang itu
“Riana, aku sangat mencintaimu. Aku
mencarimu selama satu tahun namun tidak sama sekali kudapat kabarmu, kamu
dimana?”
“Riana aku mencintaimu”
“setelah setahun, aku dengar kamu
telah kembali. Aku sangat bahagia. Aku ingin bertemu denganmu namun aku msiih
belum bisa keluar. Dokter disini sangatlah
cerewet”
“kamu saja yang kemarin Riana,
aku sudah sangat merindukanmu”
“Riana, aku merasa sangat sakit. Aku
ingin melihatmu”
“Riana, aku akan dioperasi siang
ini. Sejujurnya aku sangat takut, dokter mengatakan tingkat keberhasilannya
hanya 50% namun aku tetap ingin mencobanya, aku ingin sembuh agar bisa bertemu
denganmu lagi”
“operasinya berjalan lancar, sebentar
lagi aku akan sembuh Riana”
“Riana, aku merasa sangat sakit”
“Riana, aku sudah tidak kuat”
Hinggah diakhir pesan itu
tertuliis
“Riana, aku pergi dulu”
....................................................................................................................................................
Adnan mengapa kamu sangat
mencintaiku juga sangat menyakitiku. Adnan, aku juga mencintaimu.
Komentar
Posting Komentar