Langsung ke konten utama

Wait Me



WAIT ME

Karya:Liliyana.Amsir

Kenapa harus ada Cinta bila itu hanya membuat kita terluka, kenapa didunia ini tak ada yang abadi, selalu saja yang kuat berkuasa, yang hebat menjadi pemenang, dan yang berbakat menjadi idola, lalu bagaimana dengan kami?, bagaimana dengan kami yang sejak lahir tak punya kelebihan apapun, tak punya harta sehinggah tak dapat berkuasa, tak punya bakat sehinggah kami selalu dinomor duakan, meski hanya sekali aku ingin orangtuaku memujiku, meski hanya sekali, aku sangat ingin mereka merasa bangga bisa memilikiku, tapi apa? Mereka sama sekali tak menengokku kebelakang, dan hal yang sangat aku inginkan adalah mereka menyesal telah menelantarkanku meski hanya sekali kalimat itu keluar dari bibirnya.
                Ayah, ibu. Apa kalian tidak pernah merindukanku?, apa salahku sehinggah kalian membuangku begitu saja. ayah, ibu, aku tidak membencimu, aku tidak akan membencimu jika kalian datang menjemputku sekarang, aku benar benar merindukanmu, aku ingin berkumpul bersama  kalian. Ayah, ibu kumohon datanglah menjemputku.
................................................................................................................................................................
               
