Dilain tempat, tepatnya ditaman belakang rumahnya, Anggaa
nampak sedang duduk memandangi foto kedua orang tuanya yang sudah lama
bercerai, semakin ditatap air mataanya semakin deras, untuk pria seusia Angga,
mungkin terlihat agak aneh bila menangis namu Angga, hampir setiiap hari dia
menangis karena beban hidup yang serasa tak sangguap ia pikul, Angga kehilangan
semangat hidupnya, dia serasa sendiri, benar benar sendiri, hidupnya hampa,
kosong, gelap dan begitu membosankan.
...............................................................................
Satu tahun telah berlalu, meninggalkan kisah dan kenangan
yang menjadi bingkai hidup bagi semua insan, takdir tentu kadang tak seindah
yang kita harapkan, kadang yang diimpikan tapi tak sejalan, dan yang dibenci
justru mendekat, begitulah hidup. Bukan hidup namanya bila kita selalu berasa
diatas, dan bukan hidup namanya bila tak pernah meneteskan air mata, begitulah
yang diarasakan Geby selama ini, sudah setahun lebih dia mengejar cinta Angga,
dia selalu berkorban perasaan untuk angga, semua telah ia lakukan untuk meyakinkan
Angga, tapi seperti biasanya Angga tetap saja bersikap dingin kepada Geby, dia
tak pernah sama sekali memandang Geby ada, dia tidak pernah sama sekali
menghargai perasaan Geby.
“Geby” pangil Caca sahabatnya
“hm” jawab
Geby singkat
“apa kamu
tidak bosan mengejar Angga terus?” tanya Caca
“tidak”
“apa kamu
akan terus seperti ini?” kali ini bukan Caca yang bertanya tapi Rara
“tidak”
“terus
kapan kamu mau berubah dan berhenti mengejar Angga” sambung Tiara
“suatu saat
nanti, pasti akan seperti itu”
“kami
merasa kasihan padamu, kamu itu cewek baik dan pintar, kamu juga cantik. Tak
seharusnya kamu membuang buang waktumu hanya untuk mengejar cinta Angga”
“kamu bisa
dapat yang jauh lebih baik darinya”
“itu
mungkin saja, tapi aku belum bisa melepas perasaanku padanya, aku masih sangat
menyukainya” jawab Geby sayu
“apa kamu
tidak bosan dengan cinta sebelah pihakmu itu “ tanya Tiara
“bosan,
sangat bosan”
“lalu,
kenapa kamu masih betah. Bagaimana kalau ayah dan ibumu tau, mereka pasti akan
sangat sedih”
“mereka
tau, sudahla aku malas bahas ini, terimah kasih karena kalian telah mencemaskan
aku, aku pulang duluan”
Geby pergi meninggalkan ketiga sahabatnya juga “kata mereka
benar juga, aku sudah terlalu lama mengejar Angga, aku bahkan tau kalau Angga
nggak akan pernah menyukaiku. Tapi aku belum bisa, aku belum bisa melepas
perasaanku, aku masih sangat menyukainya” lirihnya dalam hati.
Geby pulang
kerumahnya berjalan kaki seorang diri, dalam hati selalu ia fikirkan kata
ketiga sahabatnya tadi setelah sampai didepan rumah Geby terkejut melihat
bendera putih terpasang dipakarangan rumahnya, dia sama sekali tidak mengerti, “apa
apaan ini, siapa yang sebenarnya meninggal, kenapa begitu banyak orang diruma”h,
Geby perlahan lahan masuk dan ternyata . . . , “apa semua ini nyata, nggak aku
nggak rela, ibuku . . ibuku meninggal dunia”, Geby teriak sekencang kencangnya,
”ini begitu tidak adil untukku, aku
hidup sederhana, serba kekurangan, aku masih bisa terima tapi sekarang,
sekarang ibuku juga kau ambill, ya Allah, kenapa kau begitu kejam padaku,
kenapa kau ambil harta yang paling berharga dariku, kenapa kau ambil ibuku
begitu cepat, aku belum sempat membahagiakannya”, Geby menangis menangis,
menangis begitu kencang, kenyataan ini sangatlah pahit, bagaimana ini semua
bisa terjadi. Tapi ayahnya selalu menguatkannya.
‘’hari ini, ibumu akan segera dikuburkan, kamu harus kuat,
kamu bukan gadis yang lemahkan’’ support Ayah
‘’ayah, kau tau aku bukan gadis yang lemah, aku jarang
sekali meneteskan air mata, tapi kali ini benar benar sulit, jadi biarkan aku
menangis selama itu bisa membuatku sedikit tenang’’ jawab Geby.
