Langsung ke konten utama

Mencintai dalam Diam Part 2




                
             Cuaca yang tadinya cerah nampak mulai gelap, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Buru buru saja Tiara memeriksa tasnya bermaksud mencari sebuah payung tapi setelah dicari diberbagai tempat didalam tasnya ia tak juga menemukannya, “ hufft sial aku lupa bawa payung lagi deh, sepertinya akan turun hujan lagi . . “ belum sempat menyelesaikan perkataanya tiba tiba saja hujan turun mengguyur kota Jakarta dan sekitarnya, nampak jelas suara guntur seakan berdendang ditelingah gadis cantik ini, “ malah sekolah sudah sepi lagi, hujannya deras gini” gerutu Tiara seakan menyalahkan hujan yang terus terus saja turun makin deras.

          Nampak dari kejauhan seorang pria bertubuh tinggi berkulit putih dan mata agak sipit yah siapa lagi kalau bukan Andi, ia mendekati Tiara yang duduk diteras kelas sambil merangkul kedua lengannya.
          “hhmm, lo ngapain sendirian duduk disini” tanya Andi
          “apa urusannya dengan lo, gue mau duduk disini sendiri ke, dengan pacar gue ke. Emang kenapa” jawab Tiara dengan sinis dan wajah yang nampak muram
          “emang lo punya pacar, bukannya lo hanya suka sama gue yah”
          “Andi, lo tau gue benar benar benci sama lo. Memangnya lo fikir lo itu siapa, lo fkir lo itu hebat bisa mempermainkan perasaan orang sesuka lo”
Tiara kemudian beranjak dari tempat duduknya dan bergegas kembali kerumahnya, karena rasa kesalnya ke Andi, dia bahkan tidak memperdulikan meski hujan sangat lebat, ia tetap berlalu pergi meski sekuncur tubuhnya terguyur air hujan, sedangkan Andi hanya bisa duduk terdiam dan menatap kepergian gadis yang sebenarnya sangat ia sukai, gadis yang selalu ada dihatinya.
          “maafin aku Tiara, aku tidak bisa jujur dengan perasaanku. Aku, aku sama sekali tidak pernah bermaksud mempermainkan perasaanmu
Rasa sakit yang dirasakan Tiara juga dirasakan oleh Andi, ia harus menyimpan dalam dalam perasaannya hanya untuk membahagiakan satu gadis yang bahkan telah mengahncurkan kehidupannya, andi kembali terdiam sambil menatap lagit yang tampak gelap, sesekali suara gemuruh petir mengagetkan pria satu ini.
          Dilain tempat, tepatnya dirumah Gali, nampak gali yang sedang duduk didepan teras rumahnya sambil menengok kekiri dan kekanan seakan sedang menunggu seseorang, tak jarang ia juga mengecek ponselnya. Merasa penasaran, Gali kemudian beranjak masuk kedalam rumahnya dan mengambil sebuah payung, selepas itu ngeloyor begitu saja bahkan sapaan ibunya tak ia hiraukan, berjalan dengan langkah yang tergesa gesa dan kembali mengecek ponselnya. Nampak dari jauh seorang gadis yang berjalan sendirian ditengah derasnya hujan tanpa menggunakan alat teduh sedikitpun, semakin dekat suara desihan tangis gadis itu semakin nampak jelas terdengar ditelingah Gali, dengan cepat gali mendekati gadis yang tak lain adalah Tiara, sedangkan Tiara hanya tetap berjalan sambil menundukkan kepalanya sehinggah ia tidak sadar kalau ada Gali yang memperhatikannya.
          “Tiara, lo kenapa?” tanya Gali khawatir
          “Gali, kok lo bisa disini” Tiara balik bertanya dengan heran
          “gue disini karena khawatir sama lo, dari tadi gue nungguin lo tapi nggak nongol nongol juga”
          “yaelah! Gue nggak papa lagi. Lo nggak usah cemas”
          “gue nggak bisa berhenti mikirin kamu, Tiara gue sayang sama kamu” Gali kemudian memeluk Tiara erat, sangat erat sampai sampai Tiara merasa sesak
          “lo kenapa sih Gali, gue nggak papa kok. Owh tolong lepasin pelukanmu ini, rasanya gue susah bernafas”
          “oh, maaf. Gue hanya terlalu khawatir terjadi sesuatu sama kamu”
          “hhmm, thanks yah Gali sudah khawatirin gue. Tapi bener deh gue nggak papa”
          “Tiara, sebenarnya sudah lama aku menyimpan perasaanku ini dan rasanya aku tak bisa menyimpannya lagi, aku ingin kamu tahu yang sebenarnya”
          “lo ngomong apa sih Li, gue nggak ngerti. Achh udah ah gue mau pulang dulu, disini sangat dingin”
          “nggak bisa, aku sudah menunggumu lama Ti. Aku sudah bilang kalau aku nggak bisa menahan persaanku lagi. Tiara, aku mencintaimu”