“yah Tina, what are you doing?” tanya seseorang yang tak lain adalah sahabatku Rian
                “nggak lagi ngapa ngapain, ada apa?” tanyaku dengan memamerkan senyuman
                “liburan nanti lo mau kemana?” tanya Rian
                “entahla, gue belum kefikiran” jawabku singkat
                “lo nggak ingin pulang ke Indonesia, lo disini sudah cukup lama”
                “tentu saja, aku sangat ingin kembali. Tapi mungkin belum saatnya”
                “kenapa?” tanya Rian
                “aku sedang menunggu seseorang, hhm kalau gitu aku pergi dulu yah”
Namaku Tina, seorang gadis yang sangat menyedihkan. Ayah dan ibu mengirimku ke Singapore hanya karena mereka tak punya waktu untukku, hanya karena mereka terlalu sibuk dengan urusan kantor yang katanya demi kelanjutan hidupku nantinya. Aku tidak butuh uang, yang kubutuhkan hanya kasih sayang oleh orangtua ku tetapi sepertinya mereka sudah lupa kalau aku ini masih anaknya, selama tiga tahun aku hidup dengan nenek disini, di Negara yang sangat amat menyebalkan. Meskipun tidak begitu jauh dari Jakarta tapi tetap saja kami berada didua negara yang berbeda. Aku sering bermimpi ayah dan ibu datang menjemputku tetapi sampai sekarang mereka belum juga datang, sekarang aku sudah tumbuh menjadi seorang remaja tanpa kedua orangtuaku. Itu membuatku muak dan kecewa.
................................................................................................................................................................
                Seperti biasanya, jika pulang sekolah aku sempatkan diri untuk mampir disebuah kafe yang menyediakan makanan khusus Indonesia, sesibuk apapun, aku tak pernah melewatkan tempat ini, tempatku menghabiskan waktu saat sedang sedih ataupun bahagia. Bahagia?, selama aku disini tak pernah sama sekali aku tersenyum lepas, aku selalu kefikiran untuk kembali tetapi  ayah selalu menahanku, katanya dia sendiri yang akan menjemputku, acchh apa iitu alasan yang dibuatnya lagi agar aku tidak kembali, mereka benar benar orangtua yang sangat menyebalkan.
                Ditempat ini juga aku bertemu dengan seorang pria, dia sangat baik dan selalu menolongku, namanya Rian. Dia pria yang bertanggung jawab dan bisa dipercaya, itulah kenapa aku sangat menyayanginya tetapi aku juga bingung dengan perasaanku, apa aku mencintainya atau hanya sekedar menganggapnya sebagai sahabat tetapi yang pasti hatiku sudah dimiliki oleh seseorang. Seseorang yang sangat aku cintai.
Flash Back
                “jadi kamu benar benar akan pergi ke Singapore” tanya Angga
                “ohh, tapi kamu tenang saja. Aku kesana hanya untuk liburan. Kata ayah, dia akan segera menjemputku jika liburan sekolah berakhir” jawabku tersenyum
                “aku akan sangat merindukanmu” Angga memelukku erat
                “tunggu aku, aku nggak akan lama” kataku
                “tentu saja, kamu tidak boleh lama. Aku mencintaimu” jawab Angga
                “aku pergi”
Finish
                “Angga, apa kamu masih menungguku? Apa hatimu masih milikku?”
Aku menatap foto Angga dan memegang sebuah kalung pemberiannya waktukami jadian dulu, aku sangat mencintainya tapi entah kenapa aku merasa kalau dia sudah tidak mencintaaiku, aku ingin pulang tapi aku juga takut jika hal ini hanya akan menyakitkanku. Bagaimana jika angga tidak menungguku selama ini?, acch tidak, dia pasti menungguku.
                Lekas saja aku kembali kerumah dan mengepak barang barangku tanpa sepengetahuan nenek, karena jika aku mengatakannya terlebih dahulu dia pasti melarangku. Nenek, maaf tapi aku sangat merindukan kenangan masalaluku yang ada di Jakarta, mungkin juga aku takkan kembali lagi.
.................................................................................................................................................................
                “hallo”
                “ohh, kamu dimana  Tin. Tadi gue kerumah nenek bilang lo nggak ada”
                “aku, aku ada di Bandara” kataku
                “Bandara? Apa yang kau lakukan di Bandara?” tanya seseorang yang tak lain ada Rian
                “aku mau ke Indonesia, maaf karena tidak mengabarimu terlebih dahulu”
                “berapa lama?”
                “entahla, mungkin selamanya . . . mungkin juga hanya sehari”
                “yahh, aku sedang tidak ingin bercanda”
                “aku juga tidak bercanda. Bagaimanapun aku akan sangat merindukanmu, jaga dirimu Rian”
                “yah, kamu benar benar ingin tinggal disana selamanya. Acchh tidak, kamu harus kembali. Mengerti”
                “ohh, sudah dulu yah. Sebentar lagi pesawatnya lepas landas”
                “sip”
Rasanya, sangat tidak sabar ingin segera tiba di Jakarta. Hhm orang pertama yang akan kutemui adalah ayah dan ibu, setelah itu Angga. Acchh aku sangat merindukannya, seperti apa wajahnya sekarang. Angga, tunggu aku.
