Pernah kalian sangat merindukan
seseorang? Merindukan orang tersebut selama satu tahun lebih?bagaimana rasanya?, seperti itu yang tiap hari aku rasakan. Aku selalu merindukannya,
tiap hari, hari esok, hari esokya lagi dan akan terus merindukannya. Lantas dimana
masalahnya? Masalahnya adalah, meskipun
aku sangat merindukannya, meski kukatakan pada seluruh dunia bahwa aku
merindukannya, meski aku menangis
sepanjang hari karena merindukannya, ia tetap tidak akan
kembali,kenapa?.
30 September 2015. Hari dimana Allah
menunjukkan kekuasaannya, hari dimana Allah memisahkan anak dari ibunya, hari
dimana Allah memisahkan Suami dari istrinya, dan hari dimana Allah memisahkan
cucu dengan neneknya. Hari yang sangat berat sepanjang perjalanan hidup seorang
Liliyana. Hari yang selamanya akan membekas dihati seorang gadis.
Aku tidak menyalahkan tuhan, aku tahu
setiap yang bernyawa pasti akan mati, begitupun denganku. Yang membuatku sedih
bukan karena nenek diambil oleh sang pencipta,bukan. Aku sedih karena aku tidak ada saat sakratul maut nya, aku sedih
bila membayangkan bagaimana ia menangis saat waktunya tiba, aku sedih bila
membayangkan bagaimana ia memanggil anak cucunya saat sakratul maut, aku sedih
bila membayangkan senyuman terakhirnya saat masa itu tiba. Tuhan, aku
merinduknnya, aku sangat merindukan nya.
Aku ingat semua tentangnya, bagaimana
cara ia makan, bagaimana cara ia duduk, bagaimana ia tertawa, aku ingat
semuanya. Aku ingat bagaimana bahagianya nenek saat menjelang lebaran, karena
saat itu kami (aku dan kakakku) akan berkumpul merayakan hari raya bersama –
sama. Aku ingat bagaimana dia tersenyum saat aku membawakan roti maros
kesukaannya. Dan yang paling aku ingat dan membuatku kembali meneteskan air
mata yaitu pesannya sebelum aku ke Makassar. Katanya “Jaga diri baik baik,
kuliah yang benar agar nanti jadi orang sukses, agar bisa beliin roti maros
terus untuk nenek. Agar nanti kamu bisa beliin daster untuk nenek”.
Menyakitkan sekali rasanya bila
mengingat semuanya, belum sempat aku mengabulkan keinginannya, rupanya sang
pencipta lebih menyayanginya. Sedih rasanya bila kembali mengingat kenangan
bersama nenek. Tapi aku senang,, setidaknya nenek terbebas dari penyakit yang
selama ini dideritanya.
Aku ingat dulu, ketika aku masih
duduk dibangku SMA, saat itu ibu, ayah, dan dan juga adekku mereka semua ke Makassar dan yang tinggal
hanya aku dan nenek, waktu itu aku sakit, nenek sampai terjaga semalaman
merawatku, mengusap kepalaku saat aku merasakan sakit, mengusap bagian tubuhku
yang gatal karena cacar, dan lagi aku menyesal tidak ada saat masa sakit yang
amat sakitnya.
Begitu banyak kenangan bersamanya. Pernah
waktu itu aku mencoba kaca mata barunya lantas dia memujiku “Nhana cantik pakai
kaca mata”, pernah nenek bilang kalau dia sangat ingin suatu saat bisa ke
Makassar lagi, “nanti kalau Ino atau Indas wisuda nenek mau ikut, sudah lama
tidak ke Makassar, terakhir waktu kakekmu meninggal”. Pernah dia bilang “suatu saat Nhana akan
merindukan nenek” dan benar sekarang aku sangat merindukannya.
Semakin banyak mengingat semakin
sesak rasanya hahaha (menangis),semakin
ingin bertemu semakin sakit rasanya.
Dan untuk pertama kalinya aku
menyesal memilih kuliah disini (Makassar) saat itu,saat dimana nenek meninggal
dan aku berada jauh darinya, tidak sempat melihat senyumnya yangterakhir, tidak
semapat medengar suaranya untuk terkahir kalinya. Dan bayangkan bagaimmana
hancurnya aku saat tiba dirumah nenek, yang kudapati hanyalah sosok tubuh yang
sangat kurus terbaring lemas, pucat pasih, bagian tubuhnyapun ditutupi kain. Aku
menangis, sakit sekali rasanya.
Kuusap kepala nenek, kupeluk tubuh
kecilnya. Faktanya nenek benar benarr sudah tidak ada.
Rasanya bennar benar seperti mimpi, aku sering lupa
kalau nenek sudah benar benar pergi, dan saat pulang ke daerahpun rasanya ada
yang kurang, apalagi saat kerumah nenek, sunyi sekali rasanya, memnayangkan
bahwa biasanya nenek selalu duduk dikursi menunggu cucu cucunya datang,
sekarang tidak ada lagi yang menuggu roti maros dariku. Tidak adalagi yang
menangis saat aku akan kembali ke Makassar. Ahh aku sangat merindukannya.
Jujur, aku banyak salah sama nenek,
sering aku membuatnya kesal, sering aku melukai hatinya, tapi jujur aku sayang,
aku sangat menyayanginya.
Nhana sayang nenek, semoga disana
Allah memberikan tempat terindah untuk nenek.
Komentar
Posting Komentar