Tiara hanya bisa terdiam mendengar pengakuan Gali itu, dia hanya tidak percaya kalau Gali benar benar menyukainya, tapi jauh didalam lubuk hatinya ia juga merasakan hal yang mengganjal dengan perasaan Gali ini,
          “gue butuh waktu Ga, gue butuh waktu untuk mutusin ini”
          “baiklah, aku beri kamu waktu tiga hari untuk berfikir. Saat ulantahunku nannti kamu sudah harus menjawabnya tapi yang pasti aku sangat mencintaimu, kamu nggak perlu khawatir karena aku nggak akan memaksakan perasaanmu, jika memang kamu tidak menyukaiku, aku bisa memahaminya”
          Setelah itu,  Tiara berjalan kearah rumahnya disusul oleh Gali yang berada tepat dibelakangnya, tiba tiba saja cuaca menjadi hening bahkan suarah hara hujan tak lagi terdengar. Gali dan Tiara bagai dua sejoli yang tak saling kenal, mereka diam tak barsua sampai akhirnya memasuki halam rumah masing masing. Tiara hanya mengganti pakaian kemudian terlelap tidur, beda halnya dengan Gali yang masih terjaga di teras rumahnya sambil sesekali melirik kearah rumah Tiara, ia menengok kejalanan depan rumahnya yang tampak sepi karena memang ini sudah terlalu larut malam untuk seseorang lalu lalang, merasa bosan dengan suasana yang sepi, Gali meraih ponselnya yang terletak dimeja tempat ia duduk dan mengirmkan sebuah sms untuk Tiara, tentu saja dia berharap Tiara membalasnya tetapi nampaknya itu hanya keinginan semu karena hampir dua jam setelah massage itu dikirim tetapi tak juga nampak ada balasan ataupun sms masuk, dengan perasaan kecewa Gali masuk kedalam rumah dan segera memasuki alam mimpi hinggah pagi menjelang.
.....................................................................................................................................................
          Seperti hari hari biasanya, kebiasaan Gali selalu bangun awal dan berangkat lebih awal dari kebanyakan temannya, karena memang dia adalah ketua osis jadi maklum saja kalau dia dituntut datang kesekolah lebih pagi dibandingkan teman temannya yang hanya siswa dan siswi biasa itu. Segera saja ditungganginya motor kawasaki ninja pemberian ayahnya itu berlalu pergi tanpa mengucapkan sepatah kata untuk ibunya, hubungan Gali dengan ibunya memang tak seharmonis hubungan anak dan ibu yang selayaknya, seringkali terjadi perbedaan pendapat antara keduanya sehinggah mereka sering terlibat dalam pertengkaran yang rumit.
          Beda halnya dengan Tiara yang masih terlelpa ditempat tidurnya, meski jam wekernya sudah berbunyi sedari tadi tapi tetap saja ia menghiraukannya, hhmm kayaknya ada yang akan terlambat kesekolah nih. Merasa terganggu dengan weker yang selalu berbunyi itu Tiara bermaksud melemparkan jamnya tetapi tak sengaja matnya tertuju pada jam yang dipeganya hinggah ia baru menyadari kalau ternyta sekarang sudah jam tujuh, sontak saja ia terbangung dan bergegas kesekolah dan benar saja Tiara terlambat masuk kelas hinggah ia dihukum lari mengelilingi lapangan basket selama 10 kali putaran, yahh itulah hukuman bagi siswa yang terlambat di SMA Anderista.
          “acchh sial, gemuruh Tiara sambil terus berlari, betapa terkejutnya Tiara saat melihat Andi juga sedang berlari dibelakangnya, tidak biasanya Andi terlambat kesekolah tetapi Tiara tetap memasang wajah yang cuek seakan tak perduli padahal sih dalam hatinya ia sangat senang bisa dihukum bareng Andi, sang pujaaan hati.
          Dilain tempat, Gali sedang sibuk memperhatikan Tiara dan Andi yang sedang menjalankan hukuman sekaligus mengawasi mereka berdua karena itu memang merupakan tugas dan tanggung jawabnya. Yang mengganjal dihati Gali ada expresi Tiara dan juga Andi, memang mereka tak saling berkomunikasi tapi mereka masih sering melirik satu sama lain, mungkin karena tidak sadar kalau ada Gali yang selalu memperhatikan mereka, disinilah Gali mulai mengerti perasaan Tiara yang sebenarnya.
          “jadi, kamu menyukai Andi Ti. Pantes saja kamu begitu gugup saat aku menyatakan perasaanku” gemuruh Gali,
          “jadi mereka saling menyukai” tanya Riana yang tiba tiba muncul dari arah belakang, Gali kaget sampai sampai jantungnya seakan ingin copot.
          “gue lihat lihat sih begitu, tapi lo nggak perlu khawatir karena Andi tetap akan jadi milik lo”
