Langsung ke konten utama

Penyesalan yang Tak Berujung Part 1




PENYESALAN YG TAK BERUJUNG
Oleh Liliyana Amsir
                Nama aku Rara, cewek sederhana yang punya mimpi sangat tinggi, mungkin nggak setinggi langit juga sih, mimpi aku yaitu punya pacar tajir dan ganteng, aku ini tipe cewek yang suka gonta ganti pasangan, kata kebanyakan temanku, aku ini ratunya Play girl. Aku nggak ambil pusing, bodoh amat gitu fikirin pendapatnya orang, tapi memang benar sih, aku hanya bisa mempermainkan perasaan laki laki saja, tiap pacaran aku nggak pernah serius, alasan aku pacaran adalah hanya untuk mempermainkan lelaki saja, aku punya alasan tersendiri kenapa aku suka benget mainin laki laki tajir dan ganteng, alasannya karena kebanyakan diantara mereka yang hanya bisa mempermainkan perasaan wanita yang sangat tulus mencintainya, aku sangat benci cowok yang angkuh dan suka mainin wanita, dilain hal aku juga sangat suka pacaran dengan tipe cowok seperti itu,bukan karena cinta tapi aku pingin kalau mereka bisa merasakan gimana sakitnya hati wanita bila dihianati. Aku pernah merasakannya juga, aku pernah merasakan gimana sakitnya dihianati, saat hatiku tlah yakin bahwa aku benar benar mencintainya, dengan tega dia berjalan didepanku dengan wanita yang tak lain adalah sahabatku, kalian tahu bagaimana rasanya?, sakit . . sangat sakit. . . dadaku terasa sakit seakan separuh jiwaku menghilang menyaksikannya.

                                .....................................................................................
                3 tahun yang lalu, aku mempunyai seorang  pacar yang sangat tampan, namanya Rian. Rian adalah cinta pertamaku dan aku berharap dia juga akan jadi cinta terakhirku, jujur aku sedikit heran kenapa Rian bisa menyatakan cintanya padaku, meskipun demikian aku tetap bahagia, cewek manasih yang nggak bahagia bila punya pacar sekeren dan setajir Rian. Aku sangat mencintainya, bahkan aku menutup telingah bila seseorang menjelekkan Rian didepanku, aku sering kesal bila mereka selalu mengingatkanku kalau Rian itu palay boy, aku sama sekali tidak percaya kalau Rian itu play boy karena yang kutau Rian itu sangat mencintaiku, aku selalu mengatakan hal itu hampir setiap hari. Ani, adalah sahabat sekaligus saudara untukku, dia selalu ada untukku, tak pernah lelah mengingatkanku ketika aku melakukan hal yang salah, aku sangat menyayanginya. Tapi sahabat yang aku hormati, sahabat yang selalu aku banggakan ternyata dia adalah orang yang sangat jahat, diam –diam dia menjalin hubungan dengan Rian, hatiku serasa tak karuan, rasa sedih bercampur kecewa karena sifatnya yang sungguh tak habis kufikirkan, aku sama sekali tidak menyangka dia tega melakukan hal seperti itu.
                “Ra!, lo harus dengar penjelasan aku. Pliss maafin aku, ini tidak seperti yang kamu fikirkan” sahut Ani
                “apa lagi yang ingin lo jela-sin, lo mau bilang kalau kalian jadian. Terserah, aku sudah tidak terta-rik lagi” bentakku
Ani tetap saja menghalangi jalanku, berbicara dengan air mata yang menetes dikedua pipinya, jujur aku nggak sanggup melihat air matanya itu, rasanya aku ingin menghapusnya, tapi aku berusaha menahan diri, dengan langkah angkuh aku melewatinya. Tak seberapa jauh aku berjalan, tiba tiba Rian datang menghapiriku, bodohnya aku masih tetap berdebar saat berhadapan langsung dengannya, nggak, ini nggak boleh terjadi aku harus bisa melupakannya.
                “Rara” panggil Rian. Aku berusaha menatap matanya dengan percaya diri, aku nggak boleh terlihat lemah. Aku harus kuat.
                “ada yang bisa aku bantu” jawabku angkuh
                “lo kok ngomong gitu sih, aku ini kan . . “
                “pacarnya Ani, aku udah tau. Lo nggak perlu repot repot bilang”
                “lo bicara apa sih, aku nggak ngerti” timpa Riank.
                Aku nggak menjawabnya, berlalu begitu saja dengan air mata dipipi, aku nggak sanggup menjalani ini, aku memutuskan untuk pindah sekolah hanya sekedar untuk memulikan rasa sakit dihatiku, aku pindah ke Amerika tanpa diketahui teman temanku, menghilang tanpa satu kata mungkin membuat mereka bertanya tanya. Itulah akhir ceritaku bersama Riank, pria yang dulu sangat aku cintai. Aku tinggal di Amerika selama 2 tahun, menghabiskan masa SMPku disana, jauh dari keluarga membuatku sedikit lelah jadi aku putuskan untuk melanjutkan SMA disini.
                                               
