Langsung ke konten utama

Kata Cinta Terakhir



Kata Cinta Terakhir
Oleh LiliyanaAmsir

Nama gue Donita, gue sekolah disalah satu SMA favorite di Bandung tepatnya SMA Harapan Bangsah. Gue termasuk orang beruntung, karena gue bisa sekolah disana, sekolah yang telah menjadi dambaan semua pelajar selama bertahun tahun, sekolah ini terkenal karena hanya siswa tertentu yang bisa sekolah disana, dan yang lebih buat gue bangga karena gue diterima tampa dites, yah bisa dibilang gue bebas tes, gue tentu bangga dengan prestasi itu, sangat jarang yang bisa masuk di SMA Harapan Bangsa tanpa dites.
            Gue hidup dilingkungan yang sangat berbeda, ayah dan ibuku pengusaha muda yang terkenal, sahamnya berada dimana mana. Gue memang berasal dari orang yang amat kaya, tapi gue nggak sebahagia teman temanku, Ayah dan ibu selalu sibuk dengan kerjaannya sehinggah sangat jarang punya waktu untukku, orang tuaku masih lengkap tapi hidupku selalu kesepian dan sunyi, sungguh hidup yang sangat membosankan.
           
Gue adalah anak yang cuek sehinggah banyak siswa di Sekolah menamaiku gadis sombong, hhmmm manusia mana sih yang senang bila dibilang sombong, sejujurnya gue nggak sombong, hanya saja gue nggak suka berteman dengan orang yang hanya melihat kelebihan gue, gue paling benci sama orang yang munafik, itulah sebabnya sampai sekarang gue nggak punya banyak teman, banyak juga diantara mereka yang takut berteman denganku, entah apa yang mereka takutkan, seingat gue, gue nggak pernah makan manusia, tttcccckkkkk.
                                                            ...............................
            Mentari mulai terbit dari ufuk timur, kubuka perlahan lahan mata dan menatap jam weker yang sedari tadi berbunyi, tanpa berfikir panjang lagi, gue bergegas kekamar mandi.
            Setelah memakai seragam sekolah, gue turun kelantai dasar untuk sarapan. Meja makan dipenuhi dengan makanan kesukaanku, tapi sayangnya tak ada orang sama sekali disana, kursi kursi masih rapi,
            “hhhmm.... “ gue menarik nafas panjang
            “ech.. Non, sarapan dulu!” seru bibi
            “Ibu dan Ayah belum pulang Bi?”
            “belum non, sebaiknya non makan dulu”
Ayah dan ibu selalu sibuk dengan kerjaan, aku benar benar sendiri, aku sangat merindukan bisa berkumpul dengan mereka, aku sangat merindukan mereka.
            “non, kenapa nangis, ada apa non?” tanya bi Ija.
            “aku, aku kangen sama ibu dan ayah bi, kapan mereka ada waktu untuk aku?”
            “sabar ya non, mereka kerjakan juga untuk non”
            Setiap kangen kedua orang tua, bi Ijah lah yang selalu ada buat gue, dia selalu merawat dan menghiburku saat aku sedih, saat aku kesepian, dia seperti seorang malaikat yang dikirim tuhan untuk menerangi hidupku yang gelap.
            Begitu selesai sarapan. Gue langsung berangkat kesekolah menggunakan mobil spot pemebrian ayah sewaktu ulang tahunku yang ke 17.
                                                ...................................
Begitu gue memasuki area sekolah, terdengar bisikan teman teman.
            “ecchh itu Donita kan, ceewek blagu dan sok cantik”
            “ia ichh, gayanya angkuh gitu. Sok cute benget sih”
Gue sama sekali tak menghiraukannya, kalau gue mau, gue bisa saja berbalik menghajarnya, tapi itu nggak akan gue lakuin, gue nggak mau mengecewakan orang tuaku mekipun mereka selalu megecewakanku, walaupun sekolah ini milik ayah tapi itu sama sekali tak membuatku besar kepala, seperti yang kukatakan tadi, gue masuk disini karena bebas tes, tapi bukan berarti karena ini sekolah ayah, tapi karena memang gue siswa yang cerdas, sudah dua tahu ini gue juara umum disekolah.