‘’yach, ayah bisa mengerti, kamu boleh saja menangis karena
menangis memang satu satunya hal yang bisa membuat kita sedikit tenang, tapi
kamu tidak boleh berlarut larut dalam masalah ini’’
‘’Ayah, kenapa tuhan mengambil ibu begitu cepat, aku baru
saja mau ceritakan pengalamanku pada ibu, aku belum sempat melihat senyum ibu
hari ini, kenapa hidup kita selalu dipenuhi masalah ayah, setiap hari makan
seadanya, tidur tidak pernah nyaman karena takut kita diusir, aku masih butuh
ibu ayah, aku ingin ibu’’
‘’kadang memang kenyataan tak pernah sejalan dengan
keinginan, tapi percayalah tuhan memberikan yang terbaik untuk kita’’
‘’apapun itu, bagiku tuhan tidak adil Ayah’’
‘’tuhan sudah sangat adil, tuhan mengambil ibumu agar kamu
bisa lebih kuat, karena selama ini kamu hanya berlindung dibelakang ibumu, ayo!
Jenazah ibumu sebentar lagi akan dikuburkan’’.
“Tak seorangpun yang tau perasaanku saat itu, rasanya aku
sudah mulai kehilangan kewarasanku, setelah kejadian itu aku jadi cengeng,
sedikit dikit nangis, ini seperti bukan diriku, aku jadi kepikiran kata Roy dlu
mengenai Angga, apa ini yang dirasakan Angga . ?, rasanya sangat aneh, rasanya
ada yang hilang dalam diriku, 1 minggu aku nggak masuk sekolah, aku belum bisa
menerima kenyataan ini, ini sangat membuat hatiku sakit. Aku putuskan untuk
berhenti sekolah, setelah kudiskusikan ayah juga tidak menolaknya. Hari itu aku
beranikan diri untuk masuk sekolah, hanya sekedar ingin menyampaikan kalau aku
akan berhenti sekolah, paling tidak aku tidak membuat sahabatku kwatir padaku”.
Curahan hati Geby.
‘’akhirnya
kamu masuk sekolah juga Geb, kami semua kangen sama kamu’’ (memelukku erat),
kata Rara
‘’maaf
sudah buat kalian kwatir’’ jawab Geby sedikit lesu
‘’tapi kamu
nggak papakan . ?, kamu terlihat agak pucat’’ tanya Tiara
‘’ech, kamu
duduk dulu de geb’’ seru Caca
‘’aku nggak
papa kok’’
‘’sebenarnya
kamu nggak masuk sekolah seminggu ni karena apa, biasanya kamukan paling anti
sama yang namanya alpa’’
‘’ibuku. .
. . ‘’
‘’ibumu
kenapa,’’ tanya caca penasaran
‘’ibuku
meninggal,’’ air mata Geby menetes lagi, ini begitu menyakitkan untuknya
‘’kenapa
kamu nggak pernah bilang sama kami, kamu pasti sedih banget’’
“sangat
sangat sedih”
“kamu
jangan nagis Geby”
“makasih
selama ini kalian sudah mau menjadi sahabat terbaik untukku, tapi sepertinya
aku ingin berhenti sekolah saja”
“lo kenapa?
Kamu pintar sayang kalau disia siain”
“selama ini
alasanku untuk tetap bertahan sekolah adalah ibu dan Angga, tapi sekarang ibu
sudah tidak ada dan Angga, dia takkan mungkin menyukaiku”
“tapi geby
kami mohon, kami mohon kamu jangan berhenti yah”
Caca, Rara dan Tiara mencoba membujuk Geby, air mata
ketiganya mulai pecah, hangtnya talih persahabatn diantara ketiganya begitu
menyentuh hati geby, sedikit demi sedikit hati Geby mulai luluh.
