WAIT ME
Karya:Liliyana.Amsir
Kenapa harus
ada Cinta bila itu hanya membuat kita terluka, kenapa didunia ini tak ada yang
abadi, selalu saja yang kuat berkuasa, yang hebat menjadi pemenang, dan yang
berbakat menjadi idola, lalu bagaimana dengan kami?, bagaimana dengan kami yang
sejak lahir tak punya kelebihan apapun, tak punya harta sehinggah tak dapat
berkuasa, tak punya bakat sehinggah kami selalu dinomor duakan, meski hanya
sekali aku ingin orangtuaku memujiku, meski hanya sekali, aku sangat ingin mereka
merasa bangga bisa memilikiku, tapi apa? Mereka sama sekali tak menengokku
kebelakang, dan hal yang sangat aku inginkan adalah mereka menyesal telah
menelantarkanku meski hanya sekali kalimat itu keluar dari bibirnya.
Ayah,
ibu. Apa kalian tidak pernah merindukanku?, apa salahku sehinggah kalian
membuangku begitu saja. ayah, ibu, aku tidak membencimu, aku tidak akan
membencimu jika kalian datang menjemputku sekarang, aku benar benar
merindukanmu, aku ingin berkumpul bersama
kalian. Ayah, ibu kumohon datanglah menjemputku.
................................................................................................................................................................
“nggak
lagi ngapa ngapain, ada apa?” tanyaku dengan memamerkan senyuman
“liburan
nanti lo mau kemana?” tanya Rian
“entahla,
gue belum kefikiran” jawabku singkat
“lo
nggak ingin pulang ke Indonesia, lo disini sudah cukup lama”
“tentu
saja, aku sangat ingin kembali. Tapi mungkin belum saatnya”
“kenapa?”
tanya Rian
“aku
sedang menunggu seseorang, hhm kalau gitu aku pergi dulu yah”
Namaku Tina,
seorang gadis yang sangat menyedihkan. Ayah dan ibu mengirimku ke Singapore
hanya karena mereka tak punya waktu untukku, hanya karena mereka terlalu sibuk
dengan urusan kantor yang katanya demi kelanjutan hidupku nantinya. Aku tidak
butuh uang, yang kubutuhkan hanya kasih sayang oleh orangtua ku tetapi
sepertinya mereka sudah lupa kalau aku ini masih anaknya, selama tiga tahun aku
hidup dengan nenek disini, di Negara yang sangat amat menyebalkan. Meskipun
tidak begitu jauh dari Jakarta tapi tetap saja kami berada didua negara yang
berbeda. Aku sering bermimpi ayah dan ibu datang menjemputku tetapi sampai
sekarang mereka belum juga datang, sekarang aku sudah tumbuh menjadi seorang
remaja tanpa kedua orangtuaku. Itu membuatku muak dan kecewa.
................................................................................................................................................................
Seperti
biasanya, jika pulang sekolah aku sempatkan diri untuk mampir disebuah kafe
yang menyediakan makanan khusus Indonesia, sesibuk apapun, aku tak pernah
melewatkan tempat ini, tempatku menghabiskan waktu saat sedang sedih ataupun
bahagia. Bahagia?, selama aku disini tak pernah sama sekali aku tersenyum
lepas, aku selalu kefikiran untuk kembali tetapi ayah selalu menahanku, katanya dia sendiri
yang akan menjemputku, acchh apa iitu alasan yang dibuatnya lagi agar aku tidak
kembali, mereka benar benar orangtua yang sangat menyebalkan.
Ditempat
ini juga aku bertemu dengan seorang pria, dia sangat baik dan selalu
menolongku, namanya Rian. Dia pria yang bertanggung jawab dan bisa dipercaya,
itulah kenapa aku sangat menyayanginya tetapi aku juga bingung dengan
perasaanku, apa aku mencintainya atau hanya sekedar menganggapnya sebagai
sahabat tetapi yang pasti hatiku sudah dimiliki oleh seseorang. Seseorang yang
sangat aku cintai.