          “nggak, gue nggak bisa menahan Andi lagi. Dia juga berhak untuk bahagia” meski kalimat itu sangat berat untuk diucapkan Riana, tapi ia tetap berusaha tegar dan meski air matanya sudah hampir mengalir ia tetap berusaha tersenyum didepan Gali dan berusaha menyembunyikan semua perasaannya.
          “maksud lo apa sih Rin, gue nggak ngerti deh. Bukannya kalian itu saling mencintai”
          “dulu kami memang saling mencintai, Andi adalah seorang pacar yang sangat baik dan bertanggung jawab, dia hanya mengenal gadis bila aku yang mengijinkannya tapi aku juga merasa bosan dengan sifat Andi yang begitu penurut dan tak pernah membantah keinginanku, aku hanya merasa kalau hubungan kami ini terlalu sederhana, jadi aku selalu berusaha mencari cari kesalahan agar Andi marah dan memutuskanku tetapi ia tetap saja sabar dengan sikapku, aku benar benar merasa bosan dan diam diam menjalin hubungan dengan Arga sahabat Andi, saat Andi tau dia jadi sangat marah dan kecewa, kami bahkan hilang kontak sampai gue sadar kalau Andi adalah pasangan yang paling sempurna tetapi pada saat aku minta maaf dan memintanya kembali ke sisiku, ia menolak dan mengatakan kalau hatinya sudah dimiliki oleh wanita lain, aku tidak percaya karena menurutku sangat tidak mungkin Andi melupakanku begitu cepat, dan menurutku juga Andi sangat mencintaiku tapi ternyata aku salah, aku benar benar salah, dan aku sangat menyesal menghianati cinta Andi dulu” jelas Riana dengan air matanya yang sudah tak tertahankan lagi, Gali yang hanya bengong mendengar cerita Riana juga ikut meneteskan air mata.
          “truss kenapa kalian bisa balikan lagi” tanya Gali penasaran
          “ayahku adalah orang yang sangat berjasa dalam sejarah kejayaan om Prasetyo, ayahnya Andi. Apapun yang diinginkan oleh keluargaku dengan cepat akan dikabulkannya, itulah politik”. Gali dan Riana melanjutkan perbincangannya  sedangkan Tiara masih terus berlari bagitupun dengan Andi, setelah selesai menjalankan tugasnya, Tiara mendudukkan tubuhnya yang kecil dibatu besar samping lapangan basket, karena merasa lelah ia sampai tak sadar kalau disampingnya ada seeokor kecoak, binatang yang paling ditakutinya, dengan langkah pasti dan nafas yang masih terengah engah Andi mendekati tiara sambil membawakan sebuah minuman
          “ini untukkmu” Andi menawarkan sebuah minuman yang memang sengaja dibeli untuk Tiara, tetapi dengan angkuh ia menolaknya.
          “gue nggak butuh minuman dari lo” tolak Tiara dengan angkuh
          “kenapa?” tnya Andi dengan nada melemah seakan kecewa dengan tindakan Tiara yang sangat berubah terhadapnya, yah semenjak kejadian 3 hari lalu dilantai atas sekolahnya, sikap Tiara memang sangat berbeda, ia lebih dingin dan rada rada cuek
          “kamu tanya kenapa, ttcckk dasar”
          “apa kamu masih menyukaiku?” tanya Andi, Tiara jadi semakin bingung dengan sikap Andi ini. Kenapa dia tiba tiba menanyakan hal yang aneh sperti ini, apa mungkin dia menyukaiku. Hahaha fikiran Tiara mulai tak menentu tapi memang benar kalau Tiara masih menaruh hati pada pria tampan ini
          “kamu diam lagi, hhmm jangan pernah berhenti menyukaiku. Tiara” sambung Andi
          “maksud kamu apa sih, apa kamu menyukaiku?” tiara mulai menanyakan hal hal yang aneh, hanya saja dalam hatinya ia sangat berharap Andi menjawab ia tapi pada kenyataannya Andi hanya terdiam dengan wajah yang ditundukkan dan lagi lagi pada akhirnya hati Tiara kembali terluka untuk yang kesekian kalinya dengan orang yang sama, nasib gadis ini selalu saja diwarnai dengan kekecewaan
          “aahh, bodoh. Kamu tidak menyukaiku” gerutu Tiara tetapi Andi tetap diam dengan pandangan yang tetap, ia bahkan tak berani menatap wajah Tiaara.
          “kamu benar benar pria BRENGSEK, kamu fikir hatiku ini permainanmu. Menyuruhku menyukaimu saat kau ingin dan menyuruhku melupakannmu saat kau bosan. Kamu memang tampan, kamu anak orang kaya sedangkan aku, aku hanya gadis miskin yang menyedihkan, mungkin memang sangat mudah mempermainkan perasaanku, tapi Andi. Kamu . . . , jika kamu memang tidak menyukaiku maka menghilanglah selamanya dari hidupku, jangan pernah muncul kembali karena sifatmu yang seperti ini hanya akan membuatku sakit. Aku benar benar membencimu Andi. Aku ini bukan boneka yang bisa seenaknya kau mainkan”.
