Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2016

Untuk Kalian Para Sahabat

                                           Oleh Liliyana Amsir Mulainya dari mana yah! Haha, jadi bingung sendiri. Baiklah, kenalin dulu nama aku Liliyana seorang mahasiswi Fakultas Ilmu Komputer UMI. Kalian tentunya tahu UMI kan? Universitas Muslim Indonesia, kampus kebanggaanku, kampus terkeren menurutku. Tapi disini aku tidak akan bercerita panjang lebar tentang kampusku, karena memang tujuan awal aku membuat cerita ini untuk para sahabatku.

Menatap Masa Depan Part 1

MENATAP MASA DEPAN Oleh Liliyana Amsir Semuanya dimulai ketika dia memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Canada. Hubungan kami yang tadinya baik baik saja kini mulai renggang, yang tadinya selalu ngasih kabar, kini mulai jarang bahkan sudah tidak pernah lagi. Jujur aku sedih, aku tidak mengerti kenapa dia berubah begitu cepat, kenapa dia melupakan janjinya begitu cepat. Aku tahu, tidak mudah menjalani hubungan jarak jauh tapi bagaimana dengan janji sehidup semati kita. Bagaimana dengan janji kelingking yang selalu kita kaitkan ketika hendak berpisah. Rupanya kamu telah melupakan semuanya. Aku sedih, aku sangat sedih mengetahui kamu berubah secepat ini. Aku marah, sangat   marah mengetahui aku tidak lagi dihatimu. Yah, memang benar. Aku masih terlalu muda untuk mengerti makna kata mencintai tidak harus memiliki, bagiku mencintai berarti komitmen, usaha untuk bisa mendapatkannya. Itulah sebabnya aku memutuskan untuk menyusulnys ke Canada dan sungguh, kenyataannya jauh l...

Hafalan Ayat Kursi untuk Kekasihku

Hafalan Ayat Kursih Untuk Kekasihku Oleh Liliyana Amsir Gue adalah seorang muallaf, dan ini cerita cinta gue dengan Nurul Havizah, wanita yang sangat gue hormati, wanita yang sangat gue sayangi, wanita yang telah menunjukkan gue jalani yang benar, wanita yang selamanya akan gue cintai, wanita yang belum sempat gue bahagiakan. Gue duduk didepan sebuah makam, satu persatu orang mulai pergi dan sekarang tinggal gue sendiri, tenang sekali rasanya meski ada perih didalam hati yang tidak dapat gue jelaskan. Wanita yang telah menuntun gue beribadah kepada Allah kini telah pergi, wanita yang awalnya gue fikir adalah takdir hamba kini telah diambil oleh penciptanya. Air mata itu mulai menetes, bayang banyang saat dia menuntunku mengucapkan kalimat syahadat kembali terputar dimemori ingatanku. Saat jelas wajah teduhnya dengan sabar melafalkan kalimat yang penuh makna itu.