“baiklah, aku nggak akan
berhneti sekolah, ini semua aku lakukan untuk kalian. Makasih kalian sudah
banyak membantuku selama ini”
“kami akan
selalu ada disisimu, karena kita adalah empat sahabat yang takkan terpisahkan”
Sungguh
indah persahabatn yang mereka jalani, mereka berpelukan erat, sangat erat
seakan dunia hanya milik mereka, seketika itu perlahan lahan kesedihan yang
dirasakan Geby mulai terhanyut oleh hembusan angin yang seakan membisiknya
bahwa hidup ini akan indah pada waktunya, kita memang tidak akan pernah tau
akhir sebuah jalan hidup, ibarat novel, apabila kita langsung membaca bagian
akhir maka kita tidak akan mengerti secara sempurna mengenai alur dan jalan
cerita dari novel tersebut, ibarat menyelami lautan, kita takkan pernah tau seberapa
dalam laut itu kalau kita tak memberanikan diri untuk turun meski kadang itu
sangat membahayakn, begitulah hidup. Meski sesulit apapun kita harus tetap
menjalaninya. Sama halnya dengan Geby, meski telah dicampakan dan sama sekali
tidak dianggap oleh Angga, tapi dia sama sekali tidak pernah patah semangat,
tapiii sepertinya itu tidak berlanjut lama. Sebulan setelah kepergian Mamanya,
Geby tampak murung. Kebahagiaan hidupnya seakan ditepis oleh ombak laut yang
sangat dahsat, hidupnya begitu berubah dari yang dulu ceria sekarang tampak
murung.
..........................................
Cuaca
seakan tak bersahabat, mendung disertai angin yang cukup kencang menerpa wajah
gadis cantik yang sedang duduk melamun sembari menatap nonoh foto yang
dipegangnya, difoto itu tampak seorang pemuda berkulit putih, bertubuh tinggi
sedang memegang bola basket lengkap dengan pakaiaan basket, pada pakaian basket
itu tertera nama pemilik baju itu Angga Praseetyo, yach Geby sedari tadi
menatap foto Angga, tak terasa air matanya mulai menets dan perlahan lahan
membasahi foto yang dipegangnya itu.
“Angga, aku sudah terlalu lama
menunggumu. Alasan satu satunya mengapa aku masih bertahan disini adalah
dirimu, tapi sepertinya aku tak akan pernah bisa memilikimu, yach tidak akan
pernah bisa, seperti apa yang dulu pernah kau bilang padaku bahwa hatimu hanya
untuk satu wanita, aku memang bodoh. Maafkan aku Angga kalau aku hanya menjadi
beban dalam hidupmu, maafkan aku karena selalu mengusik dan mengikutimu, aku
hanya bbisa mencintaimu, kau tak pernah bisa berhenti mencintaimu, saat aku kecewa padamu, itu justru semakin
menambah rasa sayangku padamu, tapi mungkin sudah saatnya aku harus melepas
perasaanku padamu, karena aku tau meskioun aku menunggumu berapa lama, kamu
tetap tidak akan kumiliki, yach mulai sekarang, aku akan berhenti menyukaimu,
aku akan berhenti mengikutimu, semoga kau bahagia dengan hidupmu dan semoga kau
menemukan gadis yang lebih bisa membuatmu tersenyum lega. SELAMAT TINGGAL
ANGGA”
Geby merasa
putus asa menunggu Angga terus menerus, dia menghepaskan foto Angga yang sedari
tadi dipeganginya sehinggah diterbangkan oleh angin, semakin lama foto itu
semakin tidak nampak, tapi air mata Geby tetap saja menetes, terasa berat untuk
melepsakan perasaannya itu, meski menyakitkan tapi dia akan tetap melakukannya,
sudah hampir dua tahun dia membuang buang waktunya untuk mengejar Angga, rasa
keputus asaan kini seakan menggerogoti seluruh tubuhnya.
Ketika
sedang melamun sambil menatap langit yg terlihat mendung, sosok pria datang
menghampiri Geby yang duduk sendiri ditaman sekolah, semakin dekat sosok prria
itu nampak semakin jelas, meskipun begitu, Geby tetap tidak sadar dari lamuanan
panjangnya, hatinya masih terasa sakit karena cinta sebelah sisinya itu, dan
sekarang pria itu tepat berada disampingnya, duduk sambil memandangi Geby, Geby
masih saja tak sadar diri.
“hai”
sapaan pria itu sontak membuat geby sadar dari lamunan panjangnya
“yah, oh..” jawab Geby sayu
“untuk apa
kamu kemari”
“kalau aku
bilang aku merindukanmu” cela pria yang ternyata Angga
“aku akan
tertawa” dengus Geby
“hm,
baiklah aku takkan bilang itu. Aku mendengar kabar tentang ibumu”
“ohhh, hhm”
“apa kamu
baik baik saja” tanya Angga
“yah, aku
baik baik saja”
“apa ada
sesuatu yang ingin kau tanyakan padaku” tanya Angga
“sesuatu,
hhm”
“ohh, mulai
sekarang aku akan melakukan yang kamu minta. Aku tidak akan mengganggumu lagi,
aku tidak akan perduli lagi padamu, aku akan menghapusmu dari fikiranku,
selamanya namamu akan coba aku tepiskan” jelas Geby sambil menahan tangisnya.