                                                .......................................................................
                Aku dudk termenung ditemani dengan lagu Blink Hello Mellow, tak terasa fikiranku menghayal entah kemana tapi tiba tiba aku keingat masa lalu bersama Rian dulu. Ini adalah tempat favorite saat kami masih SMP, saat dimana Rian menyatakan cintanya padaku danjuga saat dimana aku lihat Rian dan Ani bermesraan. Tempat ini, kursi ini mempunyai cerita kenangan yang sangat ingin aku lupakan tapi setiap kali aku coba untuk melupakannya rasanya kenangan itu justru tambah menyesatkan hatiku, jujur saja aku belum bisa melupakan Rian tapi aku selalu berusaha untuk melupakannya.
                Hari ini adalah hari pertamaku sekolah, rasanya sangat canggung dan oiaa aku sekolah di salah satu sekolah ternama disini lo yaitu SMA Tunas Bangsah. Dengan langkah pasti aku berjalan dikoridor sekolah menuju kelas baruku ditemni guru BP yang nampaknya killer tapi terlebih dahulu kami singgah diAsrama untuk memilih kamar untukku, 1 kamar dihuni oleh 2 orang huufftt padahal gue benci berbagi kamar dengan orang lain, selanjutnya kami menuju ke ruangan kelas, suasana kelas disini benar benar buruk hhhmm katanya sekolah favorite, tanpa sadar pandanganku terhenti pada sebuah meja yang diduduki oleh seorang pria yang sedang asyik dngan bacaannya tanpa memperhatikan kedepan, laki laki itu adalah Rian. Oh my god kenapa harus satu sekolah dan satu kelas dengannya, yang lebih parah gue duduk tepat didepannya tetapi Rian masih tidak tahu kalau murid baru itu aku, dia masih saja sibuk dengan buku yang dia baca. “bisa bisa tidak konsen belajar nich”
                “heyy murid baru, gue Arga ketua kelas sekaligus ketua osis di Sekolah ini” seru salah satu temanku mengulurkan tangannya
                “ohh, gue Rara. Senang berkenalan denganmu”
                “Rara!” panggil lelaki yang berada tepat dibelakangku yang tak lain adalah Rian
                “lo beneran Rara?” sambungnya, mungkin Rian merasa jenuh karena aku sama sekali tak menghiraukannya, ia beranjak dari kursi dan duduk tepat didepanku
                “Ra, gue kangen banget sama lo”
Kangen, lo bilang kangen. Bussyyiittt lo Rian
                “Rara, lo masih kenal guekan?” Rian kembali bertanya dengan nada memaksa
                “hhuufftt, gue baru pulang dari Amerika mana mungkin gue kenal sama lo?” jawabku berlaga tak kenal, padahal pengen banget aku memelut Rian saat ini tapi gue juga sadar kalau dia bukan milikku lagi
                “gue Rian, lo benar nggak ingat gue?” tanyanya
                “tolong yah, aku disini untuk belajar, aku nggak punya waktu untuk bercanda dan hanya satu orang yang  aku kenal disini”
                “siapa? Selain aku siapa yang kamu kenal”
                “Arga”
Bel berbunyi bertanda jam pelajaran telah selesai, hari ini kami tidak belajar karena semua guru tengah sibuk mengurus pesta perpisahan untuk kelas 3, dengan segera aku mengambil tasku dan segera menuju kekamarq.
..................................................................................................................................................................
                Sejak tadi, yang ada difikiranku hanya Rian, Riaan dan Rian. Kenapa orang itu selalu saja muncul dikepalaku. Tuhan, bagaimana aku melanjutkan sekolahku ini, bagaimana bisa aku konsen belajar bila nyatanya orang yang selama ini coba kulupakan, orang yang selama ini berusaha kubenci nyatanya justru semakin dekat denganku. Bagaimana mungkin aku bisa melupakannya jika nyatanya aku akan melihatnya setiap hari.
“Lo Rara kan” tanya seseorang yang tiba tiba masuk kedalam kamarku tanpa permisi.
“hei, kamu siapa haa?, berani sekali kamu masuk kamar gue tanpa permisi” jawabku sengit jelas saja aku marah, aku sangat benci dengan orang yang dengan lancang masuk ke kamarku
“gue Dita, sorry bukannya lancang tapi ini juga kamar gue. Kata Pak Darwis, gue akan berbagi kamar dan gue nggak pernah bayangin kalau gue bakalan berbagi kamar dengan cewek arrogant” apa maksud gadis ini, cewek arrogant? Memaangnya siapa yang arrogant, lagian mana aku tahu kalau ternyata dia juga pemilik kamarr ini. Aku  mendengus kesal, jelas saja kesal, dia belum mengenalku dan telah memberikan penilaiannya itu.
                “kenapa lo diam? Nggak terima gue bilangin arrogant, toh memang benar kan” dia melipat tangannya didepan dadanya, rasanya ingin sekali ku tarik rambut panjangnya itu, tapi tidak, aku tidak ingin cari masalah, aku murid baru dan aku tidak ingin mengecewakan ayah dan ibuku. Aku pindah kesini hanya agar tidak jauh dengan orang tuaku, aku tidak ingin gara gara orang ini ayah mengirimku lagi ke Amerika, tidak. Membayangkannya saja sudah membuatku merinding.
                Kuputuskan untuk keluar kamar tanpa memperdulikan ocehan gadis sinting itu, demi tuhan kepalaku ini rasanya sudah sangat berat, bagaimana aku bisa tenang sekolahh jika nyatanya aku akan melihat 2 orang itu setiap harinya.
                “lumayan juga” gumamku, aku masih terkagum kagum dengan pemandangan diatap gedung sekolah ini, luar biasa indah. Aku merasa, akulah yang paling tinggi disini, Haha konyol. Ku rentangkan kedua tanganku keudara, menghirup udara kotor kota Jakarta, tidak masalah, aku tetap menikmatinya.
                “hey murid baru, sedang apa kau? Jangan bilang kamu ingin bunuh diri?” teriak seseorang dari arah belakang, aku seperti mengenal suara itu dan apa tadi katanya, bunuh diri?, yang benar saja.
                “ bunuh diri? Siapa juga yang ingin bunuh diri” masih dengan posisi yang sama, namun kali ini mataku terpejam.
                “kalau tidak ingin bunuh diri, lalu sedang apa kamu berdiri disitu?”
Kubalikkan badanku, dan benar saja aku mengenal pria itu. Namanya?, namanya? Ahh aku kulupa namanya, namun aku tahu karena kami berada dikelas yang sama.
                “hanya menikmati udara soreh” jawabku singkat
                “udarah soreh? Mungkin maksud kamu polusi soreh” dia tertawa, manis. Itulah kesan pertama yang kudapat saat meliihatnya tertawa.
                “ahh sorry, aku hanya bercanda. Kamu Rara, iakan?”
                “kamu masih ingat ternyata”
                “tidak ada alasan aku untuk lupa. Aku Arga, aku ketua kelas dikelas kita” Arga menyodorkan tangannya, aku menatapnya sekilas lalu meraih tangannya. Arga, my first friend.
..................................................................................................................................................................

