PENYESALAN YG TAK BERUJUNG
Oleh Liliyana Amsir
Nama
aku Rara, cewek sederhana yang punya mimpi sangat tinggi, mungkin nggak
setinggi langit juga sih, mimpi aku yaitu punya pacar tajir dan ganteng, aku
ini tipe cewek yang suka gonta ganti pasangan, kata kebanyakan temanku, aku ini
ratunya Play girl. Aku nggak ambil pusing, bodoh amat gitu fikirin pendapatnya
orang, tapi memang benar sih, aku hanya bisa mempermainkan perasaan laki laki
saja, tiap pacaran aku nggak pernah serius, alasan aku pacaran adalah hanya
untuk mempermainkan lelaki saja, aku punya alasan tersendiri kenapa aku suka
benget mainin laki laki tajir dan ganteng, alasannya karena kebanyakan diantara
mereka yang hanya bisa mempermainkan perasaan wanita yang sangat tulus
mencintainya, aku sangat benci cowok yang angkuh dan suka mainin wanita, dilain
hal aku juga sangat suka pacaran dengan tipe cowok seperti itu,bukan karena
cinta tapi aku pingin kalau mereka bisa merasakan gimana sakitnya hati wanita
bila dihianati. Aku pernah merasakannya juga, aku pernah merasakan gimana
sakitnya dihianati, saat hatiku tlah yakin bahwa aku benar benar mencintainya,
dengan tega dia berjalan didepanku dengan wanita yang tak lain adalah
sahabatku, kalian tahu bagaimana rasanya?, sakit . . sangat sakit. . . dadaku
terasa sakit seakan separuh jiwaku menghilang menyaksikannya.
.....................................................................................
3
tahun yang lalu, aku mempunyai seorang pacar yang sangat tampan, namanya Rian. Rian
adalah cinta pertamaku dan aku berharap dia juga akan jadi cinta terakhirku,
jujur aku sedikit heran kenapa Rian bisa menyatakan cintanya padaku, meskipun
demikian aku tetap bahagia, cewek manasih yang nggak bahagia bila punya pacar
sekeren dan setajir Rian. Aku sangat mencintainya, bahkan aku menutup telingah
bila seseorang menjelekkan Rian didepanku, aku sering kesal bila mereka selalu
mengingatkanku kalau Rian itu palay boy, aku sama sekali tidak percaya kalau
Rian itu play boy karena yang kutau Rian itu sangat mencintaiku, aku selalu
mengatakan hal itu hampir setiap hari. Ani, adalah sahabat sekaligus saudara
untukku, dia selalu ada untukku, tak pernah lelah mengingatkanku ketika aku
melakukan hal yang salah, aku sangat menyayanginya. Tapi sahabat yang aku
hormati, sahabat yang selalu aku banggakan ternyata dia adalah orang yang
sangat jahat, diam –diam dia menjalin hubungan dengan Rian, hatiku serasa tak
karuan, rasa sedih bercampur kecewa karena sifatnya yang sungguh tak habis
kufikirkan, aku sama sekali tidak menyangka dia tega melakukan hal seperti itu.
“Ra!,
lo harus dengar penjelasan aku. Pliss maafin aku, ini tidak seperti yang kamu
fikirkan” sahut Ani
“apa
lagi yang ingin lo jela-sin, lo mau bilang kalau kalian jadian. Terserah, aku
sudah tidak terta-rik lagi” bentakku
Ani tetap saja menghalangi jalanku,
berbicara dengan air mata yang menetes dikedua pipinya, jujur aku nggak sanggup
melihat air matanya itu, rasanya aku ingin menghapusnya, tapi aku berusaha
menahan diri, dengan langkah angkuh aku melewatinya. Tak seberapa jauh aku
berjalan, tiba tiba Rian datang menghapiriku, bodohnya aku masih tetap berdebar
saat berhadapan langsung dengannya, nggak, ini nggak boleh terjadi aku harus
bisa melupakannya.
“Rara”
panggil Rian. Aku berusaha menatap matanya dengan percaya diri, aku nggak boleh
terlihat lemah. Aku harus kuat.