            “Don, malam ini Rafli mengadakan pesta loh dan satu sekolah diundang. Apa lo ingin kesana?” tanya Citra
            “nggak” kata gue masa bodoh
            “lo, memangnya kenapa?”
            “gue nggak kenal sama Rafli”
            “apa? Lo nggak kenal sama Rafli, barapa tahun lo sekolah disini?” tanya Citra terkejut
            “ttcckk, memangnya Rafli siapa sih, lagi juga apa hubungannya gue tahu dia atau nggak. Emangya dia itu artis? Selebritis?”
            “ya ampun Donita, Rafli itu ketua tim basket di Sekolah kita, artis ma kalah kerennya dibanding Rafli”
            “oia, apa dia sekeren itu? Tsskk hahahahahaha” gue tertawa terbahak bahak, lucu saja katanya lebih keren daripada artis, tapi selama gue sekolah disini, sudah hampir tiga tahun tapi gue nggak pernah tuh lihat cowok keren, semuanya biasa biasa saja menurutku.
            “lo kenapa ketawa?”
            “nggak” jawabku
            “ecch, ecchh orangnya datang” tunjuk Rara yang sedari tadi bengong mendengar gue dan citra
            “siapa sich?”
            “RRRrraa.....fffffff...... Rafli” sambung Citra
            “Rafli”, penasaran juga sich, gue pingin tau sekeren apa sich si Rafli itu, apa dia lebih keren dari Mario Maurer, artis thailand yang buat gue pangling itu. Gue membalikkan badan untuk melihat pria yang telah membuat gempar satu kelasku, hampir semua wanita mengangah melihatnya, haa tapi menurut gue dia biasa aja, nggak sekeren yang gue fikir.
            “achh, biasa aja” kata gue kembali melanjutkan novel yang gue baca tadi
            “lo gila apa, cowok seganteng dan sekeren dia lo bilang biasa saja” tanya Ani
            “emang biasa saja”
            Yah, menurut gue cowok itu memang biasa saja, emang ganteng tapi dia nggak bisa bikin hati gue bergetar, mungkin hanya gue satu satunya cewek yang nggak pangling bila melihat Rafli, beda dengan teman temanku yang lain, suasana sekolah kelas yang tadinya gempar kini tiba tiba hening, tak terdengar suara teriakan ataupun bisikan teman, hanya suara kicauan burung dan gemersik daun seakan menynyi ditengah suasana yang begitu menyengat ini.
            “Hay” seru seseorang dari arah belakang, gue sama sekali tak memperdulikannya, masih saja gue sibuk dengan novel yang sedari tadi gue baca, semua teman sampai tak berkutik hanya diam ditempat, tak bersua seakan kehilangan kendali ketika Rafli datang menghampiriku.
            “baiklah, kalau lo nggak mau balas sapaan gue, no problem. Gue Rafli” sambil menyodorkan tangannya
            “gue sudah tau” jawab gue cuek
            “waaw, gue cukup terkenal juga ya”
            “maksud lo?” tanyaku
            “yah, cewek seperti Donita yang katanya dingin dan cuek bisa tau gue. Itu bukannya hal yang istimewa”
            “gue juga baru tau lo sekitar 5 menit yang lalu, jadi nggak usah deh sok keren”
            “upt, it’s ok. By the way nanti malam gue adain pesta ulangtahun, gue akan sangat senang jika kamu ingin datang dan menjadi pasangan danca gue”
            “sorry, tapi gue nggak tertarik”
            “nggak tertarik, baru kali ini gue denger  cewek nggak tertarik kepesta”
            “gue sama sekali nggak tertarik datang kepesta ultah”
            “kenapa”
            “hanya orang yang tidak mengerti Agama yang datang ke acara seperti itu, apalagi orang yang membuat pestanya, ttssskkk”. Meskipun gue bukan udztasa tapi sedikit dikit gue ngertilah tentang ajaran agama islam, dan menurut yang gue tau islam sangat melarang ummatnya merayakan hari ulantahunnya, karena itu sama saja kita meniru perbuatan orang kafir.