“ohh,
kenapa?”
“apa?”
“kenapa
begitu cepat putus asa, kamu belum berhasil mendapatkannya bukan”
“karena aku
tau, dan aku sadar kalau aku nggak akan pernah bisa mendapatkannya” “kenapa kamu begitu yakin, kamu bahkan
belum tanya kepada orangnya lantas kamu menyimpulkannya sendiri”
“bukankah
orangnya sendiri yang dulu pernah bilang kalau hatinya hanya untuk satu orang,
lagi pula aku sudah berkorban banyak untuk perasaan ini” desih Geby menahan
tangis
“berkorban?,
apa yang telah kau korbankan untukku” tanya Angga heran
“aku telah
mengorbankan hati orang yang benar benar tulus mencintaiku, itu semua untukmu,
karena hanya kamu yang aku cinta, tapi nampaknya semua sia sia. Lebih lagi
orang itu sudah mengorbankan hatinya untukku, dia rela meninggalkanku hanya
agar aku lebih fokus mengejarmu tanpa menghiraukan perasaannya, aku memang
manusia bodoh dan kejam”
“apa?”
tanya Angga
Geby mulai
menceritakan, diceritakan semuanya ke Angga
..................................
LAST MOMENT
Ditepi pantai, terlihat dua sosok sejoli yang sedang duduk
berdampingan, sang pria memakai baju kotak kota dipadukan dengan jeans,
sedangkan sang wanita menggunakan baju kaos ketat dengan celana jeans hitam
polos, suasana hangat yang sedang mereka berdua rasakan, saat itu benar benar
hening, keduanya tak saling memulai, hanya saja sekali kali sang pria mencoba
melirik gadis yang tengah duduk disampingnya itu, merasa bosan dengan suasan
yang tak hidup itu, dia mencooba meramaikan dengan caranya sendiri.
“Geby” panggil lelaki itu yang
tak lain adalah Rian
“hhmm”
jawab Geby polos
“ada yang
ingin aku tanyakan” pinta Rian
“apa itu?”
Jika suatu
saat aku akan pergi, apa yang akan kamu lakukan?” tanya Rian
“aku akan
menghalangimu” jawab Geby singkat
“geby, apa
sudah tidak ada lagi tempat untukku dihatimu?”
Geby
kemudian menatap Rian dengan sangat tajam, dipegangnya kedua tangan Rian sambil
menebarkan senyum termannisnya
“meskipun aku sudah tidak
mencintaimu lagi, tapi bagaimanapun kamu tetap akan ada dihatiku, walau
bagaimanapun kamu dulu pernah memberi warna dalam hidupku, dan kamu adalah
cinta pertama dan juga pacar pertamaku”
“bukan itu
yang kutanyakan, intinya, apa kamu mau jadi pacarku?” tanya Rian
Geby menundukkan kepalanya, dengan perasaan berat hati, dia
tidak tahu apa yang harus dia jawab, disisi lain dia masih sangat mengharapkan
Angga
“hhmm” poles Geby
“aku akan
kembali ke Singapore” desih Rian
“apa?”
tanya Geby
“yach,
alasan aku kembali hanyalah dirimu, tapi nampaknya kamu sudah tidak
membutuhkanku, kamu harus janji kalau kamu nggak boleh sedih, kamu harus
melewati hidup ini dengan senyuman, jangan pernah kecewakan aku apapun yang
terjadi, kamu harus berusaha untuk mendapatkan cinta Angga, jangan pernah
berputus asa, karena aku telah mengorbankan perasaanku untuk ini, aku akan
sangat kecewa bila kamu menyia nyiakan hidup ini”
“tapi............
Rian”
“aku tidak
bisa kayak gini terus Geb, aku nggak bisa terus terusan jadi benalu untukmu dan
Angga, aku merasa karena kehadiranku itu akan semakin menyusahkanmu, kamu nggak
perlu kwatir tantang perasaanku, aku akan baik baik saja” ucap Rian
“jangan
menangis Geby, jaga dirimu baik baik. Aku harus segera pergi”
Desih tangis Geby
semakin menjadi jadi, dia berteriak histeris ketika Rian beranjak pergi
darinya, hatinya sedih, kacau, kecewa, mengapa Rian begitu tega meninggalkanny,
padahal dia telah menggapnya sebagai sodara sendiri, Geby menyesal kenapa dia
nggak bisa menahan agar Rian tidak pergi, mengapa tadi dia nggak bilang kalau dia
mencintainya agar Rian tidak pergi
“Rian, jangan tinggalkan
aku.......................”