“ada
yang bisa aku bantu” jawabku angkuh
“lo
kok ngomong gitu sih, aku ini kan . . “
“pacarnya
Ani, aku udah tau. Lo nggak perlu repot repot bilang”
“lo
bicara apa sih, aku nggak ngerti” timpa Riank.
Aku
nggak menjawabnya, berlalu begitu saja dengan air mata dipipi, aku nggak
sanggup menjalani ini, aku memutuskan untuk pindah sekolah hanya sekedar untuk
memulikan rasa sakit dihatiku, aku pindah ke Amerika tanpa diketahui teman
temanku, menghilang tanpa satu kata mungkin membuat mereka bertanya tanya.
Itulah akhir ceritaku bersama Riank, pria yang dulu sangat aku cintai. Aku
tinggal di Amerika selama 2 tahun, menghabiskan masa SMPku disana, jauh dari
keluarga membuatku sedikit lelah jadi aku putuskan untuk melanjutkan SMA
disini.
.......................................................................
Aku
dudk termenung ditemani dengan lagu Blink Hello Mellow, tak terasa fikiranku
menghayal entah kemana tapi tiba tiba aku keingat masa lalu bersama Rian dulu.
Ini adalah tempat favorite saat kami masih SMP, saat dimana Rian menyatakan
cintanya padaku danjuga saat dimana aku lihat Rian dan Ani bermesraan. Tempat
ini, kursi ini mempunyai cerita kenangan yang sangat ingin aku lupakan tapi
setiap kali aku coba untuk melupakannya rasanya kenangan itu justru tambah
menyesatkan hatiku, jujur saja aku belum bisa melupakan Rian tapi aku selalu berusaha
untuk melupakannya.
Hari
ini adalah hari pertamaku sekolah, rasanya sangat canggung dan oiaa aku sekolah
di salah satu sekolah ternama disini lo yaitu SMA Tunas Bangsah. Dengan langkah
pasti aku berjalan dikoridor sekolah menuju kelas baruku ditemni guru BP yang
nampaknya killer tapi terlebih dahulu kami singgah diAsrama untuk memilih kamar
untukku, 1 kamar dihuni oleh 2 orang huufftt padahal gue benci berbagi kamar
dengan orang lain, selanjutnya kami menuju ke ruangan kelas, suasana kelas
disini benar benar buruk hhhmm katanya sekolah favorite, tanpa sadar
pandanganku terhenti pada sebuah meja yang diduduki oleh seorang pria yang
sedang asyik dngan bacaannya tanpa memperhatikan kedepan, laki laki itu adalah
Rian. Oh my god kenapa harus satu sekolah dan satu kelas dengannya, yang lebih
parah gue duduk tepat didepannya tetapi Rian masih tidak tahu kalau murid baru
itu aku, dia masih saja sibuk dengan buku yang dia baca. “bisa bisa tidak
konsen belajar nich”
“heyy
murid baru, gue Arga ketua kelas sekaligus ketua osis di Sekolah ini” seru
salah satu temanku mengulurkan tangannya
“ohh,
gue Rara. Senang berkenalan denganmu”
“Rara!”
panggil lelaki yang berada tepat dibelakangku yang tak lain adalah Rian
“lo
beneran Rara?” sambungnya, mungkin Rian merasa jenuh karena aku sama sekali tak
menghiraukannya, ia beranjak dari kursi dan duduk tepat didepanku
“Ra,
gue kangen banget sama lo”
Kangen, lo bilang kangen.
Bussyyiittt lo Rian
“Rara,
lo masih kenal guekan?” Rian kembali bertanya dengan nada memaksa
“hhuufftt,
gue baru pulang dari Amerika mana mungkin gue kenal sama lo?” jawabku berlaga
tak kenal, padahal pengen banget aku memelut Rian saat ini tapi gue juga sadar
kalau dia bukan milikku lagi
“gue
Rian, lo benar nggak ingat gue?” tanyanya
“tolong
yah, aku disini untuk belajar, aku nggak punya waktu untuk bercanda dan hanya
satu orang yang aku kenal disini”
“siapa?