            “waw gue nggak tau kalau cewek sepopuler kamu mengerti banyak tentang agama” gersik Rafli
            “kalau nggak ada lagi yang perlu lo omongin sebaiknya lo pergi, sebentar lagi bel berbunyi” kataku
            “hhhmm, baru pertama kalinya gue diusir seorang cewek” jelas Rafli.
Gue nggak ngerti kenapa cowok kayak gini banyak yang taksir, dia selalu menggap dirinya perfec,
            “baiklah, kalau gitu gue pergi dan jangan lupa datang kepesta gue yah”
Rafli kemudian meletakkan undangan itu dimeja dan beranjak pergi, gemuruh teman teman terdengar jelas ditelingaku. Gue sama sekali nggak tertarik dengannya, gue nggak butuh cowok yang keren dan tampan, gue hanya butuh cowok sederhana yang mampu menggetarkan hatiku tapi hampir tiga tahun gue sekolah disini nggak satupun cowok yang mampu menggetarkan hati gue. Gue nggak tahu apa yang salah, apa gue yang salah karena terlalu menutup hati, atau karena memang disekolah  ini nggak ada cowok yang seperti itu, atau karena gue nggak begitu akrab dengan cowok cowok disni?, entahla.
            Nggak terasa semester 1 telah berakhir, hmm Good Bye Semester 1 and Welcome Semester 2. Tapi kehidupan gue begitu begitu saja, gue masih belum menemukan pangeran yang gue cari cari selama ini, sedangkan orang tuaku masih saja sibuk dengan kerjaannya, gue benar benar bosan dengan kehidupan gue sendiri, gue benci hidup ini, gue benci ayah dan ibu. Oia semester lalu gue peringkat 1 lagi lo, hebatkan gue. Tapi, untuk apa itu semua kalau ibu dan ayah sama sekali tak perduli dengan prestasiku itu, untuk apa aku dipuja puji oleh orang banyak sementara. . . sementara ayah dan ibuku sama sekali tak pernah memberikan sepetah kata pujian, untuk apa sebenarnya aku berada didunia ini, untuk apa aku hidup kalau kenyataannya satu satunya harapanku sama sekali tak memperdulikanku. Entahlah, Tuhan pasti telah merencanakan hal yang indah untukku.
                                                            .......................
            Secara logika umur gue sudah 18 tahun, tapi gue merasa hidup yang sesungguhnya baru dimulai, hari ini gue melihat dan bertemu pria yang mampu memberikan getaran dihati gue, sejak kepergian Mike lima tahun lalu, gue nggak pernah merasakan hal seganjal ini, gue menemukan sosok Mike didalam pria itu, tapi bagaimana mungkin? Mike telah.... mike telah meninggal 5 tahun yang lalu, bagaimana mungkin ada orang begitu mirip dengannya, apa arti dari ini semua?, apakah dia Mikeku?, tapi bagaimana mungkin orang yang sudah meninggal bisa kembali lagi, itu sungguh hal yang mustahil.
            Yah, Mike adalah pacar gue dulu, dia adalah pacar yang sangat sempurna, gue nggak pernah menemukan pria sesempurna dia sebelumnya, itulah kenapa sampai sekarang gue belum bisa melupakannya, lima tahun telah berlalu tapi perasaan ini masih tetap sama, perasaan ini hanyalah untuknya seorang, tapi hari ini gue menemukan sosok Mike dalam diri Rafa, Rafa benar benar mirip dengan Mike. Rafa adalah murid baru dikelasku, dia pindahan dari Semarang, gue nggak ngerti apa arti dari ini semua, apa sebenarnya makna yang tersirat dari keadaan ini, mengapa mereka begitu mirip. Dan bodohnya gue jatuh hati pada Rafa, gue menyukainya pada pandangan pertama, bagaimana gue bisa menjelaskan ini pada Mike, meskipun dia telah meninggal tapi sampai saat ini gue masih menganggapnya sebagai PACAR.