“Rian..............
kenapa nggak dari dulu kamu bilang kalau kamu masih sangat mencintaiku,
Riiiiiiiiaaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnn,, aku masih sangat membutuhkanmu”
Isap tangis Geby kini
menjadi jadi, air matanya jatuh terurai, sedangkan Rian, tetap saja melangkah
pergi tanpa menghiraukan panggilan Geby, hatinya seakan teriris sembilu, itu
sangat menyakitkan untuknya, meninggalkan orang yang sangat dicintainya hanya
semata mata agar Geby bisa lebih fokus mengejar Angga
“Geby,
hatiku sangat sakit harus meninggalkanmu. Jujur ini sangat menyakitkan untukku,
merelakanmu pergi sama halnya merelakan sebagian jiwaku pergi. Tapi, untuk apa
aku disini jika toh kamu juga tidak pernha menyukaiku, kamu hanya menganggapku
sebagai kakakmu. Aku sangat mencintaimu Geby, aku mencintaimu lebih dari apapun
didunia ini, aku nggak tau gimana nantinya aku hidup bahagia disana sementara
belahan hatiku masih kutinggalkan disini. Geby, berbahagialah. Berbahagialah
untukku, kejarlah mimpi dan cintamu. Aku korbankan perasaanku untukmu dan
Angga, kejrlah mimpimu. Jangan bersedih apapun yang terjadi, tetaplah tesenyum,
badai akan segera berlalu. Geby AKU MENCINTAIMU, SANGAT MENCINTAIMU”
Air mata Rian berjatuhan, seakan berat
kakinya melangkah untuk meninggalkan tempat itu, meninggalkan gadis yang sangat
dicintainya untuk pria lain memang bukan hal mudah untuk dijalani, kalaupun
sembuh, itu akan membutuhkan waktu yang sangat lama. Kesedihan yang dirasakan
hati Rian sangtlah meringgis, jiwanya seakan terbakar oleh persaan harus,
sedih, semuanya ia rasakan saat itu, sementara Geby, dia hanya terdiam membisu
dengan air mata yang membasahi kedua pipinya, wajahnya tampak murung, dia sama
sekali tak percaya kalau Rian benar benar pergi jauh darinya, dia benar benar
tidak habis fikir kenapa sampai dia tidak menyadari kalau cinta Rian benar
benar dalam untuknya, apakah cinta Geby ke Angga sama kuatnya cinta Rian ke
Geby, entahlah....
LAST MOMENT FINISHED
...........................................
“apa kamu menyesal?” tanya Angga
“apa?” ucap Geby kembali bertanya
“apa kamu
menyesal telah menyia nyiakan cinta Rian”
“hm,
entahla”
“apa kamu
benar benar ingin melupakanku?”
“secepatnya”
“jangan
berhenti menyukaiku” pinta Angga
“apa?”
tanya Geby penasaran
“mungkin
ini sudah terlambat, tapi aku mau kamu untuk tetap disisiku, karena aku barus
sadar kalau ternyata menyukaimu setelah beberapa minggu ini kita tak bertemu,
aku banar benar merindukanmu”
“tapi.......”
desih Geby
“apa kamu
tidak percaya” tanya Angga
“hhmm”
jawabnya singkat.
Tanpa banyak bicara
lagi, Angga menarik badan Geby membuat Geby tersayu menatap Angga tajam, tiba
tiba saja Angga mencium lembut bibir Geby, suasan seakan hening tak bersua,
suar detak jantung Geby semakin tak bisa dikontrol, rasa itu, ternyata rasa itu
masih saja ada untuk Angga, mana mungkin dia bisa menolak Angga, cowok yang
selama ini disukainya. Setelah beberapa menit berciuman, Anggapun melepaskan
bibirnya yang bertautan cukup lama dengan Geby.
“apa kamu masih
Ragu?” tanya Angga
Sementara itu, Geby
hanya terdiam dan tak percaya, kalau, kalau dia dan Angga berciman, meskipun
Angga pernah menciumnya dulu, tapi itu mungkin karena nafsu, tapi sekarang,
sekarang Angga melakukannya, tapi kali ini dia melakukannya atas dasar cinta.
“apa kamu mau jadi pacarku”
tanya Angga
“yah, aku
mau”
Akhirnya, apa yang
diimpikan Geby terwujud juga, setelah hari itu. Hidup Geby jauh lebih ceria
dibanding hari hari yang lalu
Komentar
Posting Komentar