Flash Back
“jadi
kamu benar benar akan pergi ke Singapore” tanya Angga
“ohh,
tapi kamu tenang saja. Aku kesana hanya untuk liburan. Kata ayah, dia akan
segera menjemputku jika liburan sekolah berakhir” jawabku tersenyum
“aku
akan sangat merindukanmu” Angga memelukku erat
“tunggu
aku, aku nggak akan lama” kataku
“tentu
saja, kamu tidak boleh lama. Aku mencintaimu” jawab Angga
“aku
pergi”
Finish
“Angga,
apa kamu masih menungguku? Apa hatimu masih milikku?”
Aku menatap
foto Angga dan memegang sebuah kalung pemberiannya waktukami jadian dulu, aku
sangat mencintainya tapi entah kenapa aku merasa kalau dia sudah tidak
mencintaaiku, aku ingin pulang tapi aku juga takut jika hal ini hanya akan
menyakitkanku. Bagaimana jika angga tidak menungguku selama ini?, acch tidak,
dia pasti menungguku.
Lekas
saja aku kembali kerumah dan mengepak barang barangku tanpa sepengetahuan
nenek, karena jika aku mengatakannya terlebih dahulu dia pasti melarangku.
Nenek, maaf tapi aku sangat merindukan kenangan masalaluku yang ada di Jakarta,
mungkin juga aku takkan kembali lagi.
.................................................................................................................................................................
“hallo”
“ohh,
kamu dimana Tin. Tadi gue kerumah nenek
bilang lo nggak ada”
“aku,
aku ada di Bandara” kataku
“Bandara?
Apa yang kau lakukan di Bandara?” tanya seseorang yang tak lain ada Rian
“aku
mau ke Indonesia, maaf karena tidak mengabarimu terlebih dahulu”
“berapa
lama?”
“entahla,
mungkin selamanya . . . mungkin juga hanya sehari”
“yahh,
aku sedang tidak ingin bercanda”
“aku
juga tidak bercanda. Bagaimanapun aku akan sangat merindukanmu, jaga dirimu
Rian”
“yah,
kamu benar benar ingin tinggal disana selamanya. Acchh tidak, kamu harus
kembali. Mengerti”
“ohh,
sudah dulu yah. Sebentar lagi pesawatnya lepas landas”
“sip”
Rasanya,
sangat tidak sabar ingin segera tiba di Jakarta. Hhm orang pertama yang akan
kutemui adalah ayah dan ibu, setelah itu Angga. Acchh aku sangat merindukannya,
seperti apa wajahnya sekarang. Angga, tunggu aku.
“acchh
akhirnya sampai juga, wahh udarah di Jakarta benar benar tidak berubah”
Aku menuju
kerumah dengan harapan ayah dan ibu ada disana, aku sangat merindukan mereka,
semakin dekat dengan pintu masuk jantungku semakin berdetak kencang. Tapi aku
tak peduli, aku akan tetap masuk meski mungkin ayah akan sangat marah, perlahan
lahan kuraih gagang pintu rumah dan segera membukanya, aku sunggu terkejut
ketika berpapasan dengan ayah didepan pintu
“Tina, apa
yang kau lakukan disini, kamu datang sendiri” tanya ayah dengan nada dingin
“ohh, aku
datang sendiri. Kenapa?, ayah tidak senang aku disini” jawabku
“bukannya
tidak senang, ach sudahlah. Ayah harus kekantor, hari ini ada miting penting”
“ibu, ibu
dimana?” tanyaku sayu
“ibumu, dia
tidak pulang sejak kemarin. Ayah pergi dulu”
Keluarga macam
apa ini, anaknya pulang bukannya disambut malah ditinggalkan. Ayah,ibu bagi
kalian aku ini apa, kalian memperlakukanku seperti anjing, apa aku harus
memberontak baru kalian bisa menengok kearahku, sudahlah tidak ada gunanya
tinggal disini.