“acchh akhirnya sampai juga, wahh udarah di Jakarta benar benar tidak berubah”
Aku menuju kerumah dengan harapan ayah dan ibu ada disana, aku sangat merindukan mereka, semakin dekat dengan pintu masuk jantungku semakin berdetak kencang. Tapi aku tak peduli, aku akan tetap masuk meski mungkin ayah akan sangat marah, perlahan lahan kuraih gagang pintu rumah dan segera membukanya, aku sunggu terkejut ketika berpapasan dengan ayah didepan pintu
“Tina, apa yang kau lakukan disini, kamu datang sendiri” tanya ayah dengan nada dingin
“ohh, aku datang sendiri. Kenapa?, ayah tidak senang aku disini” jawabku
“bukannya tidak senang, ach sudahlah. Ayah harus kekantor, hari ini ada miting penting”
“ibu, ibu dimana?” tanyaku sayu
“ibumu, dia tidak pulang sejak kemarin. Ayah pergi dulu”
Keluarga macam apa ini, anaknya pulang bukannya disambut malah ditinggalkan. Ayah,ibu bagi kalian aku ini apa, kalian memperlakukanku seperti anjing, apa aku harus memberontak baru kalian bisa menengok kearahku, sudahlah tidak ada gunanya tinggal disini.
“karena aku sudah bertemu ayah, saatnya kerumah Angga”
Akupun berjalan kerumah Angga yang kebetulan tak begitu jauh dari rumahku, tapi kata ibunya dia tidak ada dirumah, ahh padahal orang kedua yang ingin kutemui adalah Angga. Karena hari ini aku tidak bertemu dengannya kuputuskan untuk ketaman tempat Angga menyatakan perasaannya padaku, yah mungkin saja dia ada disana. Dengan penuh semangat dan senyuman yang menghiasi bibirku, aku berlari kesana sambil membawa sebuah kotak hadiah untuk Angga, aku seperti anak kecil yang berlari mengejar ibunya, aku sangat berharap bisa bertemu Angga disana dan benar saja, Angga ada disana.
Tapi, seketika semangat yang tadinya membara perlahan sirna. Sekarang hanya rasa sakit yang ada, rasanya tidak dapat diungkapkan dengan kata kata. Perlahan air mataku menetes, dadaku terasa sesak tapi aku berusaha menahannya karena sudah terlanjur juga Angga melihatku disana
“Tina, yah Tina” teriak Angga memanggilku
“ohh, hay apa kabar?” tanyaku basa basi
“aku baik, kamu?”
“aku juga baik”
“kamu ke Indonesia tidak bilang bilang, akukan bisa menjemputmu”
“hhmm, aku kesini karena kebetulan liburan musim panas”
“kamu akan tinggal disinikan?” tanya Angga
“tentu saja tidak, hehehehehe oh ini hadiah untukmu. Kalau gitu aku pergi, aku senang bisa bertemu denganmu”
Perlahan aku membalikkan badanku hendak pergi tetapi Angga justru menarik tanganku
“sudah 3 tahun, hanya itu yang ingin kau sampaikan” tanya Angga dengan wajah memerah
Tentu saja tidak Angga, ada banyak hal yang ingin aku sampaikan padamu, ada banyak hal yang ingin kutanyakan padamu, tapi aku benar benar tidak kuat melihatnya lagi.Tidak, aku sudah tidak tahan lagi. Kalau disini terus aku tidak akan bisa menahan air mataku lagi, aku harus pergi
“ohh hanya itu, aku pergi dulu”
Aku berlari meninggalkan tempat itu, mskipun aku sudah tidak ditaman itu tetapi apa yang tadi kulihat belum bisa hilang dari ingatanku, Angga, Angga mencium Ayu. Mungkin aku bisa terima jika wanita itu bukan ayu, tapi dia adalah Ayu sahabatku, bagaimana ini bisa terjadi. Aku fikir dengan kembali ke sini semuanya akan sama seperti dulu tapi ternyata tak seperti itu, rasanya sungguh menyakitkan melihat orang yang aku sayangi dan sahabat yang aku hormati berciuman didepanku, wanita mana yang tidak sakit bila melihat kejadian ini. Apa mungkin mereka hanya bersahabat, tapi mana mungkin sahabat melakukan. . . melakukan . . . kiss. Aaahhh tuhan, rasanya sangat menyakitkan.
Selepas kejadian itu aku kembali kerumah, kejadian mengejutkan apalagi yang akan aku lihat dirumah, kejadian tadi soreh saja sudah membuatku sangat lelah. Tuhan aku benar benar lelah.
“Tina, kenapa baju kamu basa begitu” tanya ibuku cemas
“aku nggak papa, aku senang ibu bertanya. Tapi, aku benar benar lelah, aku ingin istirahat”
“oh baiklah, jangan lupa mandi sebelum tidur. Di Jakarta sdang musim hujan, pastikan memakai baju yang hangat saat tidur”
“ohh”
Dengan langkah sayu, aku berjalan dan menaiki anak tangga satu persatu tetapi tetap saja kejadian tadi soreeh masih terus mengikutiku, rasanya benar benar menyakitkan. Mungkin sebaiknya aku kembali ke Singapore, meskipun disana aku tak pernah bahagia tapi setidaknya selama disana aku nggak pernah merasakan hal sesakit ini. Rasanya benar benar menjengkelkan
Setelah mandi langsung saja kutarik selimutku dan segera tidur, aku berharap bisa melupakan semua hal yang terjadi hari ini agar aku bisa kembali ke Singapore dengan tenang.
.............................................................................................................................
Mentari pagi kembali menampakkan sinarnya seolah menyapa setiap penduduk bumi, hari ini badanku benar benar fresh, sontak saja aku bangun dan lekas mandi. Ada satu tempat yang sangat aku ingin kunjungi sebelum kembali ke Singapore.