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Gadis Murahan

Author by Liliyana                           Hembusan angin menerbangkan rambut panjang ku yang kubiarkan terurai. Pandanganku kosong menatap hamparan laut yang membentang luas. Sekejap kenangan buruk kembali mengacaukan fikiranku. Ada begitu banyak beban didalam hati ini, ada begitu banyak keraguan yang berusaha kusembunyikan, ada begitu banyak hal yang berusaha kuyakinkan bahwa semuanya akan baik baik saja, ada begitu banyak perih yang tertahan.

Untuk Kalian Para Sahabat Part II

            Mulainya dari mana?, saya selalu bingung  jika harus bercerita tentang kehidupan pribadi. Sebelumnya saya sudah pernah menulis hal yang sama, tentang saya dan para sahabat, bagaimana kami bertemu, itu sekitar dua tahun yang lalu. Kali inipun sama, saya akan menulis beberapa bait paragraf untuk mereka, untuk para sahabat terhebat yang sampai sekarang masih setia menemani.             Apa yang istimewa dari mereka? Entah, mereka memiliki sisi keunikan yang berbeda, mereka memiliki pola pikir yang berbeda, mereka memiliki cara pandang yang berbeda. Saya terkadang kesulitan memahami mereka, kadang saya berfikir bagaimana menjadi orang baik untuk para sahabat saya, saya ingin melakukan hal yan bisa mereka ingat, yang bisa mereka kenang dikemudian hari, bahkan saat saya tidak lagi disisi mereka(mungkin suatu hari). Masing masing dari kami memiliki kekurangan, kami sama sama tau itu, masing...

ARIANA

ARIANA Oleh Liliyana Amsir Awalnnya, kufikir jika aku mencintainya dengan tulus, cepat atau lambat dia akan berbalik mencintaiku, kufikir cukup aku saja yang mencintainya, cukup aku saja yang perduli padanya, cintaku saja sudah cukup untukk kami berdua, dengan aku yang sangat mencintainya saja sudah cukup untuuk mempertahankan hubungan kami, dengan cintaku yang tulus ini sudah lebih dari cukup untuuk kami berdua, namun aku salah, cintaku saja tidak cukup dan tidak akaan pernah cukup untuk kami berdua, cinta tulusku saja tidak   akan cukup untuk mempertahankan hubungan kami. Dan pada akhirnya aku sadar, dia tidak   akan pernah mencintaiku, bagaimanapun lamanya aku menunggu, dia tidak akan pernah membalas cintaku. Aku telah menyerah dengannya, aku mencintainya namun aku tidak ingin selamanya jadi orang bodoh yang dibutakan oleh cinta, aku mencintainya bahkan sangat mencintainya namun tidak ada gunanya bila dia tidak merasakan hal yang sama. Aku lelah dengan hubunga...