“karena aku
sudah bertemu ayah, saatnya kerumah Angga”
Akupun
berjalan kerumah Angga yang kebetulan tak begitu jauh dari rumahku, tapi kata
ibunya dia tidak ada dirumah, ahh padahal orang kedua yang ingin kutemui adalah
Angga. Karena hari ini aku tidak bertemu dengannya kuputuskan untuk ketaman
tempat Angga menyatakan perasaannya padaku, yah mungkin saja dia ada disana.
Dengan penuh semangat dan senyuman yang menghiasi bibirku, aku berlari kesana
sambil membawa sebuah kotak hadiah untuk Angga, aku seperti anak kecil yang
berlari mengejar ibunya, aku sangat berharap bisa bertemu Angga disana dan
benar saja, Angga ada disana.
Tapi, seketika
semangat yang tadinya membara perlahan sirna. Sekarang hanya rasa sakit yang ada,
rasanya tidak dapat diungkapkan dengan kata kata. Perlahan air mataku menetes,
dadaku terasa sesak tapi aku berusaha menahannya karena sudah terlanjur juga
Angga melihatku disana
“Tina, yah
Tina” teriak Angga memanggilku
“ohh, hay apa
kabar?” tanyaku basa basi
“aku baik,
kamu?”
“aku juga
baik”
“kamu ke
Indonesia tidak bilang bilang, akukan bisa menjemputmu”
“hhmm, aku
kesini karena kebetulan liburan musim panas”
“kamu akan
tinggal disinikan?” tanya Angga
“tentu saja
tidak, hehehehehe oh ini hadiah untukmu. Kalau gitu aku pergi, aku senang bisa
bertemu denganmu”
Perlahan aku
membalikkan badanku hendak pergi tetapi Angga justru menarik tanganku
“sudah 3
tahun, hanya itu yang ingin kau sampaikan” tanya Angga dengan wajah memerah
Tentu saja tidak Angga, ada banyak hal yang
ingin aku sampaikan padamu, ada banyak hal yang ingin kutanyakan padamu, tapi
aku benar benar tidak kuat melihatnya lagi.Tidak, aku sudah tidak tahan lagi.
Kalau disini terus aku tidak akan bisa menahan air mataku lagi, aku harus pergi
“ohh hanya
itu, aku pergi dulu”
Aku berlari meninggalkan tempat itu, mskipun
aku sudah tidak ditaman itu tetapi apa yang tadi kulihat belum bisa hilang dari
ingatanku, Angga, Angga mencium Ayu. Mungkin aku bisa terima jika wanita itu
bukan ayu, tapi dia adalah Ayu sahabatku, bagaimana ini bisa terjadi. Aku fikir
dengan kembali ke sini semuanya akan sama seperti dulu tapi ternyata tak
seperti itu, rasanya sungguh menyakitkan melihat orang yang aku sayangi dan
sahabat yang aku hormati berciuman didepanku, wanita mana yang tidak sakit bila
melihat kejadian ini. Apa mungkin mereka hanya bersahabat, tapi mana mungkin
sahabat melakukan. . . melakukan . . . kiss. Aaahhh tuhan, rasanya sangat
menyakitkan.
Selepas kejadian itu aku kembali kerumah,
kejadian mengejutkan apalagi yang akan aku lihat dirumah, kejadian tadi soreh
saja sudah membuatku sangat lelah. Tuhan aku benar benar lelah.
“Tina, kenapa
baju kamu basa begitu” tanya ibuku cemas
“aku nggak
papa, aku senang ibu bertanya. Tapi, aku benar benar lelah, aku ingin istirahat”
“oh baiklah,
jangan lupa mandi sebelum tidur. Di Jakarta sdang musim hujan, pastikan memakai
baju yang hangat saat tidur”
“ohh”
Dengan langkah
sayu, aku berjalan dan menaiki anak tangga satu persatu tetapi tetap saja
kejadian tadi soreeh masih terus mengikutiku, rasanya benar benar menyakitkan.
Mungkin sebaiknya aku kembali ke Singapore, meskipun disana aku tak pernah
bahagia tapi setidaknya selama disana aku nggak pernah merasakan hal sesakit
ini. Rasanya benar benar menjengkelkan
Setelah mandi
langsung saja kutarik selimutku dan segera tidur, aku berharap bisa melupakan
semua hal yang terjadi hari ini agar aku bisa kembali ke Singapore dengan
tenang.