            “Nit, lo nggak kenapa kenapa kan?, kok pucat gitu?” tanya Sari sahabatku
            “orang itu, orang itu, bukankah dia sangat mirip dengan Mike. Ia kan Sari?”
            “Nit, kamu harus sadar kalau Mike itu sudah meninggal. Sudah lima tahun tapi kenapa kamu masih saja terbayang bayang olehnya. Dia bukan Mike, Dia itu Rafa dan kamu harus sadar itu”
            “tapi kenapa mereka begitu mirip, itu mungkin saja Mike kan”
            “Donita sadarkan dirimu, jangan biarkan kesedihan merasukimu. Bagaimanapun juga dia itu bukanlah Mike, gue nggak ingin lo hidup dalam hayalan dan mimpimu”
Lo benar Sar, dia bukan Mike, dia bukan Mikeq, Mike telah pergi, dia pergi sangat jauh, jauh sekali, seketika itu air mataku menetes. gue teringat ketika saat Mike mengucapkan kata terakhirnya  dia bilang kalau dia sangat mencintaiku dan akan setia menungguku dialam sana, betapa bodohnya diriku ini,3 tahun gue pacaran sama Mike tapi kenapa gue nggak pernah tahu tentang penyakitnya, begitu rapi dia menutup penyakitnya. Kenapa Mike?, kenapa kamu nggak pernah bilang sama gue tentang penyakitmu, bagaimana mungkin saat saat sulit yang kamu lalui tapi gue, gue sama sekali tak pernah disampingmu, Mike maafin gue, maafin gue yang nggak pernah membahagiakanmu dulu, gue sayang banget sama kamu Mike, sayang banget. Lirihku dala hati.
            “Mikee. . . . Mike lo nggak boleh pergi, kenapa lo ninggalin gue Mike. Gue sayang banget sama lo” teriakku. Sontak semua teman dikelasku kaget karena teriakkanku yang begitu keras.
            “Nit, lo nggak boleh kayak gini Nit, lo harus kuat” hibur Sari
            “selama 5 tahun ini gue sudah berusaha sabar Sar, gue berusaha mengubur perasaan gue, gue... gue sudah.” Tiba tiba Sari memeluk gue erat, sudah lama sekali gue nggak merasakan pelukan hangat seperti ini,
“dulu saat gue sedih, Mike yang selalu memeluk dan menghibur gue. Sekarang dia sudah nggak ada, sekarang dia sudah benar benar pergi, gue sendiri Sar, gue kesepian”
            “masih ada gue Nit, gue akan selalu ada buat lo, gue akan gantiin Mike, gue akan jadi sahabat sekaligus keluarga yang baik buat lo. Lo nggak boleh sedih lagi ya”
“makasih yah Sar, saat ini hanya lo yang gue punya” gue memandang Rafa, bagaimana mungkin dia begitu mirip denganmu Mike.
                                    ...............................
Bel tanda pulang telah berbunyi, selangkah demi selangkah gue meninggalkan kelas, langkah sayu dan putus asa menghampiriku, jiwa yang kosong dan hampa menjadi teman setiaku selama lima tahun ini, dulu Mike yang selalu memberikan support, dia yang selalu meyakinkan dan memberikan gue semangat, dia yang selalu ada buat gue saat suka maupun duka, tapi sekarang...., sekarang untuk melihatnyapun gue sudah nggak bisa, Mike gue kangen sama kamu, gue pingin ketemu kamu, gue.... kenapa tiba tiba gelap, kepalaku terasa sangat pusing, kenapa ini, setelah itu gue nggak tahu apa apa lagi. Setelah sadar, tau tau gue sudah terbaring diatas kursi, gue nggak tahu ini rumah siapa, tapi gue merasa sangat nyaman disini, sangat damai. sebenarnya rumah siapa ini, tiba tiba sosok lelaki melangkah kearahku, gue nggak bisa melihatnya dengan jelas.