Tiara mengungkapkan semua yang ia rasakan, semua beban fikiran yang selama ini tertampung dalam otaknya ia  lampiaskan dan berlalu pergi meninggalkan Andi yang masih duduk disana, terlihat Gali yang berjalan menuju ke arah Tiara.
          “kamu tidak lupakan, nanti malam aku ingin mendengar jawabanmu” seru Gali yang tiba tiba berada didepan Tiara, tak beberapa jauh terlihat Riana dan Andi yang sedang berjalan berdampingan sambil berpegangan tangan, acchh mungkin lebih tepatnya dipegang oleh Riana, dengan semangat empat lima Riana menghampiri Gali dan Tiara yang masih terlihat mengobrol.
          “heyy, kalian lagi ngapain?” tanya Riana. Melihat Andi dan Riana begitu mesrah membuat hati Tiara menangis menjerit tapi ia tetap menahan perasaannya dan berusaha tersenyum
          “nggak lagi ngapa ngapain, memangnya ada apa Riana?” tanya Tiara tersenyum tipis
          “nggak, hhm aku ingin undang kalian berdua ke acar ulantahunku nanti malam sekaligus ngerayain hari balikan aku dan Andi
          “oh ya, selamat yahh untuk kalian berdua” seruh Gali
Tiara hanya terdiam dengan wajah memerah, tak  pernah sama sekali ia menyangka kalau Andi benar benar pria brengsek, dalam hatinya selalu ia sesali kenapa harus jatuh hati pada Andi, dan yang lebih membuatnya muak kenapa ia sama sekali tidak pernah bisa melupakan perasaannya pada Andi, jelas jelas dia sangat menyakiti hatinya.
          “kenapa bengong Tiara” tanya Riana
          “achh, nggak papa kok” jawab Tiara melemah
          “tapi kamu datangkan?”
          “pasti, Tiara past datang. Kamu tenang saja” timpa Gali
          “baguslah”
Riana dan Andi berlallu pergi yang kemudian disusul oleh Gali, sedangkan Tiara hanya tertunduk dan memikrkan hal hal yang entah jawabannya apa.
          .........................................................................................................................
          Matahar kini mulai menenggelamkan sinarnya, nampak Gali yang sedang berdiri didepan rumah Tiara sambil memegangi sebuah bingkisan, tak beberapa lama Tiarapun keluar dengan dres setengah lutut berwarna pink, Gali sampai bengong melihat penampilan Tiara malam ini, dia benar benar cantik dan menawan
          “kamu benar benar cantik Tiara” seruh Gali yang masih pangling dengan kecantikan Tiara
          “achh, kamu bisa aja” timpa Tiara
Gali dan Tiara berangkat menuju kerumah Riana menggunakan motor ninja kawasaki milik Gali, sesampainya disana Tiara merasa heran karena rumah Riana benar benar sepi, sama sekali tidak ada orang, hanya taman yang dipenuhi dengan bungah dan liln yang membentuk hati, benar benar taman yang indah, ditaman tersebut sudah nampak seorang pria menggunakan kemeja dan sepatu kets duduk sambil tersenyum kearah Gali dan Tiara.
          “ini ada apa sih, kenapa nggak ada orang” tanya Tiara bingung
          “sudahlah, kita kesana yuk” jawab Gali
Merekapun berjalan menghampiri Andi dan Riana
          “akhirnya kamu datang juga Tiara” seruh Riana
          “sebenarnya ini acara apasih Rin, kok sepi banget” tanya Tiara masih heran
          “ini acar kusus kami buat untuk kamu dan Andi” sambung Gali
          “maksud kamu?” timpa Andi
          “aku dan gali nyiapn pesta ini untuk kalian, karena kami tahu kalau kalian itu saling menyukai hanya saja kalian merasa tidak enak sama aku dan Gali, sudahlah kalian tidak perlu main kucing kucingan segaala, kami sudah iklash kok kalian jadian” jelas Riana
          Andi dan Tiara masih tidak percaya akan hal ini, mereka hanya saling memandangi dan sesekali tersenyum
          “lo serius Rin” tanya Andi
          “ia, aku serius. Lagian aku dan Gali juga sudah jadian, iyakan Gali”
          “iya,”
          “kapan?” tanya Tiara
          “tadi siang, disekolah. Sudahla, Andi ayo cepetan tembak Tiara sebelum diambil orang”
          “hhmm, Tiara. Kamu mau nggak jadi pacar aku”
          “asal tidak dimaini saja”
          “aku janji nggak akan mainin kamu. Aku sayang banget sama kamu Tiara
          “aku juga”
Penantian, kesabaran, dan kerendahan hati Tiara kini membuahkan hasil yang sangat manis, cinta yang tadinya ingin ia lupakan kini mekar dan berbungah indah, Tiara percaya kalau selalu ada keindahan dibalik semua masalah yang ada, hanya saja kta sering lupa akan ALLAH yang telah merencanakan semuanya untuk kita