.............................................................................................................................
Mentari pagi
kembali menampakkan sinarnya seolah menyapa setiap penduduk bumi, hari ini
badanku benar benar fresh, sontak saja aku bangun dan lekas mandi. Ada satu
tempat yang sangat aku ingin kunjungi sebelum kembali ke Singapore.
“Tina, ayo
kita sarapan” panggil ibu
Aku senang bisa berkumpul bersama ibu dan
ayah tapi aku juga nggak bisa tinggal disini, aku belum bisa melepas perasaanku
untu Angga
“yaa, okk”
“oh Tina, ayah
akan segera mengurus kepindahanmu kesini” kata ayah tersenyum
“maksud Ayah”
tanyaku heran
“kamu mau
tinggal disinikan, ayah akan pindahkan kamu ke SMA terbaik di Jakarta”
“iya sayang,
ibu juga sering kesepian. Kamu tinggal disini saja yah”
Ayah, ibu kenapa bukan dari dulu sih.
Sekarang aku, aku nggak berminat lagi tinggal disini. Disini hanya akan
membuatku sangat terluka, ini terlalu berat
“tidak mau”
jawabku singkat
“kenapa?”
tanya Ayah
“aku akan
tinggal di Singapore, selamanya, seperti kata ayah dulu. Ayah sudah
terlambat untuk peduli lagi, besok aku
kembali”
“sayang,
fikirkan tawaran ayahmu. Sekali kamu pergi, mungkin akan sulit bagimu untuk
kembali” bujuk ibu
“anak ini,
terserah saja. Kamu mau kemana ayah tidak peduli, kalau perlu tidak usah
kembali” bentak ayah
“sayang, kamu
tenang dulu. Maksud Tina tidak seperti itu” seru ibu
“ayah bisa
mengerti maksudku dengan baik, tapi aku tidak akan meminta maaf. Aku terbiasa
hidup tanpa orangtua, bagiku ini bukan hal yang harus ditakutkan atau disesali
“urus anakmu
ini. Aku pergi kekantor”
Ayah pergi dengan ekspresi wajah yang nampak
sanngat marah dan kecewa, aku tahu tapi aku takkan menyesal, selama ini aku
menahan diriku untuk tidak marah, selama tiga tahun aku menunggunya menjemputku
tapi ia tak pernah datang, 3 tahun aku tidak pernah melihtanya, menipu anaknya sendiri,
ayah, kau benar benar ayah yang egois.
“aku juga
ingin keluar, tolong urus keberangkatanku besok”
“Tina, kamu
tau ayahmu seperti apa. Kembali kerumah ini tidak akan semudah saat kamu
memutuskan untuk meninggalkan rumah. Tolong fikirkan ini baik baik”
“oohh, aku
sudah memikirkannya. Urus saja Pasportku, akan kupastikan kalau aku tidak akan
kembali kesini lagi, dikehidupan ayah dan ibu lagi. Kalian juga boleh berpura
pura tidak punya anak atau menganggap aku sudah meninggal. 3 tahun aku menunggu
kalian, 3 tahun aku habiskan waktu untuk mencintai dan menghawatirkan kalian,
tapi sekarang itu takkan aku lakukan lagi. Aku keluar dulu”
Dengan langkah sayu dan hati yang gugup, aku berjalan menuju taman yang
kemarin meski kejadian kemarin sangat menyakitkan untuk diingat namun akan
membutuhkan waktu untuk melupakannya, taman itu tampak sepi. Jelas saja sepi,
sepagi ini siapa yang kurang kerjaan nongkron di Taman, meski kecewa tapi entah
mengapa hatiku masih mengharapkan kedatangan Angga. Kududukkan badanku disebuah
kursi panjang, tempat paling favoriteku ketika masih tinggal disini, sekarang
semuanya hanya tinggal kenangan, semuanya hanya akan menjadi masalalu yang
pahit. Perlahan air mataku menetes mengingat kenangan manisku dan tentu juga
kenangan burukku, rasanya benar benar seperti mimpi, mimpi dimusim dingin yang
sangat amat menyakitiku aku sering
bermimpi, ketika kembali disini kehidupanku akan lebih baik, merajut kembali
cinta kami yang sempat putus hinggah kejenjang pernikahan, mempunyai sebuah
keluarga kecil yang sangat harmonis tapi sekarang semuanya tinggal mimpi, saat
aku terjaga mimpi indah itu seketika menjadi musibah yang menyakitkan.kuraih
ponselku yang ada disaku celana belakangku dan menelpon ibu.