“Mike, lo benar Mike” gue bangun dan memeluk pria itu erat
“Mike, maaf gue bukan Mike, tolong lepaskan pelukanmu” jawab pria itu
“nggak, lo Mike, lo Mike gue. Mike gue kangen banget sama lo”
“Nit, gue bukan Mike” bentak pria itu
“kalau kamu bukan Mike, kenapa kamu tahu namaku”
“karena kita satu kelas”
“apa?” tanyaku
“yah, gue Rafa”
“haaaa, sssttttccckkkkkk”
Segera gue melepaskan pelukan itu, tapi kenapa, rasanya sama persis dengan pelukan Mike, gue tidak begitu mengenalnya tapi saat gue memeluknya gue merasa tenang
“maafin gue” gumamku meneteskan air mata
“gue nggak tahu semirip apa gue dengan Mike, sampai sampai kamu mengira kalau gue Mike”
“lo, lo sangat mirip dengan Mike, wajahmu, tingkahmu, senyummu, bahkan pelukan itu. Semuanya sangat mirip”
“tapi kamu harus menyadarinya Nit, gue bukan Mike, gue Rafa”
“maafin gue, dan terima kasih sudah nolongin gue, suatu saat gue akan membalas kebaikanmu ini, gue pamit dulu”
“apa perlu gue antar”
“nggak, nggak perlu, gue bisa pulang sendiri”
Gue pergi dengan kekecewaan, kenapa gue sangat bodoh, kenapa gue selalu menganggap kalau dia Mike, Nit dia itu bukan Mike. Tuhan, sampai kapan gue seperti ini, sampai kapan gue hidup dalam hayalan semu ini.
                                    ..............................................
Jam 7 gue berangkat kesekolah, seperti biasa gue pergi dengan hati kecewa dan kesal, orang tua gue lagi lagi tidak pulang kerumah. Gue benar benar kesepian. Setelah sampai didepan sekolah tak sengaja gue melihat Sari dan Rafa sedang duduk bersama di Taman sekolah, entah mengapa hati gue merasa sakit, rasanya sesak, sama persis waktu gue lihat Mike jalan dengan, dengan orang yang sama, Sari. . . . !, dulu Sari memang sangat naksir dengan Mike, dia juga menyukai Mike, tapi sayangnya malah gue yang mendapatkan cinta Mike, gue senang tapi juga sedih. Gue senang karena gue bisa memiliki Mike orang yang sangat amat gue sayangi, tapi gue juga sedih karena gue telah menghancurkan hati sahabatku sendiri. Hhm Mike, lo lagi apa? Gue memandang langit sambil meneteskan air mata, maafin gue karena belum bisa lepasin perasaan gue Mike, lo pasti sedih melihat keadaan gue yang sangat menyedihkan ini.
Gue langkahkan kaki selangkah demi selangkah menuju kelas, panggilan Sari sama sekali tak gue hiraukan, gue berjalan seperti tak ada beban sama sekali, entahlah tapi gue merasa Mike ada disamping gue sekarang, gue merasa kalau dia sedang menggenggam erta tangan gue, seperti yang selalu dia lakukan sebelumnya, seketika itu gue larut dalam hayalan, nggak masalah meski itu hanya hayalan gue, yang paling penting Mike ada disini, gue tersenyum tipis.
“Nit, gue panggil lo dari tadi. Apa lo nggak dengar” tanya Sari
“ehh, sar maaf ya, gue melamun sampai sampai gue nggak dengar lo manggil gue”
“jangan bilang lo melamunin Mike lagi”
“kalau gue bilang nggak itu berarti gue bohong”
“ya ampun Nit ini sudah lima tahun...”