“Tina, ayo kita sarapan” panggil ibu
Aku senang bisa berkumpul bersama ibu dan ayah tapi aku juga nggak bisa tinggal disini, aku belum bisa melepas perasaanku untu Angga
“yaa, okk”
“oh Tina, ayah akan segera mengurus kepindahanmu kesini” kata ayah tersenyum
“maksud Ayah” tanyaku heran
“kamu mau tinggal disinikan, ayah akan pindahkan kamu ke SMA terbaik di Jakarta”
“iya sayang, ibu juga sering kesepian. Kamu tinggal disini saja yah”
Ayah, ibu kenapa bukan dari dulu sih. Sekarang aku, aku nggak berminat lagi tinggal disini. Disini hanya akan membuatku sangat terluka, ini terlalu berat
“tidak mau” jawabku singkat
“kenapa?” tanya Ayah
“aku akan tinggal di Singapore, selamanya, seperti kata ayah dulu. Ayah sudah terlambat  untuk peduli lagi, besok aku kembali”
“sayang, fikirkan tawaran ayahmu. Sekali kamu pergi, mungkin akan sulit bagimu untuk kembali” bujuk ibu
“anak ini, terserah saja. Kamu mau kemana ayah tidak peduli, kalau perlu tidak usah kembali” bentak ayah
“sayang, kamu tenang dulu. Maksud Tina tidak seperti itu” seru ibu
“ayah bisa mengerti maksudku dengan baik, tapi aku tidak akan meminta maaf. Aku terbiasa hidup tanpa orangtua, bagiku ini bukan hal yang harus ditakutkan atau disesali
“urus anakmu ini. Aku pergi kekantor”
Ayah pergi dengan ekspresi wajah yang nampak sanngat marah dan kecewa, aku tahu tapi aku takkan menyesal, selama ini aku menahan diriku untuk tidak marah, selama tiga tahun aku menunggunya menjemputku tapi ia tak pernah datang, 3 tahun aku tidak pernah melihtanya, menipu anaknya sendiri, ayah, kau benar benar ayah yang egois.
“aku juga ingin keluar, tolong urus keberangkatanku besok”
“Tina, kamu tau ayahmu seperti apa. Kembali kerumah ini tidak akan semudah saat kamu memutuskan untuk meninggalkan rumah. Tolong fikirkan ini baik baik”
“oohh, aku sudah memikirkannya. Urus saja Pasportku, akan kupastikan kalau aku tidak akan kembali kesini lagi, dikehidupan ayah dan ibu lagi. Kalian juga boleh berpura pura tidak punya anak atau menganggap aku sudah meninggal. 3 tahun aku menunggu kalian, 3 tahun aku habiskan waktu untuk mencintai dan menghawatirkan kalian, tapi sekarang itu takkan aku lakukan lagi. Aku keluar dulu”
Dengan langkah sayu dan hati yang gugup, aku berjalan menuju taman yang kemarin meski kejadian kemarin sangat menyakitkan untuk diingat namun akan membutuhkan waktu untuk melupakannya, taman itu tampak sepi. Jelas saja sepi, sepagi ini siapa yang kurang kerjaan nongkron di Taman, meski kecewa tapi entah mengapa hatiku masih mengharapkan kedatangan Angga. Kududukkan badanku disebuah kursi panjang, tempat paling favoriteku ketika masih tinggal disini, sekarang semuanya hanya tinggal kenangan, semuanya hanya akan menjadi masalalu yang pahit. Perlahan air mataku menetes mengingat kenangan manisku dan tentu juga kenangan burukku, rasanya benar benar seperti mimpi, mimpi dimusim dingin yang sangat amat menyakitiku     aku sering bermimpi, ketika kembali disini kehidupanku akan lebih baik, merajut kembali cinta kami yang sempat putus hinggah kejenjang pernikahan, mempunyai sebuah keluarga kecil yang sangat harmonis tapi sekarang semuanya tinggal mimpi, saat aku terjaga mimpi indah itu seketika menjadi musibah yang menyakitkan.kuraih ponselku yang ada disaku celana belakangku dan menelpon ibu.
                “hallo” sapa ibuku
                “oh, tolong urus pasportku hari ini” kataku melemah
                “hari ini, bukannya besok?” tanya ibu
                “aku berubah fikiran, lagian disini tidak ada yang menyenangkan”
Sekarang saatnya, melupakan semua kenangan  pahitku kemarin dan saat ini.
                “Selamat tinggal Angga” kata itu terus saja terpati dalam hatiku, kali ini benar benar selamat tinggal untuk segalanya di Indonesia, aku takkan kembali lagi dengan kehidupan yang tak adil ini
                “Selamat tinggal?, sesederhana itu? Kamu mau pergi lagi?,kamu tidak merindukanku?, kamu tidak mencintaiku lagi?” tanya Angga yang tiba tiba muncul dihadapanku, aku nggak tahu sejak kapan dan darimana dia tahu aku ada disini, aku tetap bahagia bisa melihatnya untuk yang terakhir
                “Angga, sejaka kapan kamu disitu?” tanyaku heran sambil mengusap air mata
                “dari tadi, sebelum kamu menelpon”
                “aahh, aku pasti melamun sehinggah tak sadar kamu disini”
                “oh, kamu melamun” jawab Angga singkat
                “ada apa?” tanyaku basa basi
                “ada apa?, kamu tanya ada apa?, sebenarnya aku ini apa dimatamu Tin?”
                “aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan, aku harus pulang mengepak barang barangku”
                “kamu berubah Tina, kamu menyuruhku menuggu tapi kamu sendiri yang akan meninggalkanku”