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Gadis Murahan

Author by Liliyana                           Hembusan angin menerbangkan rambut panjang ku yang kubiarkan terurai. Pandanganku kosong menatap hamparan laut yang membentang luas. Sekejap kenangan buruk kembali mengacaukan fikiranku. Ada begitu banyak beban didalam hati ini, ada begitu banyak keraguan yang berusaha kusembunyikan, ada begitu banyak hal yang berusaha kuyakinkan bahwa semuanya akan baik baik saja, ada begitu banyak perih yang tertahan.

Untuk Kalian Para Sahabat Part II

            Mulainya dari mana?, saya selalu bingung  jika harus bercerita tentang kehidupan pribadi. Sebelumnya saya sudah pernah menulis hal yang sama, tentang saya dan para sahabat, bagaimana kami bertemu, itu sekitar dua tahun yang lalu. Kali inipun sama, saya akan menulis beberapa bait paragraf untuk mereka, untuk para sahabat terhebat yang sampai sekarang masih setia menemani.             Apa yang istimewa dari mereka? Entah, mereka memiliki sisi keunikan yang berbeda, mereka memiliki pola pikir yang berbeda, mereka memiliki cara pandang yang berbeda. Saya terkadang kesulitan memahami mereka, kadang saya berfikir bagaimana menjadi orang baik untuk para sahabat saya, saya ingin melakukan hal yan bisa mereka ingat, yang bisa mereka kenang dikemudian hari, bahkan saat saya tidak lagi disisi mereka(mungkin suatu hari). Masing masing dari kami memiliki kekurangan, kami sama sama tau itu, masing...

ARIANA

ARIANA Oleh Liliyana Amsir Awalnnya, kufikir jika aku mencintainya dengan tulus, cepat atau lambat dia akan berbalik mencintaiku, kufikir cukup aku saja yang mencintainya, cukup aku saja yang perduli padanya, cintaku saja sudah cukup untukk kami berdua, dengan aku yang sangat mencintainya saja sudah cukup untuuk mempertahankan hubungan kami, dengan cintaku yang tulus ini sudah lebih dari cukup untuuk kami berdua, namun aku salah, cintaku saja tidak cukup dan tidak akaan pernah cukup untuk kami berdua, cinta tulusku saja tidak   akan cukup untuk mempertahankan hubungan kami. Dan pada akhirnya aku sadar, dia tidak   akan pernah mencintaiku, bagaimanapun lamanya aku menunggu, dia tidak akan pernah membalas cintaku. Aku telah menyerah dengannya, aku mencintainya namun aku tidak ingin selamanya jadi orang bodoh yang dibutakan oleh cinta, aku mencintainya bahkan sangat mencintainya namun tidak ada gunanya bila dia tidak merasakan hal yang sama. Aku lelah dengan hubunga...