“hallo”
sapa ibuku
“oh,
tolong urus pasportku hari ini” kataku melemah
“hari
ini, bukannya besok?” tanya ibu
“aku
berubah fikiran, lagian disini tidak ada yang menyenangkan”
Sekarang saatnya, melupakan semua kenangan pahitku kemarin dan saat ini.
“Selamat
tinggal Angga” kata itu terus saja terpati dalam hatiku, kali ini benar benar
selamat tinggal untuk segalanya di Indonesia, aku takkan kembali lagi dengan
kehidupan yang tak adil ini
“Selamat
tinggal?, sesederhana itu? Kamu mau pergi lagi?,kamu tidak merindukanku?, kamu
tidak mencintaiku lagi?” tanya Angga yang tiba tiba muncul dihadapanku, aku
nggak tahu sejak kapan dan darimana dia tahu aku ada disini, aku tetap bahagia
bisa melihatnya untuk yang terakhir
“Angga,
sejaka kapan kamu disitu?” tanyaku heran sambil mengusap air mata
“dari
tadi, sebelum kamu menelpon”
“aahh,
aku pasti melamun sehinggah tak sadar kamu disini”
“oh,
kamu melamun” jawab Angga singkat
“ada
apa?” tanyaku basa basi
“ada
apa?, kamu tanya ada apa?, sebenarnya aku ini apa dimatamu Tin?”
“aku
tidak mengerti apa yang kamu bicarakan, aku harus pulang mengepak barang
barangku”
“kamu
berubah Tina, kamu menyuruhku menuggu tapi kamu sendiri yang akan
meninggalkanku”
“Angga,
aku tahu ini semua salahku, menyuruhmu menunggu selama ini, aku tahu itu tidak
mudah, aku tahu kalau aku terlalu egois bila harus terus berharap kamu benar
benar menungguku. Sekarang aku tidak akan menahan dan menyuruhmu menunggu lagi
Ga, aku akan pergi selamanya.
“maksud
kamu apa sih. Tina, aku benar benar menungguumu, aku bahkan belum lupa kata
katamu sebelum berangkat. Hanya liburan?, liburan apa yang sampai tiga tahun.
Tina, aku sangat menyukaimu, setiap kali mengingatmu itu terasa menyakitkan,
aku sudah berusaha untuk melupakanmu, bahkan sempat kuberfikir kalau kamu
sengaja menghindar dariku, kalau kamu sengaja ingin meninggalkanku. Tapi apa,
sampai sekarang aku masih mencintaimu”
“cinta?,
kamu bilang cinta?, berciuman dengan gadis didepan mata orang yang kamu bilang
kamu mencintainya. Apa itu masuk akal, aku tidak marah Ga karena aku sendiri
sadar kalau kamu juga hanya pria biasa, memintamu menunngu selama 3 tahun aku
tahu itu tidak mudah. Mungkin memang akan lebih baik jika aku tak pernah
kembali”
“Aku
bisa jelasin semuanya Tin, ini nggak seperti yang kamu fikirkan”
“nggak
perlu Ga, aku tidak butuh penjelasanmu karena itu mungkin akan lebih
mempersulit keberangkatanku, aku pergi!. Selamat tinggal. . . . . . ANGGA”
“kamu
hanya tidak ingin memberiku kesempatan Tin, aku takkan mencegahmu bila itu yang
terbaik menurutmu, kamu hanya perlu tahu kalau aku sangat mencintaimu. Ini ada
rekaman, kamu harus mendengarnya, kamu harus mendengarnya sebelum naik
kepesawat”
Aku mengambil rekaman itu dan segera pulang untuk mengepak barang
barangku, tiketku bahkan sudah tersdia diatas kasur, tapi nampaknya kdua
oarangtuaku terlalu marah untuk mengantarku ke Bandara ach tidak, mereka hanya
terlalu sibuk dengan uang mereka. Bagi mereka aku ini apa sih, hanya gadis yang
tidak dibutuhkan dalam keluarga ini, karena ayah memang tidak mengharapkan aku
lahir, mungkin akan lebih menyenangkan bila aku lahir sebagai anak laki laki.