                “Angga, aku tahu ini semua salahku, menyuruhmu menunggu selama ini, aku tahu itu tidak mudah, aku tahu kalau aku terlalu egois bila harus terus berharap kamu benar benar menungguku. Sekarang aku tidak akan menahan dan menyuruhmu menunggu lagi Ga, aku akan pergi selamanya.      
                “maksud kamu apa sih. Tina, aku benar benar menungguumu, aku bahkan belum lupa kata katamu sebelum berangkat. Hanya liburan?, liburan apa yang sampai tiga tahun. Tina, aku sangat menyukaimu, setiap kali mengingatmu itu terasa menyakitkan, aku sudah berusaha untuk melupakanmu, bahkan sempat kuberfikir kalau kamu sengaja menghindar dariku, kalau kamu sengaja ingin meninggalkanku. Tapi apa, sampai sekarang aku masih mencintaimu”
                “cinta?, kamu bilang cinta?, berciuman dengan gadis didepan mata orang yang kamu bilang kamu mencintainya. Apa itu masuk akal, aku tidak marah Ga karena aku sendiri sadar kalau kamu juga hanya pria biasa, memintamu menunngu selama 3 tahun aku tahu itu tidak mudah. Mungkin memang akan lebih baik jika aku tak pernah kembali”
                “Aku bisa jelasin semuanya Tin, ini nggak seperti yang kamu fikirkan”
                “nggak perlu Ga, aku tidak butuh penjelasanmu karena itu mungkin akan lebih mempersulit keberangkatanku, aku pergi!. Selamat tinggal. . . . . . ANGGA”
                “kamu hanya tidak ingin memberiku kesempatan Tin, aku takkan mencegahmu bila itu yang terbaik menurutmu, kamu hanya perlu tahu kalau aku sangat mencintaimu. Ini ada rekaman, kamu harus mendengarnya, kamu harus mendengarnya sebelum naik kepesawat”
Aku mengambil rekaman itu dan segera pulang untuk mengepak barang barangku, tiketku bahkan sudah tersdia diatas kasur, tapi nampaknya kdua oarangtuaku terlalu marah untuk mengantarku ke Bandara ach tidak, mereka hanya terlalu sibuk dengan uang mereka. Bagi mereka aku ini apa sih, hanya gadis yang tidak dibutuhkan dalam keluarga ini, karena ayah memang tidak mengharapkan aku lahir, mungkin akan lebih menyenangkan bila aku lahir sebagai anak laki laki. Aahh sudahla.
                Lekas saja aku berangkat ke Bandara seorang diri menggunakan taksi, begitu sampai entah mengapa hatiku terasa sangat sakit, rasanya sungguh berat.
                “penerbangan Garuda Emas dari Jakarta ke Singapore akan segera diberangkatkan dalam 15 menit kedepan, penumpang diharap segera menaiki pesawat”
Perlahan aku menaiki anak tanggak satu persatu, tak lupa aku mendengar rekaman yang diberikan oleh Angga, rencananya aku ingin mendengarnya begitu sampai di Singapore, tapi tak apalah. Kunyalakan rekaman itu dan mulai mendengarkannya
                “Angga, sampai kapan kamu menunggu Tina terus, ia takkan kembali”
                “dia pasti kembali, kamu tahukan Ayu kalau aku sangat mencintainya”
                “tapi ini, sudah tiga tahun. Apa kamu masih ingin menunggunya”
                “aku bisa menunggu lebih lama lagi. Aku mohon tinggalkan aku Yu, kamu harus melepaskan perasaanmu itu karena sampai kapanpun aku takkan melupakannya”
                “aku nggak mau, aku sangat mencintaimu Ga”
                “cintamu hanya akan menyakitimu”
                “baiklah, kalau kamu mau menciumku disini aku akan melepas perasaanku”
                “aku nggak mau”
                “kalau begitu siap siap saja kehilangan Tina, akan kupastikan dia tidak kembali. Kamu tahu ayahku dan ayah Tina berhubungan baik, jika ayahku yang meminta apapun akan dilakukan ayah Tina”
                “kamu benar benar picik Ayu”
                “kamu yang mengajarkan ini, kamu tinggal milih”
                “ok, tapi setelah ini kamu tidak boleh muncul lagi dihadapanku”
                “baiklah”
Air mataku mulai menetes, aku tidak menyangka kalau ini semua rencana Ayu, lekas saja saya turun dari pesawat itu dan berlari menuju taman, aku berharap Angga masih disana menungguku dan bear saja dia masih ada disana. Perlahan aku berjalan ke Angga dengan iar mata yang masih terus menetes.
                “Anggak” panggilku dengan gugup
                “Tina, aku tahu kamu pasti kembali” Anggak menghampiriku dan memelukku dengan erat
                “terimah kasih karena telah menungguku”
                “Terimah kasih karena telah kembali Tina. Aku sangat merindukanmu”
                “aku lebih merindukanmu Angga”
                “aku lebih sangat, sangat merindukanmu Tina”
                “aku jauh lebih sangat sangat merindukanmu Angga”
                “aku sangat merindukanmu sampai tak bisa berkata kata” seru Angga
                “kamu tidak boleh pergi lagi Tina. Aku mencintaimu”
                “aku juga”
Aku benar benar bahagia, sekarang cinta kami akan kekal. Kami yakin kalau kami ini jodoh dan Allah akan selalu melindungi kami  “AKU MENCINTAIMU ANGGA”
                Kami akan saling melengkapi sebagai pasangan yang takkan pernah ditemukan dimanapun karena cara kami mencintai berbeda dengan pasangan yang lainnya “AKU MENCINTAIMU TINA”                