Selain aku siapa yang kamu kenal”
“Arga”
Bel berbunyi bertanda jam
pelajaran telah selesai, hari ini kami tidak belajar karena semua guru tengah
sibuk mengurus pesta perpisahan untuk kelas 3, dengan segera aku mengambil
tasku dan segera menuju kekamarq.
..................................................................................................................................................................
Sejak
tadi, yang ada difikiranku hanya Rian, Riaan dan Rian. Kenapa orang itu selalu
saja muncul dikepalaku. Tuhan, bagaimana aku melanjutkan sekolahku ini,
bagaimana bisa aku konsen belajar bila nyatanya orang yang selama ini coba
kulupakan, orang yang selama ini berusaha kubenci nyatanya justru semakin dekat
denganku. Bagaimana mungkin aku bisa melupakannya jika nyatanya aku akan
melihatnya setiap hari.
“Lo Rara kan” tanya seseorang
yang tiba tiba masuk kedalam kamarku tanpa permisi.
“hei, kamu siapa haa?, berani
sekali kamu masuk kamar gue tanpa permisi” jawabku sengit jelas saja aku marah,
aku sangat benci dengan orang yang dengan lancang masuk ke kamarku
“gue Dita, sorry bukannya
lancang tapi ini juga kamar gue. Kata Pak Darwis, gue akan berbagi kamar dan
gue nggak pernah bayangin kalau gue bakalan berbagi kamar dengan cewek
arrogant” apa maksud gadis ini, cewek
arrogant? Memaangnya siapa yang arrogant, lagian mana aku tahu kalau ternyata
dia juga pemilik kamarr ini. Aku mendengus
kesal, jelas saja kesal, dia belum mengenalku dan telah memberikan penilaiannya
itu.
“kenapa
lo diam? Nggak terima gue bilangin arrogant, toh memang benar kan” dia melipat
tangannya didepan dadanya, rasanya ingin sekali ku tarik rambut panjangnya itu,
tapi tidak, aku tidak ingin cari masalah, aku murid baru dan aku tidak ingin
mengecewakan ayah dan ibuku. Aku pindah kesini hanya agar tidak jauh dengan
orang tuaku, aku tidak ingin gara gara orang ini ayah mengirimku lagi ke
Amerika, tidak. Membayangkannya saja sudah membuatku merinding.
Kuputuskan
untuk keluar kamar tanpa memperdulikan ocehan gadis sinting itu, demi tuhan
kepalaku ini rasanya sudah sangat berat, bagaimana aku bisa tenang sekolahh
jika nyatanya aku akan melihat 2 orang itu setiap harinya.
“lumayan
juga” gumamku, aku masih terkagum kagum dengan pemandangan diatap gedung
sekolah ini, luar biasa indah. Aku merasa, akulah yang paling tinggi disini,
Haha konyol. Ku rentangkan kedua tanganku keudara, menghirup udara kotor kota
Jakarta, tidak masalah, aku tetap menikmatinya.
“hey
murid baru, sedang apa kau? Jangan bilang kamu ingin bunuh diri?” teriak
seseorang dari arah belakang, aku seperti mengenal suara itu dan apa tadi
katanya, bunuh diri?, yang benar saja.
“
bunuh diri? Siapa juga yang ingin bunuh diri” masih dengan posisi yang sama,
namun kali ini mataku terpejam.
“kalau
tidak ingin bunuh diri, lalu sedang apa kamu berdiri disitu?”
Kubalikkan badanku, dan benar
saja aku mengenal pria itu. Namanya?, namanya? Ahh aku kulupa namanya, namun
aku tahu karena kami berada dikelas yang sama.
“hanya
menikmati udara soreh” jawabku singkat
“udarah
soreh? Mungkin maksud kamu polusi soreh” dia tertawa, manis. Itulah kesan
pertama yang kudapat saat meliihatnya tertawa.
“ahh
sorry, aku hanya bercanda. Kamu Rara, iakan?”
“kamu
masih ingat ternyata”
“tidak
ada alasan aku untuk lupa. Aku Arga, aku ketua kelas dikelas kita” Arga
menyodorkan tangannya, aku menatapnya sekilas lalu meraih tangannya. Arga, my
first friend.
..................................................................................................................................................................
Komentar
Posting Komentar