Aahh sudahla.
Lekas saja aku
berangkat ke Bandara seorang diri menggunakan taksi, begitu sampai entah
mengapa hatiku terasa sangat sakit, rasanya sungguh berat.
“penerbangan Garuda Emas dari Jakarta ke
Singapore akan segera diberangkatkan dalam 15 menit kedepan, penumpang diharap
segera menaiki pesawat”
Perlahan aku menaiki anak tanggak satu persatu, tak lupa aku mendengar
rekaman yang diberikan oleh Angga, rencananya aku ingin mendengarnya begitu
sampai di Singapore, tapi tak apalah. Kunyalakan rekaman itu dan mulai
mendengarkannya
“Angga, sampai
kapan kamu menunggu Tina terus, ia takkan kembali”
“dia pasti
kembali, kamu tahukan Ayu kalau aku sangat mencintainya”
“tapi ini, sudah
tiga tahun. Apa kamu masih ingin menunggunya”
“aku bisa menunggu
lebih lama lagi. Aku mohon tinggalkan aku Yu, kamu harus melepaskan perasaanmu
itu karena sampai kapanpun aku takkan melupakannya”
“aku nggak mau,
aku sangat mencintaimu Ga”
“cintamu hanya
akan menyakitimu”
“baiklah, kalau
kamu mau menciumku disini aku akan melepas perasaanku”
“aku nggak mau”
“kalau begitu siap
siap saja kehilangan Tina, akan kupastikan dia tidak kembali. Kamu tahu ayahku
dan ayah Tina berhubungan baik, jika ayahku yang meminta apapun akan dilakukan ayah
Tina”
“kamu benar benar
picik Ayu”
“kamu yang
mengajarkan ini, kamu tinggal milih”
“ok, tapi setelah
ini kamu tidak boleh muncul lagi dihadapanku”
“baiklah”
Air mataku mulai menetes, aku tidak menyangka kalau ini semua rencana
Ayu, lekas saja saya turun dari pesawat itu dan berlari menuju taman, aku
berharap Angga masih disana menungguku dan bear saja dia masih ada disana.
Perlahan aku berjalan ke Angga dengan iar mata yang masih terus menetes.
“Anggak” panggilku
dengan gugup
“Tina, aku tahu
kamu pasti kembali” Anggak menghampiriku dan memelukku dengan erat
“terimah kasih
karena telah menungguku”
“Terimah kasih
karena telah kembali Tina. Aku sangat merindukanmu”
“aku lebih
merindukanmu Angga”
“aku lebih sangat,
sangat merindukanmu Tina”
“aku jauh lebih
sangat sangat merindukanmu Angga”
“aku sangat
merindukanmu sampai tak bisa berkata kata” seru Angga
“kamu tidak boleh
pergi lagi Tina. Aku mencintaimu”
“aku juga”
Aku benar benar bahagia, sekarang cinta kami akan kekal. Kami yakin
kalau kami ini jodoh dan Allah akan selalu melindungi kami “AKU MENCINTAIMU ANGGA”
Kami
akan saling melengkapi sebagai pasangan yang takkan pernah ditemukan dimanapun
karena cara kami mencintai berbeda dengan pasangan yang lainnya “AKU MENCINTAIMU TINA”
Komentar
Posting Komentar