“sudah saatnya lo buka hati, itukan yang ingin lo katakan Sar” gue tersenyum tipis
“Nit, lo tuh ya” timpa Sari
“gue sayang sama lo Sar” gue peluk sari erat
“gue juga Nit, makanya gue nggak pernah ingin lihat lo sedih, sudah saatnya lo menata hidup lo Nit, gue sedih lihat lo seperti ini, lo cantik Nit, lo baik, pasti banyak benget orang yang suka sama lo, lo itu punya segalanya”
“lo salah Sar, justru gue merasa wanita paling miskin didunia ini, mungkin memang gue kaya harta tapi gue miskin kebahagiaan Sar, gue sangat miskin kasih sayang, satu satunya orang yang sayang sama gue, satu satunya orang yang jadi alasan gue tetap kuat menjalani hidup ini adalah. . . “
“Mike” sambung Rafa dari belakang
“Rafa, sejak kapan lo disitu” tanya Sari
“baru baru saja kok, gue nggak dengar banyak”
“Rafa” bentak ku
“ich Nit lo kayak purti deh” kata Rafa
“oia, apa gue secantik itu?” tanyaku
“ia cantik banget mirip banget sama putri kodok, hahahaha”
“ichh Rafa, awas yah”
Kamipun tertawa bersama, rasanya sudah lama sekali gue nggak tertawa lepas seperti ini, cowok ini benar benar mengingatkanku padamu Mike, apa sekarang kamu senang karena gue sudah bisa tertawa lepas lagi Mike.
Sejak saat itu, gue, Rafa, dan Sari menjadi teman baik, kami selalu pergi bersama. Tapi ini justru seperti malah petaka untukku, gue benar benar jatuh hati pada Rafa, bagaimana mungkin, nggak, ini nggak boleh terjadi.
                                    ...........................................
“nggak kerasa yah, sudah 6 bulan kita bersama. Gue seneng banget akhirnya kita bisa lulus juga” seru Sari
“hhhmm, gue seneng bisa kenal kalian berdua” timpahku
“setelah ini apa rencana kalian?” tanya Rafa
“gue akan bantu ayah gue ngelola perusahaannya” jawab Sari
“kalau lo Nit?” tanya Rafa
“gue belum tahu?”
“apa lo nggak ingin kuliah diluar Negri?”
Bagaimana mungkin gue pergi, gue nggak akan pernah bisa kehilangan kamu Rafa, gue sayang banget sama kamu. Mike, mungkin sudah saatnya gue melepas perasaanku padamu, gue sadar sekarang, selama apapun gue nunggu lo, lo nggak akan pernah kembali, semoga lo bahagia di Alam sana, lo nggak perlu takut, karena selamanya gue akan selalu menyimpan namamu dihati gue. Selamat tinggal Mike”
“kok lo malah melamun sih Nit?” tanya Rafa
“nggak kok, hhm gue belum kefikiran untuk lanjutin study di luar negeri. Lo sendiri?”
“gue akan tetap disini”
“ech, gue ke toilet dulu yah” kata Sari
“Rafa, nanti malam gue pingin ketemu sama lo, ada hal yang sangat penting yang ingin gue katakan”
“okk”
“kalau gitu gue pamit, katakan pada sari kalau gue pergi duluan”
Dengan langkah pasti gua meninggalkan taman sekolah, tempat kami duduk berbincang, gue pasti akan sangat merindukan tempat ini.
                                                ..........................
“ lo udah lama Nit?” tanya seseorang yang sudah pasti Rafa
“nggak kok, gue senang lo bisa datang”
“sebenarnya lo mau ngomong apa Nit?, kelihatannya sangat serius”
“gue, gue suka sama kamu Raf, gue sayang banget sama lo, sejak dulu, saat pertama kali gue lihat lo, gue sayang banget sama lo, gue sudah berusaha memendam rasa ini tapi tetap saja tidak bisa, semakin gue ingin lepasin perasaan gue, malah gue semakin sayang sama kamu. Gue tahu, lo pasti geli mendengar ini, bagaimana mungkin sorang wanita bisa mengungkapkan perasaannya, bukan kah gue wanita yang memalukan Raf”
“hhkkkmmm, apa yang lo suka dari gue Nit”
“entahla, bagi gue kalau suka karena alasan itu bukan suka yang sesungguhnya tapi hanya sekedar rasa kagum”
“kenapa?, lo nggak perlu bingung, lo nggak harus balas rasa gue, gue hanya merasa sesak menyukaimu dalam diamku”
Tiba tiba saja handphone Rafa berbunyi tanda satu pesan masuk, dia membukan pesan dan meletakkan kembali handphonnya, betapa terkejutnya ketika gue melihat foto Rafa dan Sari dilayar handphone Rafa, hati gue. . . hati gue terasa sangat sesak, rasanya sakit, sangat sakit, seketika itu air mata jatuh membasahi pipi gue.