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Gadis Murahan

Author by Liliyana                           Hembusan angin menerbangkan rambut panjang ku yang kubiarkan terurai. Pandanganku kosong menatap hamparan laut yang membentang luas. Sekejap kenangan buruk kembali mengacaukan fikiranku. Ada begitu banyak beban didalam hati ini, ada begitu banyak keraguan yang berusaha kusembunyikan, ada begitu banyak hal yang berusaha kuyakinkan bahwa semuanya akan baik baik saja, ada begitu banyak perih yang tertahan.

Untuk Kalian Para Sahabat Part II

            Mulainya dari mana?, saya selalu bingung  jika harus bercerita tentang kehidupan pribadi. Sebelumnya saya sudah pernah menulis hal yang sama, tentang saya dan para sahabat, bagaimana kami bertemu, itu sekitar dua tahun yang lalu. Kali inipun sama, saya akan menulis beberapa bait paragraf untuk mereka, untuk para sahabat terhebat yang sampai sekarang masih setia menemani.             Apa yang istimewa dari mereka? Entah, mereka memiliki sisi keunikan yang berbeda, mereka memiliki pola pikir yang berbeda, mereka memiliki cara pandang yang berbeda. Saya terkadang kesulitan memahami mereka, kadang saya berfikir bagaimana menjadi orang baik untuk para sahabat saya, saya ingin melakukan hal yan bisa mereka ingat, yang bisa mereka kenang dikemudian hari, bahkan saat saya tidak lagi disisi mereka(mungkin suatu hari). Masing masing dari kami memiliki kekurangan, kami sama sama tau itu, masing...

ARIANA

ARIANA Oleh Liliyana Amsir Awalnnya, kufikir jika aku mencintainya dengan tulus, cepat atau lambat dia akan berbalik mencintaiku, kufikir cukup aku saja yang mencintainya, cukup aku saja yang perduli padanya, cintaku saja sudah cukup untukk kami berdua, dengan aku yang sangat mencintainya saja sudah cukup untuuk mempertahankan hubungan kami, dengan cintaku yang tulus ini sudah lebih dari cukup untuuk kami berdua, namun aku salah, cintaku saja tidak cukup dan tidak akaan pernah cukup untuk kami berdua, cinta tulusku saja tidak   akan cukup untuk mempertahankan hubungan kami. Dan pada akhirnya aku sadar, dia tidak   akan pernah mencintaiku, bagaimanapun lamanya aku menunggu, dia tidak akan pernah membalas cintaku. Aku telah menyerah dengannya, aku mencintainya namun aku tidak ingin selamanya jadi orang bodoh yang dibutakan oleh cinta, aku mencintainya bahkan sangat mencintainya namun tidak ada gunanya bila dia tidak merasakan hal yang sama. Aku lelah dengan hubunga...