“Saa... Saarriii” kata gue terbata bata
“lo dan Saaarrr....iiii” sambungku, Rafa hanya mengangguk, haa sungguh menyakitkan kenyataan ini
“sejak kapan?”
“3 bulan”
Bodoh sekali gue, kenapa gue nggak perrnah sadar selama ini, apa selama ini gue hanya jadi pihak ketiga pada hubungan mereka, kalau memang begitu betapa bodohnya aku
“yaa, kalian berdua memang cocok”
“semoga kalian bahagia”
Gue pergi dengan langkah sayu, akhirnya gue kembali lagi kehari hari gue yang menyedihkan, maafin gue Sar, kalau selama ini gue hanya jadi beban untukmu, mulai hari ini gue nggak akan ganggu lo dan Rafa lagi, gue akan ke Australia, semoga kalian berdua bahagia
                                                            .....................
“Nit, lo kenapa tidak pernah bilang kalau lo akan ke Australia, kenapa begitu mendesak” tanya Sari sambil meneteskan air mata
“kenapa lo menangis?, hal sepeleh seperti ini saja kau tangisi” jawabku
“kenapa lo bilang ini hal sepeleh, gue sangat sayang sama lo Nit, gue sudah anggap lo seperti saudara gue sendiri”
“hheeeii, jangan seperti ini. Gue pamit dulu ya”
“lo harus janji, lo nggak boleh lama lama disana. Lo harus segera dapat pengganti Mike”
Mike, gue nggak akan pernah mendapat pengganti Mike, kareena bagi gue hanya Rafa pengganti Mike, tapi sekarang dia adalah milikmu, gue pergi karena gue nggak ingin suatu saat hubungan kalian hancur karena gue, gue nggak ingin sahabat gue menderita lagi karena gue
“pasti, gue akan segera mendapatkannya” gue menatap Rafa tajam, ini akan jadi pertemuan terakhir kita Raf, semoga kamu bahagia dengan Sari.
“gue pergi dulu yah, jaga diri kalian baik baik dan juga berbahagialah untukku”
Rasanya sangat sakit, perlahan lahan gue melangkah masuk kebandara, gue nggak akan pernah menemukan sahabat yang sebaik lo disana Sar, gue nggak ingin melukai hati lo lagi, satu satunya jalan terbaik adalah pergi, meski hati ini sangat sakit, meski perih gue akan selalu menjalaninya dengan senyuman. Mike tunggu gue, haa tunggu gue, kenapa kata kata itu terlintas dihati gue.
Tiba tiba saja angin begitu kencang dan seketika itu pesawat yang kutunggangi terjatuh, gue masih bisa merasakan sakitnya.
“M... I...K...E, kita aaakk aannn segera bertemu”.........................................
                                    ..........................................................
“apa om, pesawat yang dilewati  Donita jatuh
“ia Raf, dan nggak ada satupun orang yang selamat”
“nggak, nggak mungkin, dia nggak mungkin pergi secepat itu”
“donita, gue belum sempat bilang kalau gue juga sayang banget sama kamu, kenapa kamu pergi, Nit lo nggak boleh pergi, gue SAYANG BANGET SAMA LO NIT”
“kamu harus sabar nak Rafa”
“ hari ini jenasah Donita akan dikirim”
“tuan, nyonya. Jenasah non Donita sudah ada diluar”
“donita, kenapa lo pergi secepat ini, gue belum bilang kalau gue sayang sama kamu, gue sayang banget sama kamu, lo belum tahu alasanku menerima Sari kan, Nit please lo harus bangun, lo bilang kalau lo sayang sama gue, tapi kenapa lo ninggalin gue, DONITA BANGUN”
“Rafa, polisi menemukan ini ditangan Donita, disni jelas terterah untuk mu”
Nit, ini surat lo yang terkhir. Gue akan membacanya.
Dear Rafa. . .
Gue tahu, pasti saat ini lo sedang menangis, gue tahu lo pasti sedih, gue juga tahu kalau lo juga sayangkan sama gue, hahahaha kalau gue salah mohon dimaklumin. Lo tahu Raf, satu satuya cowok yang bisa buat gue lupa akan kesedihan gue itu kamu, sejak pertama melihatmu, gue sudah menaruh hati, lo sudah membuat hari hari gue menjadi lebih berwarna. Gue nggak tahu kenapa bisa gue nulis surat ini, hanya saja gue merasa kalau sebentar lagi gue akan pergi, gue akan pergi jauh, sangat jauh, setidaknya gue bisa nulis surat cinta yang terakhir untukmu. Gue sedih tapi gue juga bahagia. Gue sedih karena harus berpisah untuk selamanya denganmu, tapi gue juga bahagia karena sebentar lagi gue, gue akan ketemu dengan MIKE cintah pertama gue, tapi lo nggak perlu cemburu Raf karena kamu akan tetap ada dihati gue, karena lo cinta terakhir gue Raf.  Ini adalah kata CINTA TERAKHIR BUAT KAMU RAF, Lo harus bahagia untuk gue. Sudah, nggak usah nangis lagi. Gue sayang kamu Rafa.
Love
DONITA
“DONITA, AKU MENCINTAIMU. . . . . ”
...................TAMAT........................

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Gadis Murahan

Author by Liliyana                           Hembusan angin menerbangkan rambut panjang ku yang kubiarkan terurai. Pandanganku kosong menatap hamparan laut yang membentang luas. Sekejap kenangan buruk kembali mengacaukan fikiranku. Ada begitu banyak beban didalam hati ini, ada begitu banyak keraguan yang berusaha kusembunyikan, ada begitu banyak hal yang berusaha kuyakinkan bahwa semuanya akan baik baik saja, ada begitu banyak perih yang tertahan.

Untuk Kalian Para Sahabat Part II

            Mulainya dari mana?, saya selalu bingung  jika harus bercerita tentang kehidupan pribadi. Sebelumnya saya sudah pernah menulis hal yang sama, tentang saya dan para sahabat, bagaimana kami bertemu, itu sekitar dua tahun yang lalu. Kali inipun sama, saya akan menulis beberapa bait paragraf untuk mereka, untuk para sahabat terhebat yang sampai sekarang masih setia menemani.             Apa yang istimewa dari mereka? Entah, mereka memiliki sisi keunikan yang berbeda, mereka memiliki pola pikir yang berbeda, mereka memiliki cara pandang yang berbeda. Saya terkadang kesulitan memahami mereka, kadang saya berfikir bagaimana menjadi orang baik untuk para sahabat saya, saya ingin melakukan hal yan bisa mereka ingat, yang bisa mereka kenang dikemudian hari, bahkan saat saya tidak lagi disisi mereka(mungkin suatu hari). Masing masing dari kami memiliki kekurangan, kami sama sama tau itu, masing...

ARIANA

ARIANA Oleh Liliyana Amsir Awalnnya, kufikir jika aku mencintainya dengan tulus, cepat atau lambat dia akan berbalik mencintaiku, kufikir cukup aku saja yang mencintainya, cukup aku saja yang perduli padanya, cintaku saja sudah cukup untukk kami berdua, dengan aku yang sangat mencintainya saja sudah cukup untuuk mempertahankan hubungan kami, dengan cintaku yang tulus ini sudah lebih dari cukup untuuk kami berdua, namun aku salah, cintaku saja tidak cukup dan tidak akaan pernah cukup untuk kami berdua, cinta tulusku saja tidak   akan cukup untuk mempertahankan hubungan kami. Dan pada akhirnya aku sadar, dia tidak   akan pernah mencintaiku, bagaimanapun lamanya aku menunggu, dia tidak akan pernah membalas cintaku. Aku telah menyerah dengannya, aku mencintainya namun aku tidak ingin selamanya jadi orang bodoh yang dibutakan oleh cinta, aku mencintainya bahkan sangat mencintainya namun tidak ada gunanya bila dia tidak merasakan hal yang sama. Aku lelah dengan hubunga...